Setelah beberapa hari bergulat dengan tugas-tugas, akhirnya bisa menulis lagi. Hari ini saya ingin menulis tentang Ibu. Ada satu majalah yang di dalamnya ada tulisan yang judulnya unik. “Ketika Ibu Masih Berterima Kasih”. Bingung juga saat membaca sampulnya, apa maksud dari judul tulisan itu. Setelah saya membacanya, barulah saya paham apa maksud dari kalimat itu. Dan saya ingin berbagi dengan teman-teman lewat tulisan ini. Semoga bermanfaat dan membuat kita semakin mencintai Ibu… ^_^
Kita mungkin pernah memberikan hadiah atau sesuatu kepada Ibu kita. Saat kita memberikan hadiah tersebut Ibu kita lalu berkata, “Tidak usah repot-repot nak memberi Mama seperti ini.” Atau dia akan berkata seperti ini, “Terima kasih ya nak kamu masih mengingat Ibu”, atau dia akan berkata seperti ini, “Kamu tak perlu memberikan Ibu hadiah seperti ini. Berikan saja untuk anak-anakmu. Melihat keluargamu baik-baik saja itu sudah cukup buat Ibu”. Dan berbagai respon yang Ibu berikan untuk kita saat Beliau mendapatkan hadiah dari anaknya. Mungkin kita tak pernah sadari bahwa semua respon itu adalah bentuk terima kasih Ibu kepada anaknya.
Ya… disaat kita memberikan Beliau hadiah, Ibu masih saja berterima kasih kepada anaknya. Bahkan disaat kita memberikan hadiah, ekspresi Beliau sangat senang dan bahagia, sampai-sampai Beliau kadang mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Padahal hadiah tersebut tidak akan pernah sebanding dengan ASI yang Beliau berikan untuk anaknya. Hadiah tersebut tidak akan pernah sebanding dengan kasih sayang yang Beliau berikan untuk kita. Tetapi Ibu masih saja berterima kasih kepada kita…
Saya jadi teringat dengan Ibu, setiap kali saya meminta untuk didoakan maka dia akan berkata, “tanpa kamu meminta pun Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu nak.” Mungkin kita pernah berselisih pendapat dengan Ibu, apalagi jika kita telah berkeluarga. Terkadang Ibu masih ingin mencampuri urusan-urusan kita, tetapi kita malah menyakiti hati mereka tanpa kita sadari dengan berkata, “Ibu tidak usah pusing memikirkan masalah rumah tangga saya.” Padahal tanpa kita sadari sebenarnya dia sedang merasa kehilangan. Ya, dia merasa kehilangan karena anaknya yang dulu dirawat dan dibesarkannya kini telah memiliki keluarga sendiri dan sudah tidak berada lagi di sampingnya.
Ada lagi kejadian lain yang dialami oleh salah satu Ibu yang pernah saya temui. Kami berkenalan di angkutan umum. Saat saya bertanya beliau hendak kemana, ternyata dia mau ke rumah anaknya. Anaknya meminta Beliau untuk menemani cucu-cucunya di rumah karena anaknya selalu pulang malam dan tak ada yang menemani. Saya pun berkata, “Ibu sungguh luar biasa diberikan kesempatan oleh Allah untuk melihat dan menemani cucu-cucnya.” Sambil tersenyum beliau menjawab, “begitulah nak kalau kita menjadi seorang Ibu, walaupun sebenarnya kesehatan Ibu sudah tidak bisa tetapi kalau anak meminta saya harus bagaimana lagi.” Saya terdiam mendengar penuturan Beliau.
Pernahkah kita bertanya kepada Ibu kita apa yang sebenarnya mereka harapkan dari kita? Pernahkah kita bertanya apakah Ibu saat ini bahagia? Pernahkah kita bertanya apa yang membuat Ibu bahagia?
Ibu sudah terlalu sering berada di posisi sebagai orang yang “memahami”. Di usianya yang semakin senja, sudah saatnya dia berada di posisi “dipahami”. Kitalah sebagai anaknya yang harus banyak memahami Beliau. Memahami setiap keinginannya, memahami setiap tindakannya, memahami setiap nasehatnya…
Ibu sudah terlalu sering berada di posisi “mendengarkan”. Di usianya yang semakin senja, sudah saatnya beliau berada di posisi “didengarkan”. Mendengarkan keluh-kesahnya, mendengarkan keinginan-keinginannya, dan mungkin mendengarkan ceritanya yang sudah berulang-ulang kita dengarkan.
Finally, sudahkah kita mengerti keinginan mereka?
Saya jadi teringat dengan kata-kata Ibu saya saat saya bertanya, “apa yang membuat Mama bahagia?”. Beliau menjawab, “Mama mendengar semua anak-anak Mama sehat, keluarganya baik-baik saja, itu adalah kesyukuran terbesar buat Mama.”
Salah satu kakak saya juga pernah berkata, “apapun masalah yang menimpamu belajarlah untuk menyelesaikannya sendiri dan tak perlu memberitahu Mama. Cukup kamu meminta Beliau untuk mendoakanmu setiap saat. Mintalah kepada Allah untuk selalu menjaga dan menolongmu. Jika ingin memberi tahu Mama sesuatu, sampaikanlah yang baik-baik. Itu adalah salah satu cara kamu berterima kasih dan kepada Beliau dengan tidak membuatnya khawatir.”
Wallahu a’lam bi shawab…
# Terima kasih untuk orang-orang yang selalu mengajariku tentang bagaimana cara berterima kasih kepada Mama…
Kita mungkin pernah memberikan hadiah atau sesuatu kepada Ibu kita. Saat kita memberikan hadiah tersebut Ibu kita lalu berkata, “Tidak usah repot-repot nak memberi Mama seperti ini.” Atau dia akan berkata seperti ini, “Terima kasih ya nak kamu masih mengingat Ibu”, atau dia akan berkata seperti ini, “Kamu tak perlu memberikan Ibu hadiah seperti ini. Berikan saja untuk anak-anakmu. Melihat keluargamu baik-baik saja itu sudah cukup buat Ibu”. Dan berbagai respon yang Ibu berikan untuk kita saat Beliau mendapatkan hadiah dari anaknya. Mungkin kita tak pernah sadari bahwa semua respon itu adalah bentuk terima kasih Ibu kepada anaknya.
Ya… disaat kita memberikan Beliau hadiah, Ibu masih saja berterima kasih kepada anaknya. Bahkan disaat kita memberikan hadiah, ekspresi Beliau sangat senang dan bahagia, sampai-sampai Beliau kadang mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Padahal hadiah tersebut tidak akan pernah sebanding dengan ASI yang Beliau berikan untuk anaknya. Hadiah tersebut tidak akan pernah sebanding dengan kasih sayang yang Beliau berikan untuk kita. Tetapi Ibu masih saja berterima kasih kepada kita…
Saya jadi teringat dengan Ibu, setiap kali saya meminta untuk didoakan maka dia akan berkata, “tanpa kamu meminta pun Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu nak.” Mungkin kita pernah berselisih pendapat dengan Ibu, apalagi jika kita telah berkeluarga. Terkadang Ibu masih ingin mencampuri urusan-urusan kita, tetapi kita malah menyakiti hati mereka tanpa kita sadari dengan berkata, “Ibu tidak usah pusing memikirkan masalah rumah tangga saya.” Padahal tanpa kita sadari sebenarnya dia sedang merasa kehilangan. Ya, dia merasa kehilangan karena anaknya yang dulu dirawat dan dibesarkannya kini telah memiliki keluarga sendiri dan sudah tidak berada lagi di sampingnya.
Ada lagi kejadian lain yang dialami oleh salah satu Ibu yang pernah saya temui. Kami berkenalan di angkutan umum. Saat saya bertanya beliau hendak kemana, ternyata dia mau ke rumah anaknya. Anaknya meminta Beliau untuk menemani cucu-cucunya di rumah karena anaknya selalu pulang malam dan tak ada yang menemani. Saya pun berkata, “Ibu sungguh luar biasa diberikan kesempatan oleh Allah untuk melihat dan menemani cucu-cucnya.” Sambil tersenyum beliau menjawab, “begitulah nak kalau kita menjadi seorang Ibu, walaupun sebenarnya kesehatan Ibu sudah tidak bisa tetapi kalau anak meminta saya harus bagaimana lagi.” Saya terdiam mendengar penuturan Beliau.
Pernahkah kita bertanya kepada Ibu kita apa yang sebenarnya mereka harapkan dari kita? Pernahkah kita bertanya apakah Ibu saat ini bahagia? Pernahkah kita bertanya apa yang membuat Ibu bahagia?
Ibu sudah terlalu sering berada di posisi sebagai orang yang “memahami”. Di usianya yang semakin senja, sudah saatnya dia berada di posisi “dipahami”. Kitalah sebagai anaknya yang harus banyak memahami Beliau. Memahami setiap keinginannya, memahami setiap tindakannya, memahami setiap nasehatnya…
Ibu sudah terlalu sering berada di posisi “mendengarkan”. Di usianya yang semakin senja, sudah saatnya beliau berada di posisi “didengarkan”. Mendengarkan keluh-kesahnya, mendengarkan keinginan-keinginannya, dan mungkin mendengarkan ceritanya yang sudah berulang-ulang kita dengarkan.
Finally, sudahkah kita mengerti keinginan mereka?
Saya jadi teringat dengan kata-kata Ibu saya saat saya bertanya, “apa yang membuat Mama bahagia?”. Beliau menjawab, “Mama mendengar semua anak-anak Mama sehat, keluarganya baik-baik saja, itu adalah kesyukuran terbesar buat Mama.”
Salah satu kakak saya juga pernah berkata, “apapun masalah yang menimpamu belajarlah untuk menyelesaikannya sendiri dan tak perlu memberitahu Mama. Cukup kamu meminta Beliau untuk mendoakanmu setiap saat. Mintalah kepada Allah untuk selalu menjaga dan menolongmu. Jika ingin memberi tahu Mama sesuatu, sampaikanlah yang baik-baik. Itu adalah salah satu cara kamu berterima kasih dan kepada Beliau dengan tidak membuatnya khawatir.”
Wallahu a’lam bi shawab…
# Terima kasih untuk orang-orang yang selalu mengajariku tentang bagaimana cara berterima kasih kepada Mama…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar