Sabtu, 18 Januari 2014

Ketika Saudaraku Mulai Berubah, Mungkin...

"Ukhti A sudah mulai jarang datang liqo' ya. Ada apa ya?" tanya salah satu teman saat halaqoh akan dimulai.
"Mungkin lagi ada masalah keluarga tapi dia ngga mau cerita," jawab teman yang lain.
"Mungkin lagi terhalang macet jadi telat datang hari ini. Doakan sajalah semoga dia dimudahkan," teman yang lain juga berkomentar.
"Mungkin lagi sakit, coba dihubungi dulu."

Pernah mendapatkan situasi seperti di atas?
Ada perubahan yang terjadi pada saudara kita. Lalu kita merasa perubahan tersebut adalah sesuatu hal yang tidak seperti biasanya. Dulunya yang selalu ceria, tiba-tiba menjadi lebih sering diam. Dulunya selalu memberi kabar, setiap kejadian diceritakan, lalu tiba-tiba lebih banyak diam. Dulunya rajin menyapa lewat sms, WA, line, bbm, dan berbagai media sosial, lalu tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi.

Sejujurnya saya sering mendapatkan kejadian-kejadian seperti di atas dari orang-orang di sekitar saya. Dulunya, saya kadang berpikir yang tidak-tidak tentang perubahan mereka terhadap saya. Mungkin dia lagi marah sama saya, mungkin saya membuat suatu kesalahan yang menyakiti hatinya, mungkin ada kata-kata saya yang menyakitkan, dan berbagai kemungkinan yang lain.

Hingga akhirnya, semua butuh proses pembelajaran dan saat ini pun saya masih menjalani proses tersebut. Belajar berprasangka baik kepada saudara sendiri. Teringat pesan Sang Murabbi saat masih di Makassar, "Saudaramu punya alasan yang mungkin tak ingin dia bagi dengan kalian. Tugas kita adalah mendoakan dia semoga Allah selalu menjaganya dalam kondisi apapun. Apapun yang dihadapinya saat ini dan kita tidak mengetahuinya, semoga Allah mengistiqomahkan hatinya."

Ya, bukan hal yang mudah untuk berhusnudzon kepada saudara sendiri. Butuh hati yang lapang untuk menenangkan hati kita agar jauh dari prasangka buruk terhadap saudara sendiri. Setiap kali prasangka buruk itu datang menghampiri, maka carilah 1001 macam alasan agar hati ini tetap berprasangka baik terhadap saudara kita. Ketika kita tak menemukan alasan dari berbagai alasan yang kita buat agar tetap berprasangka baik terhadap saudara kita, maka yakinlah bahwa saudaramu punya satu alasan yang belum engkau ketahui atau tak ingin dia bagi kepadamu.

Membiasakan berprasangka baik kepada saudara kita, sebaiknya tidak hanya dilakukan saat melihat ada perubahan yang terjadi dalam dirinya. Namun, kita harus berusaha untuk berprasangka baik kepada saudara kita dalam segala kondisi. Contohnya , ketika saudara kita melakukan sesuatu yang menyakiti hati kita atau pun tidak sesuai dengan nilai-nilai islam yang kita pelajari selama ini. Maka janganlah kita langsung men"judge" atau memberi "label" kepada mereka.

Kalau di psikologi ada mata kuliah yang membahas tentang pola asuh. Nah, pola asuh setiap orang berbeda-beda. Maka yakinlah bahwa tak ada niat dari saudaramu untuk menyakitimu. Namun, dia hanya tak pernah mendapatkan ilmunya sehingga dia belum tahu. Teringat kisah Rasulullah saw ketika berdakwah di bukit Thaif. Beliau dilempari oleh anak-anak yang ada di bukit tersebut hingga Beliau terluka dan giginya tanggal. Malaikat yang melihat kejadian tersebut lalu menghampiri Beliau yang sedang duduk di bawah pohon dan meminta kepada Rasulullah untuk berdoa kepada Allah agar mereka diizinkan untuk mengambil bukit-bukit Thaif dan menghimpit orang-orang yang telah melempari Beliau. Duhai Ya Rasulullah, jawaban Beliau sungguh luar biasa. Beliau bahkan memanjatkan doa kepada Allah agar penduduk Thaif diberi hidayah: "Allahummahdii qawmii fainnahum laa ya'lamuun" (Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku ini, karena mereka masih juga BELUM PAHAM tentang arti Islam". Rasulullah bahkan tak  lupa mendoakan agar keturunan mereka nanti menyembah Allah semata. Tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ali Sayyidina Muhammad. Shalawat dan Salam untukmu Duhai Kekasih Allah, semoga kelak bisa berada diantara barisan orang-orang yang mendapat syafaat dari engkau. Aaminn Ya Rabbal 'alamin...

Dari kisah Rasulullah saw tadi, banyak hikmah yang bisa kita petik. Salah satunya adalah bagaimana Rasulullah saw menyatakan dalam doanya bahwa penduduk bukit Thaif BELUM PAHAM dengan apa yang disampaikan oleh Beliau. Maka tugas kitalah untuk menyampaikan kebenaran. Namun, sampaikanlah kebenaran itu dengan cara yang ahsan. Kalau kata ustadz Salim A.Fillah,"Tegurlah aku dikala sepi, dikala kita hanya berdua, bukan di keramaian atau di depan umum."

So, ketika ada perilaku atau sikap saudaramu yang menyakitkan, maka berhusnudzonlah. Pola asuh kita berbeda dengannya dan mungkin saja dia belum tahu atau belum pernah mendapatkannya. Kalau pun dia tahu, mungkin dia khilaf maka tugas kita lagi untuk mengingatkannya. Ketika kita sudah mampu berhusnudzon kepada saudara kita, maka memaafkan pun akan menjadi lebih mudah. Lagi-lagi yang perlu diperhatikan adalah mengingatkannya dengan cara yang "ahsan" ya.... ^_^

Wallahu a'lam bi shawab...

Bonita mohon maaf jika banyak kekurangan dalam tulisan ini. Sungguh saya pun masih dalam proses belajar. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tulisan ini pun bagian dari cara saya untuk mengingatkan pribadi saya sendiri. Mohon masukannya jika ada yang salah dalam tulisan saya.

#Jakarta, 18 Januari 2014
Ditemani oleh perpaduan musik hujan dan guntur... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...