Rabu, 15 Januari 2014

Ketika Futuristik Datang Menghampiri

Bismillah...
Tak ada yang menjamin kualitas iman kita akan terus berada di titik yang tertinggi. Kalau kata Aa Gym, iman itu fluktuatif. Iman itu kadang di atas, kadang di atasnya lagi, dan kadang lebih di atas lagi. Seharusnya seperti itulah kualitas iman kita. Namun, bukan hal yang mudah untuk menjaga kualitas iman kita. Butuh kekuatan dan usaha yang maksimal untuk terus menjaga kualitas iman kita.

Betapa sering saya mendapatkan teman-teman yang bercerita tentang pengalaman mereka saat berada dalam kondisi futuristik. Bagaimana usaha mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Cerita yang paling sering kudapatkan adalah dari teman-teman sesama perantau yang dulunya berada di lingkungan yang sangat kondusif, namun sekarang justru berada di lingkungan yang berbeda 180 derajat.
Izinkan saya untuk menuliskan pengalaman-pengalaman sahabat saya dan ada beberapa yang menjadi pengalaman pribadi saya. Semoga bermanfaat... ^_^

Kita tak pernah bisa menjamin kawan bahwa kita akan terus berada di lingkungan yang kondusif. Kalau dulunya kita berada di lingkungan yang mendukung aktivitas ibadah kita, apalagi jika kita aktif di lembaga dakwah kampus. Namun, ketika kita harus hijrah meninggalkan semua zona nyaman dan ternyata lingkungan yang kita dapatkan sangat jauh berbeda dari lingkungan sebelumnya maka disinilah letak ujian kita.

Mulai disibukkan dengan aktivitas kuliah yang padat dan tugas-tugas dari dosen yang terus mengalir tak henti-henti. Pulang dari kampus, laporan sudah menanti-nanti untuk segera dikerjakan. Rehat sejenak memberikan hak kepada fisik lalu melanjutkan kembali aktivitas berhadapan dengan laptop. Mungkin seperti itu gambaran yang saya dapatkan dari beberapa teman. Semua kesibukan tadi membuatnya tak punya waktu lagi mengikuti kajian-kajian di kampus atau pun di tempat lain.

Sahabatku...
Sesibuk-sibuknya dirimu, sungguh Allah jauh lebih sibuk. Sesibuk-sibuknya dirimu, Allah masih lebih sibuk hingga Allah tak pernah lupa memberikan rezeki kepada hamba-Nya. Sesibuk-sibuknya dirimu, Allah masih lebih sibuk hingga Allah tak pernah lupa memberikan nikmat udara kepadamu. Sesibuk-sibuknya dirimu, Allah masih lebih sibuk hingga Allah tak pernah lupa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang membutuhkan. Jadi tak perlu menjadi orang yang sok sibuk, karena Allah jauh lebih sibuk.

Lalu bagaimana ketika futuristik datang menghampiriku?
Banyak hal yang bisa kamu lakukan sobat untuk menjaga kualitas imanmu. Masih ingatkan dengan tembang “Tombo Ati”??? Ya...obati hatimu dengan membaca Al Qur’an dan maknanya, mendirikan sholat malam, berkumpul dengan orang sholeh, perbanyak berpuasa, dan senantiasa berdzikir mengingat Allah. Ketika engkau tak mampu melakukan semuanya, maka rutinkan salah satunya atau salah duanya, atau salah tiganya atau salah empatnya atau mungkin salah limanya...hehehehe... ^_^

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata :
اطلب قلبك في ثلاثة مواطن عند سماع القرآن وفي مجالس الذكر وفي أوقات الخلوة فان لم تجده في هذه المواطن فسل الله أن يمن عليك بقلب فانه لا قلب لك
“Carilah hatimu di tiga tempat ini ; di saat engkau mendengarkan Al Qur’an, di saat engkau berada di majlis dzikir (majlis ilmu) dan di saat engkau menyendiri bermunajat kepada Allah. Jika engkau tidak temukan hatimu di sana, maka mintalah kepada Allah agar Memberimu hati karena sesungguhnya engkau sudah tak punya hati lagi” (Al Fawaid 1/148)

Saya teringat dengan pesan Murobbi saya dulu, ‘ketika futuristik datang melanda maka disitulah saatnya kamu harus menyakiti dirimu sendiri. Menyakiti diri dengan memaksa diri untuk beribadah. Tubuh terasa berat untuk beribadah dan hati yang terasa tidak ikhlas untuk menjalankannya. Bahkan terkesan melakukan semuanya hanya untuk menggugurkan kewajiban, maka saat itulah kamu harus menyakiti dirimu sendiri. Jangan turuti hawa nafsumu, lawan dia dengan terus memaksakan diri untuk beribadah. Awalnya memang terasa berat bahkan sangat berat. Namun, lama kelamaan kamu akan terbiasa dan insya Allah keikhlasan itu akan hadir kembali di hatimu. Ya, kadang semuanya memang harus dipaksakan. Kalau tidak dipaksakan, maka kita akan terus berada di wilayah futuristik tersebut.

Lingkunganku saat ini tidak kondusif bahkan teman-temanku sangat berbeda dengan yang dulu. Boleh dikatakan saya sendiri disini...
Sahabatku yang kucintai karena Allah...
Justru itulah kesempatan yang diberikan oleh Allah untukmu agar kamu menjadi pribadi yang lebih militan. Ketika Allah ingin menghebatkan hamba-Nya maka Allah akan memberikan ujian yang hebat juga. Masih ingat ketika kita ujian di kelas 1 SD? Saat itu ujian terasa sangat sulit untuk dikerjakan. Namun, ketika kita sudah SMA lalu diberikan soal ujian kelas 1 SD maka kita justru memandang enteng soal tersebut. Naahhh seperti itu pula kehidupan kita. Ngga mungkin kan Allah memberikan ujian yang kualitasnya seperti soal kelas 1 SD ketika kita ingin menjadi pribadi yang kualitasnya sama seperti soal ujian SMA tadi???

Tugas-tugasku semakin menumpuk dan kadang saya merasa jenuh dengan semua aktivitas yang kujalani selama ini?
Sahabatku yang kucintai karena Allah...
Titik jenuh itu wajar. Bahkan hampir melanda setiap orang yang aktivitasnya monoton. Saya pernah mendapatkan nasehat dari salah satu sahabat bahwa “titik jenuh itu adalah tanda bahwa kualitas imanmu sudah mulai menurun. Ibaratnya titik jenuh itu adalah sebuah alarm bagi diri kita bahwa noda-noda hitam sudah mulai muncul di hati kita. Ketika dia datang, maka periksa amalan harianmu. Mungkin ada yang mulai berkurang intensitasnya atau bahkan ada yang mulai engkau tinggalkan?”

Nasehat lain yang pernah kudapatkan adalah “cobalah untuk memaknai setiap aktivitasmu.” Ketika engkau sibuk dengan aktivitas kuliahmu dan kejenuhan mulai melandamu, maka tanyakan pada hatimu “untuk siapa kamu melakukan semua ini?” Teringat nasehat dari Aa Gym, “Jika tujuan aktivitas kita adalah untuk memenuhi kebutuhan perut, maka kualitas hidup kita tak jauh berbeda dengan yang dikeluarkan oleh perut.”

Ya... semua yang kita lakukan semua ini adalah bekal kita kawan untuk berjumpa dengan-Nya. Ingatlah perjumpaan dengan-Nya. Kelak semua yang kita lakukan hari ini akan terbayar di surga-Nya. Bersabarlah, bersabaralah, dan bersabarlah. Jika engkau tak sanggup lagi untuk bersabar, maka mintalah kepada Allah agar Allah menguatkanmu dalam kesabaran. Mintalah kepada Allah dalam setiap doamu, “Ya Allah, tanamkan keyakinan dalam hatiku bahwa perjumpaan dengan-Mu adalah sesuatu yang nyata. Ya Allah, tanamkan keyakinan dalam hatiku bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti. Hingga tak ada lagi keraguan dalam hatiku bahwa perjumpaan dengan-Mu adalah cita-cita tertinggiku ya Rabb...”

Sahabatku...
Tetaplah istiqomah di jalan-Nya...
Teruslah berdoa kepada Allah. Sungguh Allah adalah pemilik hati-hati kita, maka mintalah kepada Allah agar Allah menetapkan hati kita. Mintalah kepada Allah agar Allah senantiasa menjaga tangan, penglihatan, pedengaran, lisan, langkah kaki, dan hati kita agar senantisa melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah.
Wallahu a’lam bi showab...

# Jakarta, 27 November 2013
Spesial buat sahabatku nun jauh disana yang katanya lagi sendiri...
Kamu tidak sendiri ukh, ada Allah yang selalu menjaga dan menemanimu...
“Sunyi bersama Allah dalam keramaian dunia dan ramai bersama Allah dalam kesunyian dunia.” (Ahmad Rifai Rif’an)
Sunyi bersama Allah dalam keramaian dunia, Ketika berada di lingkungan yang jauh dari Allah maka kedekatan dengan Allah tetap terjaga karena Allah selalu hadir dalam hati.
Ramai bersama Allah dalam kesunyian dunia, Ketika bosan dengan semua aktivitas yang dijalani, maka dia tetap merasa ramai dengan Allah. Ketika rasa bosan itu datang, dia akan berdua-duaan dengan Allah menumpahkan semua isi hatinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...