Kamis, 16 Januari 2014

Galau oh Galau...

Bismillah…
Akhir-akhir ini ada satu kata yang selalu menghiasi status di facebook, twitter, maupun BBM. “GALAU”. Entah siapa yanmg memulai istilah tersebut. Galau dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya kacau, tidak karuan. Kacau dalam segala hal dan hidupnya menjadi tidak karuan. Entah ikut trend atau ada alasan lain, orang-orang yang saya temui pun hampir sebagian besar merasa galau. Karena masalah tersebut saya tertarik menulis tentang “Galau” itu sendiri.

Kejenuhan itu tak bisa kita hindari. Dia akan selalu datang kapan pun dia mau. Kembali lagi ke pribadi kita masing-masing apakah kita siap menghadapi kejenuhan itu. Lho koq balas kejenuhan? Tadi kan bahas tentang ber”Galau-Galau” ria. Hehehehe…
Dari cerita teman-teman, saya menyimpulkan sendiri bahwa mereka yang dihinggapi kegalauan pada umumnya mereka merasakan kejenuhan pada aktivitas mereka, baik pada kuliah maupun pekerjaan. Aktivitas yang banyak dan dilakukan secara berulang setiap hari maka akan memancing munculnya rasa kejenuhan itu.
Lalu apa yang harus kita lakukan ya untuk melewati masa-masa kejenuhan alias masa Galau itu?

Itulah pertanyaan yang sering saya dapatkan dari teman-teman dan adik-adik.
Hhhheeemmm, mungkin ilmu saya belum cukup untuk membahas secara lengkap tentang masalah tersebut. Tetapi izinkan saya untuk berbagi sedikit ilmu yang diberikan oleh Allah. Tulisakan ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman dan cerita dari teman-teman juga.

Ketika datang seorang teman yang datang curhat kepada saya tentang kejenuhan atau pun perasaan bosan yang mereka alami terhadap aktivitas mereka, maka pertanyaan saya yang pertama kepada mereka adalah “bagaimana sholat Anda?” sebagian besar akan diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan saya ini. Sahabatku, aktivitas kita yang begitu banyak jangan sampai menjauhkan kita dari Allah. Pada saat kita memulai sesuatu, niat kita di awal mungkin saja semuanya untuk Allah. Tetapi siapa yang bisa menjamin kalau niat itu akan terus terjaga sampai kita menyelesaikan perjalanan hidup kita ini. Disinilah arti pentingnya kita memperbaharui niat kita setiap hari. Memperbaharui niat sama saja dengan memperbaharui semangat kita dalam menjalani aktivitas. Apalagi jika aktivitas tersebut adalah aktivitas dakwah.
Keikhlasan dalam melakukan aktivitas kita adalah sebuah proses panjang yang tak hanya dilakukan diawal. Keikhlasan itu tetap harus dijaga saat diawal kita memulai, saat menjalani, dan hingga kita mengakhirinya (Salim A. Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang).

Ketika kita menjawab, “Saya sholat koq setiap hari.” Maka pertanyaan saya selanjutnya adalah, “Apakah Anda sudah menjaga waktu-waktu sholat Anda? Apakah Anda melakukannya di awal waktu? Atau Anda hanya memberikan sisa-sisa waktu Anda kepada Allah?”

Karena itu, kita tak perlu protes kepada Allah “mengapa rezki yang saya dapat hanya sisa-sisa ya Allah”. Toh waktu yang kita berikan juga adalah sisa-sisa waktu kita, gimana mau dapat yang terbaik?. Sahabatku, berikanlah yang terbaik kepada Allah. Insya Allah, yang terbaik pun akan datang menghampirimu. Amiin…
Ketika rasa jenuh alias bosan alias galau itu datang menghampiri, mungkin perlu juga untuk menikmatinya sejenak. Sekali lagi saya menekankan “sejenak”. Artinya, jangan sampai kita membiarkan perasaan tersebut hingga berlarut-larut. Ibaratnya, saat itu kita sedang terjatuh di sebuah sumur yang sangat dalam. Saat itu kita bisa menikmatinya sejenak sambil memikirkan cara untuk keluar dari masalah tersebut. Saat masa “sejenak” tersebut adakalanya air mata menjadi obat yang paling menyenangkan. Tetapi air mata itu akan terasa nikmat ketika dilakukan di atas sajadah setelah melakukan dua rakaat. Setelah masa “sejenak” itu, maka bangkitlah. Jangan biarkan perasaan itu berlarut-larut hingga membuatmu semakin jauh dari Allah.

“Tetapi saya merasa tidak bisa k’?”
Maka tanyakan lagi kepada dirimu, apakah kita mau berubah atau tidak. Semuanya kembali lagi ke diri kita masing-masing apakah kita mau berubah dan mau keluar dari masa-masa jenuh tersebut. Terkadang kita harus “memaksakan diri” kita, bahkan cenderung menyakiti. Tetapi menyakiti dalam arti yang positif. Terkadang untuk meraih sebuah kesuksesan itu kita harus menyakiti diri sendiri. Merasa berat untuk melakukan sholat tepat waktu, tilawah itu menjadi sebuah aktivitas yang tidak mudah, melawan rasa kantuk untuk sholat tahajjud, sholat dhuha diantara sejuta kesibukan kita, dan berbagai aktivitas lain yang membuat kita dekat kepada Allah. Di awal mungkin terasa berat, bahkan cenderung kita melakukannya secara terpaksa. Tetapi bersabarlah sahabatku. Dari keterpaksaan itu, maka akan lahir sebuah kebiasaan dan dari kebiasaan itu insya Allah perlahan tapi pasti rasa keikhlasan yang pernah kita rasakan akan kembali lagi.

Sahabatku, ketika semuanya sudah kamu lakukan tetapi perasaan itu belum juga pergi, maka bayangkanlah surganya Allah. Allah selalu menggambarkan surga-Nya dalam Al Qur’an dengan kata kerja tetapi bukan kata sifat (salim A. Fillah). “Surga itu indah” atau “Di surga itu ada sungai-sungai yang mengalir dan engkau akan dikelilingi oleh bidadari-bidadari”. Mana yang lebih indah yang anda dengar? Kalau saya pribadi, lebih menyukai kalimat yang kedua. Bayangkanlah sebuah istana dari emas menantimu di surga firdaus-Nya. Engkau bisa berkumpul bersama ayah dan ibumu beserta keluargamu. Engkau bisa memandang wajah Allah dan engkau bisa mencium tangan orang yang engau rindukan selama ini. Yang hanya bisa engkau baca dari kisah perjalanan hidupnya, tetapi engkau tak bisa membayangkan wajahnya. Ya… engkau bisa mencium tangan Rasulullah SAW (Semoga perjumpaan dengan Allah dan rasul-Nya menjadi cita-cita kita semua, amiin).

Kalau itu belum cukup juga membuatmu keluar dari rasa jenuh atau pun rasa galaumu, maka mintalah kepada Allah dengan berdoa. Mintalah agar hatimu yang mulai sedikit membatu agar disirami kembali dengan cinta-Nya. Sungguh hidayah itu hak priogratif-Nya Allah. Jadi saya atau siapa pun tidak akan sanggup menolongmu sahabatku.
Sahabatku, Perjalanan kita masih panjang. Masih banyak ujian di depan sana yang menanti kita. Jika kita tak membentengi kita dengan kekuatan ruhiyah maka kita tidak akan sanggup menghadapi kerikil-kerikil tajam di depan sana. Selama ini mungkin kita mengandalakan kekuatan fisik, tetapi ada kekutan yang jauh lebih besar. Itulah KEKUATAN RUHIYAH. Pilihan ada di tangan kita, apakah kita hanya akan menjadi “penonton” atau menjadi “pemain”. Perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain.
Selamat berjuang teman-teman!!!!
Sesungguhnya Allah bersama kita!!!!
So, “Galau”!!!! Lo, Gue, End!!!!!!!!!!!!!!!
Itulah sedikit ilmu yang bisa saya bagi. Semoga tulisan ini bisa menambah semangat kita menjalani aktivitas kita sehari-hari.

Bonita mohon maaf atas sedikitnya ilmu dan ketidaktahuan yang saya miliki… ^_^
Wallahu a’lam bi showab…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...