Bismillah...
"Bonita, sudah baca surat cinta buat Bang Tere?"
"Boni, masih suka dengan buku-bukunya Bang Tere?"
"Bagaimana pendapatmu tentang surat cinta untuk Bang Tere?"
Itu beberapa pesan yang masuk ke HP-ku beberapa hari terakhir ini. Seingatku masalah surat cinta untuk Bang Tere itu sudah selesai, tetapi masih ada beberapa teman yang mempertanyakannya. Lumayan kaget juga sih, koq nanya ke saya. Saya bukan siapa-siapa. Maybe karena saya suka membaca dan mengoleksi beberapa buku Bang Tere. Tapi saya bukan pengagum atau fans beratnya dia ya. Saya hanya suka dengan isi tulisannya. Apalagi tutur bahasanya mudah dicerna. Menuliskan hikmah lewat sebuah novel adalah sesuatu yang sangat ingin kulakukan sejak dulu. Itulah sebabnya saya banyak membaca buku-buku Beliau. Belajar kan bisa dari mana saja. Belajar dari tulisan-tulisan Andrea Hirata, Kang Abik, Tasaro GK, Ahmad Rifai Rifan, de el-el. Lagi-lagi belajar tentang isi tulisannya, mengambil ilmunya, dan berusaha mengamalkannya. Just it!!!!
Semenjak kejadian "surat cinta" tersebut ada yang berkurang di TL FB-ku. Orang-orang yang dulunya suka menshare status DTL skrng sudah mulai jarang bahkan sudah tidak pernah lagi melakukannya akhir-akhir ini. Padahal dulunya, setiap kali saya buka FB biasanya langsung status DTL yang pertama kali terbaca karena dishare oleh beberapa teman FB saya. Semoga bukan karena kecewa pada sosok DTL ya gan, hehehe... Itulah sebabnya saya tertarik membuat sebuah tulisan sederhana. Tulisan ini hanyalah bagian dari diskusi saya dengan beberapa teman. Semoga bermanfaat ya...
Ada hal yang menarik buat saya dengan kejadian tersebut. Momentnya bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad saw. Semuanya sudah diatur oleh Allah untuk memberikan kita pelajaran bahwa sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Mengagumi "manusia" hanya akan membuat kita kecewa. Bukankah telah dikatakan dalam Al Qur'an bahwa “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)
Pun begitu ketika kita terlalu fanatik terhadap suatu kelompok atau seseorang. Semua akan kita lakukan untuk membela kelompok kita. Fanatisme yang berlebihan kadang akan membuat kita menutup mata dan telinga dalam menerima masukan atau pun nasehat dari saudara kita. Hingga kita lupa niat awal kita berada dalam sebuah kelompok atau jama'ah. Teringat taujih dari salah satu guru saya,"jama'ah adalah kendaraan kita untuk menuju kampung surga. Kita berbeda jama'ah sama saja jika kita mengatakan bahwa kapal yang kita tumpangi berbeda. Namun, tujuan kita tetap sama yaitu surganya Allah."
Izinkan saya mengutip taujih dari ustadz Fauzhil Adhim tentang beberapa hal yang cenderung menjadikan seseorang bersikap dan bertindak melampaui batas. Beberapa diantaranya adalah sikap fanatisme terhadap madzhabnya. Sikap ini dapat menyebabkan seseorang sulit menerima kebenaran dari orang lain. Hal lain yang bisa menyebabkan seseorang bertindak diluar batas adalah berbangga dengan golongan, kelompok, organisasi, dan sejenisnya. Sikap fanatisme terhadap kelompok bahkan dapat menjadikan seseorang menentang pendapat yang haq, meski itu sikap 'alim madzhabnya. Sebabnya, pendapat tersebut menyelisihi apa yang menjadi sikap kelompok atau pemimpin kelompoknya pada saat ini. Kadang penolakan itu terjadi justru hanya karena pendapat 'alim madzhabnya tersebut justru menjadi sikap dan keyakinan kelompok lain (Adhim, 2014).
Oh ya, saya ingin berbagi pengalaman tentang pentingnya identitas atau atribut dalam menolong saudara kita yang kebanjiran. Penggunaan atribut itu penting, malah sangat penting. Seminggu yang lalu saya menshare pesan ke beberapa group di WA dan line yang isinya tentang ajakan untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban banjir. Di pesan tersebut tidak ada nama lembaga sosial atau pun organisasi yang saya tuliskan karena kegiatan tersebut hanyalah inisiatif saya dan beberapa teman untuk membagikan sembako pada korban banjir. Hasilnya, beberapa teman mengirimi saya pesan pribadi menanyakan nama lembaga sosial yang akan menyalurkan bantuan tersebut. Saya pun harus menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang akan kami lakukan. Barulah beberapa teman tergerak untuk menyumbangkan sebagian rezekinya. Beda sekali ketika saya menshare pesan yang berasal dari lembaga sosial tertentu atau pun dari lembaga kemahasiswaan. Tak ada yang bertanya dan pastinya dana yang masuk lebih banyak. Pun begitu ketika kami membantu orang-orang yang menjadi korban banjir. Orang-orang di daerah yang kami datangi sudah mengenal kami dan tidak banyak bertanya lagi seperti ketika awal-awal kami baksos di tempat tersebut. Karena mereka sudah mengenal wajah-wajah kami. Itulah pentingnya identitas ketika menolong saudara kita. Buat saya pribadi, jika saya ada di posisi mereka, maka saya pun akan selektif dalam menerima bantuan. Kalau orang yang datang membantu itu tak jelas identitasnya, lalu memberi bantuan makanan yang ternyata adalah makanan haram dalam Islam, seperti daging babi, kan bisa berabe urusannya gan...hehehehe...
So, di akhir tulisan ini saya hanya ingin kembali mengingatkan diri saya pribadi bahwa sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Kagum pada manusia hanya akan membuat kita kecewa karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Kalau manusia gak ada salah, itu malaikat namanya gan... Dan ketika kita diminta untuk fanatik, maka fanatiklah kepada Islam. Membela Allah, membela islam, membela Al Qur'an, membela Rasulullah saw, bukan malah membela kelompok atau organisasi.
Ketika ada saudara yang mengingatkan kita maka berlapang dadalah dalam menerima nasehat dari mereka. Nasehat dari saudara adalah bentuk kepedulian mereka kepada kita. Nasehat itu bisa datang dari siapa saja. Teringat nasehat dari salah satu kakak saya, "ketika seseorang menasehatimu maka lihatlah apa yang dikatakannya, tak perlu engkau melihat siapa orangnya. Saya takut kamu akan kecewa. Karena sampai kapan pun kebenaran tetap akan menjadi sebuah kebenaran. Dengan begitu engkau akan belajar menjadi lebih bijak dalam menjalani hidup ini."
Wallahu a'lam bi shawab...
Bonita mohon maaf jika banyak kekurangan dalam tulisan saya ini. Terima kasih untuk orang-orang yang telah menjadi guru saya dalam setiap diskusi... ^_^
#Jakarta, 20 Januari 2014
Semoga tulisan sederhana ini bisa menjawab pertanyaan beberapa teman...
Maaf jika jawaban saya kurang memuaskan...
Saya senang berdiskusi dan berusaha menghindari perdebatan... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar