Selasa, 14 Januari 2014

Kuantar Dikau Menyempurnakan Setengah Dienmu...

"Kak, bagaimana menurut kakak jika ada yang mau ta'aruf dengan saya?", tiba-tiba adikku bertanya di akhir pertemuan rutin kami setiap pekan. Ya, saat itu tinggal kami berdua di masjid kampus. Teman-teman yang lain sudah pulang duluan karena masih ada kuliah.

Aku terdiam, bingung harus menjawab apa. Ini pengalaman pertamaku mendapat pertanyaan seperti ini.
"Alhamdulillah, artinya jalan untuk menyempurnakan setengah dien sudah di depan mata kan", jawabku sambil merapikan tas.
"Kalau ada yang mau ta'aruf, minta MR-nya menghubungi kakak ya. Jangan adek yang komunikasi dengan ikhwannya. Ini bagian dari usaha menjaga hati. Disini bukan hanya masalah kita belum atau sudah menikah. Tetapi ada yang jauh lebih penting,Keberkahan dari sebuah pernikahan. Karena itu berdoalah "Ya Allah jadikanlah pernikahanku adalah pernikahan yang diberkahi oleh Allah. Oleh karena itu, pertemukanlah Hamba dengan jodoh hamba dengan cara yang Engkau ridhoi", aku kembali menyampaikan beberapa taujih yang kudapatkan dari ustadz saat mengikuti daurah munakahat di kampus.
"Oh iya k'.. Insya Allah, nanti saya sampaikan ke teman saya ya k'..", jawabnya sambil tersenyum tersipu malu.

Menjalani beberapa peran mungkin sudah pernah kulakukan. Menjadi seorang kakak, sahabat, dan tempat curhat sudah pernah kurasakan. Tetapi sekarang, saya harus berperan menjadi seorang Ibu bagi adik binaanku sendiri. Menjadi seorang Ibu ketika sudah tiba saatnya adikku akan menyempurnakan separuh agamanya.

Jujur kuakui, ini adalah pengalaman pertamaku mendampingi seorang adik dalam situasi "Ta'aruf". Karena saya sendiri pun belum menikah. Hal ini membuatku harus belajar tentang bagaimana tata cara ta'aruf yang benar dalam Islam. Setiap pekan aku selalu bertanya pada MR-ku bahkan bertanya kepada teman-teman yang sudah berpengalaman. Mungkin ini yang namanya "Learning by Doing". Kejadian ini membuatku belajar tentang bagaimana tata cara ta'aruf dalam islam.

Ada satu kejadian yang menarik saat aku harus menemani adikku bertemu dengan calon mertuanya. Sebenarnya orang tua adikku tidak mau melewati proses ini. Karena Sang Ikhwan sudah merencanakan sebuah pertemuan keluarga, saat itu pulalah adikku bisa berkenalan langsung dengan calon mertuanya dan dirangkaikan dengan lamaran. Tetapi kata MR-ku bagian ini adalah suatu proses yang penting. Proses ini adalah bagian dari usaha untuk mencegah rasa tidak suka calon mertua kepada calon menantunya. Kita tidak pernah tahu seandainya saat pertemuan keluarga dan lamaran, ternyata Ibu ikhwan tidak menyukai calon menantunya atau sebaliknya. Karena pernah ada kejadian dimana setelah ikhwan dan akhwat melakukan pertemuan, mereka tidak saling mengenal dengan calon mertua. Akhirnya, saat lamaran Ibu Ikhwan menolak untuk menikahkan anaknya dengan akhwat tersebut. Padahal sudah acara lamaran resmi dan membawa keluarga besar.

Aku pun menemani adikku menemui calon mertuanya di tempat yang telah disepakati bersama. Saat pertemuan itu, aku memilih untuk tidak terlalu banyak bicara. Takutnya aku yang dikira calon menantunya, hehehehe...
Saking bingungnya karena tak tahu harus ngomong apa. Soalnya adikku adalah adik yang sangat pemalu, sementara calon mertuanya juga bingung harus bertanya apa karena semua informasi tentang calon menantunya sudah didapatkannya dari anaknya melalui sebuah tulisan sederhana. Saking groginya, aku harus pamit sampai 4 kali. Hehehehe...

Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Dan tak lama lagi adikku akan menyempurnakan separuh agamanya. Cukup dengan 3 kali pertemuan untuk saling mengenal dan akhirnya minggu depan acara lamaran...
Satu hal yang selalu kutekankan pada adikku, agar tak ada komunikasi dengan ikhwan secara langsung hingga proses ijab qabul terlaksana. Ini hanyalah bagian dari usahaku untuk menjaga keberkahan dari sebuah proses pernikahan.

Barakallahu fii untuk adikku yang akan menyempurnakan separuh agamanya. Semoga Allah selalu memberkahi rumah tanggamu...
Amiin...

#Sebuah kisah nyata dari salah satu sahabatku. Saya suka tersenyum melihat tingkahnya saat bertanya tentang tata cara ta'aruf. "Learning by doing" ukh... ^_^

Buat sahabatku,Selamat membersamai ya...
Semoga dirimu juga segera dipertemukan dengan sahabat sejatimu dalam urusan agama, dunia, dan akhirat...
Didahului adik sendiri it's ok...
Toh "Semua akan indah pada waktunya kan???"
Allah yang lebih tahu yang terbaik untuk hamba-Nya...
Dan terima kasih telah berbagi pengalaman denganku... ^_^
Saya pun banyak belajar dari pengalamanmu...

Bagi sahabatku yang tahu kisah ini boleh berkomentar, tetapi tidak usah di mention pelakunya... Beliau mengizinkan saya membagi kisahnya, itu sudah sangat luar biasa bagi saya... :)
Setidaknya menjadi pelajaran buat teman2 yang lain bahwa "Membersamai seorang adik dalam menyempurnakan separuh agamanya bukanlah hal yang menakutkan... Bisa jadi lewat perjalanan kita membersamai mereka, Allah sedang mentarbiyah kita untuk terus belajar menjadi lebih baik..."
Wallahu a'lam bi shawab... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...