Lalu bagaimana keluar dari semua urusan perasaan yang belum halal ini?
Jawaban saya simpel.
Bukankah engkau dengan mudahnya mengizinkan dia masuk ke dalam hatimu, maka tentu lebih mudah mengusirnya dari dalam hatimu??
“Susah k’…!!! Tak semudah membalikkan telapak tangan… bukan kakak sih yang merasakannya!!!”
Oke, bukan masalah susah atau tidaknya adikku. Tetapi masalahnya adalah “kamu mau atau tidak keluar dari urusan perasaan yang belum halal ini”
Ya… jawaban saya memang simpel dan menurut beberapa temanku itu bukanlah hal yang mudah.
Sahabatku yang selalu kucintai karena Allah…
Terkadang untuk memiliki masa depan yang lebih baik, semua usaha rela kita lakukan. Untuk menjadi orang sukses, apapun akan kita lakukan. Ibaratnya, gunung kan kudaki, lautan kan kuseberangi… waaahhh, lebay lagi deh…hehehehe….
Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, apa yang kita impikan, kita bersedia melakukan apa saja. Lalu mengapa kita tidak melakukan apapun untuk menjadi lebih baik di hadapan Allah???
Saya pernah memiliki seorang adik yang sempat memiliki hubungan dengan lawan jenisnya. Akhirnya, dia memutuskan hubungan tersebut karena rasa bersalahnya kepada Allah. Selama masa-masa tersebut saya terus menemaninya dan banyak pelajaran yang saya ambil. Saya teringat pesan MR saya bahwa orang yang seperti ini butuh teman yang bisa menguatkan dia. Awalnya dia merasa tidak sanggup dan ingin kembali, tetapi saya terus mendukungnya dan memujinya bahwa keputusannya sudah tepat. Insya Allah, ada Allah yang akan selalu menuntunnya. Setiap kali sholat, dia terus menangis meminta pertolongan kepada Allah dan pelajaran lain yang saya ambil adalah untuk lepas dari semua perasaan yang tidak halal ini, kadang kita harus “menyakiti diri sendiri”. Teman-teman jangan menyalah artikan istilah yang saya buat sendiri ini. “Menyakiti diri sendiri” dalam arti yang positif, artinya lebih mendekat kepada Allah dalam keadaan terpaksa. Sebenarnya hati kita merasa berat untuk melakukan semua aktivitas yang mendekatkan kita kepada Allah, tetapi kita memaksakan diri kita untuk melakukannya dengan berat hati. Artinya, semuanya harus diawali dengan sebuah “keterpaksaan”. Akhirnya lama-kelamaan akan membentuk sebuah "kebiasaan" dan lahirlah "keikhlasan". Memang bukan hal yang mudah dan butuh proses yang panjang. Tetapi yakinlah, ketika engkau bisa melewatinya maka engkau akan merasa bahagia karena berhasil melewatinya. Oh ya, adik saya tadi sudah menikah lho dan tanpa melalui proses pacaran tetapi melalui proses ta’aruf… ^_^
#Bersambung...
Jawaban saya simpel.
Bukankah engkau dengan mudahnya mengizinkan dia masuk ke dalam hatimu, maka tentu lebih mudah mengusirnya dari dalam hatimu??
“Susah k’…!!! Tak semudah membalikkan telapak tangan… bukan kakak sih yang merasakannya!!!”
Oke, bukan masalah susah atau tidaknya adikku. Tetapi masalahnya adalah “kamu mau atau tidak keluar dari urusan perasaan yang belum halal ini”
Ya… jawaban saya memang simpel dan menurut beberapa temanku itu bukanlah hal yang mudah.
Sahabatku yang selalu kucintai karena Allah…
Terkadang untuk memiliki masa depan yang lebih baik, semua usaha rela kita lakukan. Untuk menjadi orang sukses, apapun akan kita lakukan. Ibaratnya, gunung kan kudaki, lautan kan kuseberangi… waaahhh, lebay lagi deh…hehehehe….
Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, apa yang kita impikan, kita bersedia melakukan apa saja. Lalu mengapa kita tidak melakukan apapun untuk menjadi lebih baik di hadapan Allah???
Saya pernah memiliki seorang adik yang sempat memiliki hubungan dengan lawan jenisnya. Akhirnya, dia memutuskan hubungan tersebut karena rasa bersalahnya kepada Allah. Selama masa-masa tersebut saya terus menemaninya dan banyak pelajaran yang saya ambil. Saya teringat pesan MR saya bahwa orang yang seperti ini butuh teman yang bisa menguatkan dia. Awalnya dia merasa tidak sanggup dan ingin kembali, tetapi saya terus mendukungnya dan memujinya bahwa keputusannya sudah tepat. Insya Allah, ada Allah yang akan selalu menuntunnya. Setiap kali sholat, dia terus menangis meminta pertolongan kepada Allah dan pelajaran lain yang saya ambil adalah untuk lepas dari semua perasaan yang tidak halal ini, kadang kita harus “menyakiti diri sendiri”. Teman-teman jangan menyalah artikan istilah yang saya buat sendiri ini. “Menyakiti diri sendiri” dalam arti yang positif, artinya lebih mendekat kepada Allah dalam keadaan terpaksa. Sebenarnya hati kita merasa berat untuk melakukan semua aktivitas yang mendekatkan kita kepada Allah, tetapi kita memaksakan diri kita untuk melakukannya dengan berat hati. Artinya, semuanya harus diawali dengan sebuah “keterpaksaan”. Akhirnya lama-kelamaan akan membentuk sebuah "kebiasaan" dan lahirlah "keikhlasan". Memang bukan hal yang mudah dan butuh proses yang panjang. Tetapi yakinlah, ketika engkau bisa melewatinya maka engkau akan merasa bahagia karena berhasil melewatinya. Oh ya, adik saya tadi sudah menikah lho dan tanpa melalui proses pacaran tetapi melalui proses ta’aruf… ^_^
#Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar