Bismillah…
Sore yang cukup sejuk ditemani oleh hujan yang cukup deras, Allah mempertemukanku dengan beberapa saudara yang pada akhirnya kami berdiskusi panjang lebar. Sore itu kami membahas tentang salah satu sifat manusia, yaitu “PELUPA”. Banyak hal yang menurut saya bermanfaat buat dishare ke teman-teman. Oleh karena itu, izinkan saya menyampaikannya dalam tulisan yang sederhana. Semoga bermanfaat… ^_^
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang suka lupa. Oleh karena itu, manusia harus sering-sering diingatkan. Dalam surah Al-Hasyr (59): 19 dikatakan bahwa “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Ayat inilah yang dikupas oleh salah satu saudari saya yang merupakan mahasiswa Bahasa Arab. Pada ayat ini disinggung tentang “orang-orang yang lupa kepada Allah”.
Saudariku, ternyata ketika seseorang lupa kepada Allah maka sungguh dia akan mendapatkan beberapa kerugian. Karena waktu yang cukup singkat, Beliau hanya menjelaskan dua poin tentang bahayanya melupakan Allah.
Pertama, ketika seseorang melupakan atau lupa mengingat Allah, maka Allah akan membuatnya lupa melakukan hal-hal yang bermanfaat, bahkan yang bermanfaat untuk diri sendirinya.
Kedua, ketika seseorang lupa mengingat Allah maka Allah akan mencabut potensi bertobat yang ada dalam dirinya. Potensi bertobat??? Heeemmm, saya pun sempat bingung dengan istilah ini. Ternyata setiap orang memiliki potensi untuk bertobat. Potensi bertobat ini biasa kita sebut dengan “perasaan bersalah”. Ketika seseorang melakukan kesalahan atau kemaksiatan lalu timbul perasaan bersalah dalam dirinya, itu artinya dia masih memiliki potensi bertobat ini.
Naahhh, yang bahaya adalah ketika “perasaan bersalah” ini sudah tak ada lagi dalam diri kita. Waspadalah!!! Waspadalah!!! Sebagai contoh ya teman-teman, ketika teman-teman berada dalam suatu komunitas. Dimana dalam komunitas tersebut tak ada lagi batasan antara laki-laki dan perempuan, bergaul sesuka hati, berpegangan tangan dengan lawan jenis yang bukan mahrom, lalu mengatasnamakan semuanya atas dasar “ukhuwah”. Lalu teman-teman merasa itu semua adalah sesutu hal yang biasa tanpa ada sedikit pun perasaan aneh alias perasaan bersalah dalam hati karena melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah, maka waspadalah, waspadalah!!! Jangan sampai kita yang awalnya ingin memberi warna, malah ikut terwarnai. Wallahu a’lam bi shawab…
Lanjut lagi membahas tentang potensi bertobat. Saya sangat tertarik dengan istilah yang satu ini, karena ternyata potensi bertobat ini sangat kita butuhkan untuk meraih khusnul khatimah. Mengapa demikian? Teman-teman pasti tahu kan, kalau ampunan Allah itu seluas bumi dan langit.
"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi." (QS. al Hadid: 21)
Naaahhh, kita tidak pernah tahu kan apa yang akan terjadi pada diri kita ke depannya. Kapan kita akan meninggal, dimana kita akan meninnggal. Bisa saja beberapa hari menjelang kematian kita, Allah memberikan kita kesempatan untuk bertobat, dan Allah membuka pintu tobatnya untuk kita, maka besar kemungkinan kita bisa khusnul khatimah kan? Bukankah khusnul khatimah adalah cita-cita kita semua? Bukankah khusnul khatimah yang kita harapkan untuk akhir dari semua perjalanan panjang kita? Semoga kita semua bisa mendapatkan gelar khusnul khatimah ini, amiin…
Karena itu, berhati-hatilah ketika “perasaan bersalah” itu sudah tak ada lagi dalam hati kita tatkala kita melakukan kemaksiatan.
Berhati-hatilah ketika tak ada lagi “perasaan bersalah” itu sudah tak ada lagi ketika kita sibuk mengumbar aurat dan lekuk tubuh kita di dunia maya dan dilihat oleh orang-orang yang bukan mahrom kita (saya kasihan pada orang tua kita, ketika mereka kelak ditanya di hari pembalasan, apa yang sudah engkau ajarkan kepada anakmu? Sudahkah engkau menyuruhnya untuk menutup aurat? Jadi sayangilah orang tua kalian. ^_^).
Berhati-hatilah ketika tak ada lagi “perasaan bersalah” dalam diri kita ketika kita sibuk berduaan dengan orang yang jelas-jelas belum halal untuk kita. Bahkan ada yang menyebut hubungan mereka adalah “ta’aruf”. Tapi ta’arufnya berduaan, mojok, berpegangan, hingga saya tak tahu lagi bagaimana harus menuliskan apa yang kalian lakukan. Tolonglah kawan, jangan menjual agama kalian untuk melakukan hal-hal yang jelas-jelas dilarang oleh Allah swt. Adakah yang bisa menjamin kalau dia adalah jodoh kalian? Saya banyak menemukan teman-teman yang suka curhat kepada saya, mereka pacaran hingga 2 tahun bahkan ada yang sampai 5 tahun tapi tidak berakhir dalam ikatan pernikahan. Sudah tidak berjodoh, malah dapat dosa kan???
Saya tidak melarang kalian untuk pacaran, tetapi pacarannya setelah menikah saja. Bukankah pacaran setelah menikah itu jauh lebih indah dan tentunya berpahala.
Allah sudah menjelaskan dalam Al Qur’an:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (QS Al-Israa’: 32)”
Jadi, apapun bentuk pembenaran kalian, entah bentuk “ta’aruf”, “pacaran islami”, “pacaran sehat” atau whatever-lah, ketika semua itu sudah berbentuk zina maka berhati-hatilah karena sesungguhnya engkau sedang berhadapan dengan Allah kawan. Semua sudah jelas dalam Al Qur’an.
Ketika seseorang mengajakmu untuk berpacaran, maka katakanlah “Kalau Anda serius, silahkan temui orang tua saya. Sungguh cinta itu bukan di ujung lidah, tetapi engkau datang menemui orang tuaku.” (Mengutip perkataan Ustadz Salim A. Fillah... ^_^)
Tetapi kalau saya tidak pacaran, gimana saya akan mendapatkan jodoh k’?
Saudaraku, jodoh itu ditangan Allah. Biarlah Allah yang mengatur pertemuan kalian. Mengutip taujih dari Ustadz Fauzhil Adhim bahwa, “Bukan masalah cepat atau lambatnya kita menikah, tetapi bagaimana kita memulai sebuah pernikahan. Apakah dengan cara yang diridhoi oleh Allah atau tidak. Cara-cara itu semua sudah diatur dalam Islam yang kalian sebut dengan ta’aruf. Ta’aruf sendiri tentunya memiliki tata cara dan saya tidak ingin membaginya di tulisan ini. Mungkin di lain waktu jika Allah masih memberiku kesempatan, insya Allah. Naahhh, bukankah hal kita kejar di dunia ini adalah ridho-Nya Allah???”
Saudariku, Belajarlah untuk tegas pada diri sendiri dan orang lain.
Jagalah potensi bertobat yang masih kalian miliki. Semoga Allah terus menjaga kita untuk terus istiqomah di jalan-Nya… amiin…
Wallahu a’lam bi shawab…
Saya mohon maaf, jika ada kesalahan dalam tulisan saya ini atau kata-kata yang menyakitkan. Sungguh semua ini saya lakukan karena rasa sayang saya kepada kalian sebagai saudara seiman.
Saya akan sangat merasa bersalah ketika melihat orang-orang yang saya sayangi melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadist lalu saya membiarkannya begitu saja.
#Jakarta, 14 Juni 2013
Di salah satu sudut kamar tatkala sedang memuhasabah diri dan masih terus belajar untuk memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik dihadapan Allah dan bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar