Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ICT saat ini juga dirasakan oleh anak-anak kita. Salah satunya adalah fasilitas internet. Fasilitas tersebut bisa dikatakan menjadi teman baru mereka saat ini. Fasilitas ini biasanya mereka gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas dari guru di sekolah.
Namun, tidakkah Anda pernah merasa khawatir apabila anak-anak kita membuka situs-situs yang berbau pornografi? Pada awalnya anak-anak memang menggunakan internet untuk mencari bahan tugas sekolah. Namun, terkadang ketika anak-anak kita membuka sebuah situs akan ada gambar-gambar pornografi yang muncul.
Yayasan Kita & Buah Hati telah melakukan sebuah penelitian tentang dimana dan darimana sajakah anak-anak kita memperoleh hal-hal yang mengandung unsur pornografi. Responden dari penelitian ini adalah siswa kelas 4, 5, dan 6 SD periode Januari – September 2012.
Adapun hasil penelitian tersebut yang dipaparkan oleh Ibu Elly Risman, S.Psi dalam sebuah seminar parenting, yaitu sebagai berikut:
84 % anak menjawab bahwa mereka pernah mengakses situs-situs pornografi. Saat mereka ditanya alasan membuka situs tersebut, jawaban mereka adalah saat mencari tugas situs tersebut tidak sengaja terbuka, takut dianggap kuper oleh teman-temannya, iseng, dan terpengaruh oleh ajakan teman.
32 % anak-anak tersebut membuka situs pornografi di rumahnya sendiri. Sisanya ada yang membuka di rumah teman, warnet, sekolah, dan bioskop.
Saat ditanya tentang perasaan mereka saat melihat situs pornografi tersebut, 50% menjawab mereka merasa jijik, 8 % menjawab biasa-biasa saja, sisanya menjawab kaget, senang, dan ada juga yang mnejawab kapok.
Anak-anak memperoleh hal-hal yang mengandung unsur pornografi dari media internet 25% , games online 14 %, film Bioskop 14 %, VCD/DVD 14 %, sinetron 7 TV 5 %, iklan 6 %, buku cerita 2 %, media cetak 5 %, komik 13 %, dan handphone 4 %. Saat beberapa anak ditanya, mengapa mereka lebih menyukai bermain games online? Jawaban mereka sederhana tetapi sangat menyakitkan bagi kita yang berprofesi sebagai seorang pendidik. Pelajarannya membosankan dan susah serta mereka jenuh dengan kegiatan belajar di sekolah. Hal ini tentunya menjadi teguran buat kita yang berprofesi sebagai seorang pendidik untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
Kita sebagai orang tua yang terkadang tidak menyadari bahwa kitalah yang menyediakan fasilitas yang membuat anak-anak kita kecanduan dengan pornografi. Misalnya saja orang tua yang senang menonton sinetron tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh tontonannya terhadap anaknya. Apalagi saat ini banyak sinetron yang kurang mendidik bahkan tidak pantas ditonton oleh anak-anak kita. Oleh karena itu, sebagai orang tua kita harus selektif dalam menyediakan tontonan yang mendidik bagi anak-anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar