Selasa, 14 Januari 2014

Rindu, Berdamailah denganku...

Sore tadi aku berjalan menuju rumah teman. Suasana hatiku lagi kurang baik. Aku baru saja menghadapi beberapa orang yang berusaha memanipulasi data. Aku berusaha menunjukkan kepada mereka bahwa data-data yang diberikannya kebanyakan adalah data fiktif. Perdebatan dengan mereka cukup menguras energiku hari ini. Aku berjalan menunduk sambil memikirkan kembali langkah apa yang harus kuambil untuk mengahadapi orang-orang tadi. Mereka ingin memanipulasi data, sayangnya tidak terkoordinir dengan baik. Sudah salah, ngotot pula.

Aku terus berjalan menuju rumah temanku dan tiba-tiba ada suara yang memanggilku, “Nengggg!!!!”.

Aku mencari sumber suara tadi. Waahhh, ternyata ibu yang selalu duduk di teras rumahnya memanggilku. Usianya sekitar 80 tahun. Beliau lalu berdiri dan berjalan menuju pagarnya. Aku pun menghampirinya dan menanyakan kabarnya.

“Ibu gimana kabarnya,” tanyaku sambil menyalami Beliau. Aku lupa tersenyum dan menyapanya hari ini. Ya, setiap kali ke rumah teman aku selalu melewati rumahnya. Aku selalu berusaha untuk menegurnya jika melewati rumahnya. Ahhh, sebuah teguran halus dari Allah menghampiriku. Seperti apapun masalahku, orang lain tetap berhak mendapatkan senyuman dan wajah berseri-seri dariku.
“Alhamdulillah baik neng. Mau kemana?” tanya Beliau sambil terus menggenggam tanganku.

“Mau ke rumah teman dulu Bu. Ibu sama siapa di rumah? Sendiri ya Bu?” tanyaku sambil melongo melihat-lihat ke dalam rumahnya. Aku hanya ingin tahu Beliau tinggal dengan siapa. Bisa kubayangkan betapa repotnya tinggal seorang diri untuk seorang perempuan lanjut usia seperti Beliau

“Sendiri neng. Anak Ibu tinggal di Ternate, sekarang nenek tinggal dengan cucu. Tapi cucu nenek lagi ke kampus,” jawabnya dengan kalimat yang kurang jelas. Beliau masih saja terus menggenggam tanganku.

“Ibu sendiri di rumah? Ibu baik-baik aja kan?” tanyaku dengan nada keheranan. Pikiranku hanya satu, “nih anaknya koq tega banget sih ninggalin Ibunya sendiri di rumah. Apalagi dengan usia lanjut seperti Beliau, pastinya membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan sesuatu. Ya, mungkin saja ada orang lain yang menemani Beliau.” Aku berusaha berhusnudzon untuk menenangkan hatiku.

“Alhamdulilah baik neng. Tetapi nenek sekarang sudah sakit-sakitan. Mungkin karena usia, hehehe...” jawabnya sambil terus menatap wajahku dan masih menggenggam tanganku.

Ibu itu lalu bertanya dimana tempat tinggalku, kuliahku dimana, dan mau kemana. Aku pun menjawab satu persatu pertanyaannya. Beliau tetap menggenggam tanganku dan tak mau melepaskannya. Barulah ketika aku berpamitan untuk melanjutkan perjalananku, Beliau pun lalu melepaskan genggaman tangannya.

“Hati-hati ya Neng!” serunya saat aku berpamitan kepadanya.
“Iya Bu, terima kasih,” jawabku sambil berjalan meninggalkannya.
Ya Allah, Beliau sendiri di rumah itu menunggu cucunya pulang kuliah dan anaknya ada di tempat lain. Aku berusaha mencari 1001 alasan tentang Beliau. Mungkin saja ada orang lain di dalam rumah tadi yang menemani Beliau setiap hari. Aku kasihan pada Beliau jika harus tinggal sendiri di rumah tanpa ada yang menemani. Aku teringat dengan mamaku. Sehari saja anaknya ngga nelpon khawatirnya sudah minta ampun.

Kejadian tadi membuat iangatanku terbang ke suatu tempat nun jauh di sana. Tempat dimana perempuan yang paling kucintai berada. Sedang apa ya dia sekarang. Mungkin saja saat ini dia sedang membaca Al Qur’an kecil yang selalu menemaninya? Ataukah dia sedang menghabiskan hari-harinya di masjid dekat rumah? Ataukah dia sedang memasak membuat makanan kesukaannya? Ataukah dia sedang bermain dengan cucunya? Ataukah dia sedang menonton acara favoritnya?

Aku mengingat kapan aku terakhir bicara dengan Beliau. Ya, tadi pagi Beliau menelponku hanya untuk menanyakan bagaimana kabarku, apakah aku sudah makan, kapan jadwal seminar proposalku, dan kapan aku akan pulang. Dan seperti biasa,dia selalu memberiku sindiran-sindiran halus untuk urusan yang selalu dia tanyakan setiap kali menelpon.

Mamaku yang selalu kucintai karena Allah...
Maafkan anakmu yang sok sibuk ini...
Maafkan anakmu yang kadang membuatmu menunggu...
Maaf jika aku masih biasa berbohong mengatakan bahwa aku baik-baik saja...
Engkau tahu betapa aku sangat merindukanmu...
Aku tak sanggup mengatakannya...
Mendengarkan suaramu cukup menjadi pengobat rinduku...
Mendengarkan cerita tentang hari-harimu yang engkau lewatkan tanpa kehadiranku cukup menjadi penawar rinduku...
Mendengarkan tawamu cukup menjadi penenang jiwaku bahwa engkau baik-baik saja disana...
Nasehat-nasehatmu sudah menjadi penghilang rasa haus kerinduanku padamu...

Mamaku yang selalu kucintai karena Allah...
Maaf...
Maaf...
Maaf...
Hingga sampai saat ini pun aku masih sering membuatmu khawatir...
Hingga sampai saat ini pun aku kadang masih mengganggumu dengan curhatan-curhatanku...
Hingga sampai saat ini pun aku belum bisa membalas setiap kebaikanmu...

Mamaku yang selalu kurindukan karena Allah...
Lihatlah langit nun jauh disana...
Malam ini kita masih menatap langit yang sama...
Malam ini kita masih menatap bintang yang sama...
Rembulan yang menemani kita malam ini pun masih sama...
Yakinlah...
Anakmu baik-baik saja...
Titipkan aku pada Sang Khalik, Sang Maha Penjaga...
Karena Dia-lah sebaik-baik penjaga...
Dan engkau tahu...
Aku akan selalu membutuhkan doa-doamu...
Semoga Dia pun selalu menjagaku ketika aku jauh darimu...
Ya...
Aku hanya bisa menitipkan rinduku pada angin malam...
Aku takut butiran salju ini akan membuatmu khawatir...

Mamaku yang selalu kurindukan karena Allah...
Semoga Allah membalas setiap kebaikanmu...
Semoga Allah membalas kesabaranmu...
Semoga Allah membalas setiap kash sayang yang engkau berikan untukku...
Dan setiap kebaikan yang kulakukan...
Jika itu adalah sebuah kebaikan yang bernilai pahala...
Semoga pahalanya pun mengalir untukmu...

Mamaku nun jauh disana...
Aku mencintaimu karena Allah...
Aku merindukanmu karena Allah...
Dan malam ini...
Aku kembali harus berdamai dengan rasa ini...

#Jakarta, 7 Januari 2014
Di sela-sela menyelesaikan deadline kerjaan dan merindukan pelukan hangat perempuan yang kuharap kelak akan menjadi ahli surga-Nya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...