21 April 2013…
Selamat hari Kartini untuk perempuan-perempuan di seluruh Indonesia…!!!
Karena R. A. Kartini adalah seorang perempuan, jadi saya ingin menulis tentang perempuan… ^_^
Beberapa teman selalu menghubungkan Kartini dengan emansipasi perempuan (maaf teman-teman, saya lebih senang menggunakan kata perempuan dibanding wanita… ^_^). Bahkan ada yang mengatakan bahwa saat ini kedudukan perempuan sudah sama dengan laki-laki. Whatever-lah… saya tidak ingin berdebat mengenai masalah ini (soalnya saya tidak suka berdebat kawan… ^_^). Kali ini saya ingin menuliskan peran penting seorang perempuan. tetapi saya ingin mengutip sebuah ayat yang bisa menjelaskan pernyataan saya sebelumnya,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal secara baik. Sungguh yang termulia di sisi Allah diantaramu adalah yang paling takwa ke pada-Nya”. (QS . Al- Hujurat: 13)
Pertama, saya ingin membahasa sebuah kisah cinta nan romantis dari sosok seorang perempuan tangguh. Beliau ada salah satu idola saya. Ya, namanya Khadijah. Beliau adalah isteri pertama Rasulullah saw. Teman-teman mungkin pernah membaca kisah tentang Beliau (saya belum sempat baca nih buku tentang Beliau, tetapi dari buku shiroh tergambar jelas bagaimana peran Beliau dalam kehidupan Rasulullah saw. Eitsss, jangan lupa shalawat ya buat Rasulullah saw… ^_^). Salah satu kisah yang sangat menarik buat saya adalah kisah saat pertama kali Rasulullah saw menerima wahyu pertama. Saat itu Beliau menggigil, ketakutan dan akhirnya Beliau kembali ke rumah. Beliau disambut oleh isterinya yang setia menemaninya selama berdakwah. Lalu apa yang dilakukan Khadijah saat itu? Apakah Khadijah terlihat panik? Apakah Khadijah sibuk bertanya kepada suaminya tentang apa yang baru saja dialaminya?
Ternyata tidak… Khadijah langsung menyelimuti suaminya dan memilih tidak bertanya macam-macam. Saat suaminya mulai bercerita tentang apa yang dialaminya, Beliau lalu berkata, “Tidak, Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan menghinakanmu, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Duhai… saya jadi tahu mengapa Rasulullah saw sangat mencintai beliau. Khadijah saat itu mungkin saja penasaran dengan apa yang baru saja dialami oleh suaminya. Tetapi Beliau justru menahan rasa ingin tahunya dan memilih menyelimuti Beliau. Khadijah menanti suaminya bercerita sendiri dan Khadijah lalu menenangkan Beliau dengan kalimat tadi.
Lalu pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah tadi?
Buat saya pribadi ya, inilah salah satu pelajaran buat para perempuan tentang bagaimana menjadi seorang isteri sholehah. Dalam salah satu buku psikologi (lupa judulnya, hehehe… maaf ya… ^_^), laki-laki memiliki gua-gua dalam dirinya. Saat menghadapi suatu masalah, berikan mereka ruang untuk menyendiri sejenak hingga masalahnya selesai. Suatu saat dia akan bercerita padamu ketika masalahnya sudah terselesaikan atau ketika dia sudah menemukan jalan keluar.
Kedua, perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan ini (kaum adam jangan protes dulu ya… kali ini special buat perempuan dulu…). Bagi teman-teman yang sangat menyayangi Ibunya pasti mengerti dengan maksud kalimat saya tadi. Madrasah pertama seorang anak adalah Ibunya. Guru pertama bagi seorang anak adalah ibunya dan anak akan banyak meniru dari ibunya. Bahkan ada salah satu tokoh yang mengemukakan bahwa seorang perempuan juga harus memiliki pendidikan yang tinggi karena kelak dia akan menjadi seorang ibu yang akan mendidik anak-anaknya. Kalian setuju ngga dengan pendapat tersebut? itu terserah teman-teman sih…
Buat saya pribadi, pendidikan yang tinggi bukanlah menjadi hal yang mutlak bagi seorang Ibu. Justru menurut saya, hal pertama yang harus dimiliki oleh seorang perempuan adalah naluri keibuan. Ketika dia sudah memiliki naluri tersebut, maka dia akan melakukan banyak hal untuk meningkatkan kualitas dirinya sebagai perempuan atau sebagai calon ibu untuk anak-anaknya kelak. Banyak cara yang bisa dilakukan kawan, ada yang memilih untuk melanjutkan pendidikan, mengikuti seminar-seminar parenting, membaca buku-buku parenting, dan sebagainya. Banyak jalan menuju Roma kawan… ^_^
Sekarang ini banyak perempuan yang memilih untuk berkarir di dunia kerja alias kerja kantoran. Berangkat kantor jam 7 pagi dan pulang jam 8 malam, bahkan ada yang pulang hingga jam 10 malam. Anak-anak diserahkan pada pengasuh atau dititipkan pada ibu atau mertua. Hal ini sepertinya sudah menjadi budaya di Indonesia. Budaya??? Heemmm, saya tidak tahu ini budaya bagus atau tidak. Teman-teman sajalah yang menilai. Sampai-sampai banyak orang tua yang hanya tahu satu hal tentang anaknya. Mereka hanya tahu tentang panjang anaknya, karena saat dia berangkat dan pulang kerja, mereka hanya menemukan anaknya sudah dalam keadaan tidur nyenyak. Bahkan yang lebih miris lagi, ada seorang anak yang sudah menganggap pengasuhnya sebagai ibunya dan ibunya dianggap orang lain… Miris…
Entah apa yang mereka cari dengan sibuk berkarir dan melupakan tanggung jawab sebagai seorang Ibu. Saya punya pengalaman dengan salah satu keponakan saya. Saat dia masih berumur 1-3 tahun, dia masih mau dipeluk, dicium, dan digandeng saat berjalan bersama saya. Tetapi sekarang dia sudah tidak mau lagi diperlakukan seperti itu, katanya malu karena dia bukan anak kecil lagi (lucu juga sih…). Saya jadi bertanya dalam hati, “kenapa masih ada ibu yang mau melewatkan moment-moment berharga dengan anaknya.”
Adalagi satu percakapan sederhana saya dengan seorang teman kuliah. Saat itu saya bertanya apa alasan dia untuk melanjutkan pendidikan? Apakah dia akan melanjutkan pendidikan lagi setelah selesai nanti? Jawabannya sederhana, “Cukup deh, setelah ini saya akan menjadi Magister Rumah Tangga.” Saya tersenyum mendengar jawabannya. Saya teringat ketika salah satu teman bertanya kepada saya, “Apa cita-citamu Bonita?”.
Saya tersenyum mendengarnya dan bertanya kembali, “mau jawaban serius atau asal?”.
“Seriuslah!!!” jawabnya dengan setengah nada berteriak.
“Saya bercita ingin menjadi seorang isteri sholehah. Saya ingin berkarir di rumah tangga, yang lain hanya kerja sampingan,” jawabku sambil tersenyum.
“Hhhaaa??? Serius??? Sekolah tinggi-tinggi hanya ingin berkarir di rumah?” tanyanya kembali dengan nada berteriak kaget.
“Kawan, andai engkau tahu. Seorang isteri sholehah akan masuk surga dari pintu mana pun yang dia inginkan. Saya ingin mendidik anak-anak yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Saya ingin menjadi seperti Ibuku,” jawabku kembali.
“Lama dong untuk bisa mewujudkannya?” tanyanya kembali.
“Siapa bilang? Sekarang pun saya sedang berusaha untuk menjalaninya. Saya punya banyak anak-anak disekitar saya. Mereka mungkin bukanlah anak-anak yang terlahir dari rahimku, tetapi mereka adalah anak-anak yang lahir dari pemikiran-pemikiran kita,” jawabku kembali.
“Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki.” (Hadist riwayat Anas Bin Malik)
So, untuk seluruh perempuan-perempuan di Indonesia…
Kalian adalah madrasah-madrasah bagi anak-anak kalian, entah anak yang terlahir dari rahim kalian atau pun anak-anak yang lahir dari pemikiran kalian…
Didiklah anak-anak kita agar kelak mereka siap menjalani kehidupan yang indah ini…
Didiklah anak perempuan dengan baik agar kelak mereka bisa menjadi seorang isteri dan ibu dalam keluarganya…
Didiklah anak laki-laki dengan baik agar kelak mereka bisa menjadi suami dan ayah bagi keluarganya…
Kalaulah semua perempuan tahu bahwa betapa pentingnya peran seorang perempuan dalam sebuah keluarga, maka kita bisa menciptakan sepenggal firdaus di bumi Indonesia… ^_^
Dan terima kasih untuk perempuan terhebat dalam hidupku, My Mom…
Hanya Allah yang bisa membalas setiap kasih sayang dan kebaikan yang engkau berikan untukku…^_^
Selamat Hari Kartini!!!!
“Siapa yang melakukan amal kebaikan dari golongan laki-laki atau perempuan, maka Kami akan memberikan padanya kehidupan yang baik.” (QS: An-Nahl: 98)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar