Rabu, 15 Januari 2014

Libatkan Siswa dalam Membuat Aturan Kelas

Dalam sebuah perkuliahan, teman-teman sedang asyik mendiskusikan tentang pemberian hukuman kepada siswa. Salah satu teman bercerita bahwa anaknya pernah dihukum naik turun tangga karena melanggar sebuah aturan. Alhamdulillah, anaknya tidak menderita penyakit jantungan atau asma. Ada juga yang dihukum menyapu halaman sekolah dan berbagai hukuman yang pernah diterapkan di sekolah anak-anak mereka.

Ada satu hal yang menarik dari pembicaraan teman-teman saya. Sebagian besar guru menetapkan hukuman sesuka hati mereka, tanpa memikirkan hukuman yang diberikan itu mendidik atau tidak. Namun sebelumnya, saya ingin mencari kata yang tepat untuk menggantikan kata “hukuman”. Kata ini sudah memiliki makna yang sangat buruk dan negatif bagi anak-anak. Sampai sekarang pun saya masih mencari kata yang tepat untuk menggantikan kata tersebut. Untuk tulisan kali ini, izinkan saya menggunakan kata “konsekuensi”. Kalau ada teman-teman yang memiliki ide tentang kata yang tepat untuk menggantikan kata tersebut dan mau berbagi dengan saya, saya akan merasa sangat senang... ^_^

Memberikan konsekuensi kepada anak yang melanggar aturan sebaiknya harus diperhatikan apakah konsekuensi tersebut mendidik atau tidak. Apakah konsekuensi tersebut membelajarkan anak atau malah membuat anak jadi takut belajar?

Oleh karena itu, hal pertama yang perlu diperhatikan oleh seorang guru saat pertama kali mengajar di awal semester adalah membahas “aturan kelas” atau di dunia perkuliahan biasa juga disebut “kontrak kuliah”. Aturan kelas inilah nantinya yang akan menjadi acuan guru dalam proses pembelajaran agar berjalan kondusif. Aturan kelas ini haruslah dibuat bersama dengan anak-anak. Jadi, bukan hanya guru yang menentukan aturan kelas tetapi siswa juga perlu dilibatkan dalam proses penentuan aturan kelas. Mengapa harus demikian?

Anak-anak yang kita ajar adalah manusia yang memiliki hati, bukan robot yang bisa diatur sesuka hati kita. Saat penentuan aturan kelas, guru sebaiknya sudah memiliki gambaran tentang aturan kelas yang akan dibuat. Saat penentuan aturan kelas tersebut guru harus mampu “memancing” mereka untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan begitu anak belajar untuk berani mengemukakan pendapat di depan teman-temannya. Dengan melibatkan anak dalam pembuatan aturan kelas, maka anak akan belajar untuk bertanggung jawab terhadap aturan yang sudah mereka tetapkan.  Karena mereka merasa menjadi bagian dari aturan kelas tersebut.

Selain aturan kelas, anak-anak juga perlu dilibatkan dalam menentukan konsekuensi yang akan mereka dapatkan jika mereka melanggar aturan tersebut. Dengan keterlibatan tersebut, maka anak tidak akan merasa terbebani jika menjalani konsekuensi tersebut karena mereka pernah terlibat saat menentukan aturan kelas.

Hal penting lainya yang perlu diperhatikan lagi oleh seorang  guru adalah “konsisten” dengan aturan kelas yang telah ditentukan. Sifat anak-anak adalah meniru dan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Jika ada anak yang melanggar dan guru tidak memberikan konsekuensi, maka anak yang lain akan beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh temannya bukanlah hal salah. Karena guru tidak memberikan konsekuensi atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh anak tadi. Hal ini juga menyebabkan anak akan menjadi bingung untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Wallahu a’lam bi shawab… ^_^

#Teman-teman yang memiliki pengalaman tentang aturan kelas, sekiranya bisa berbagi disini...^_^

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...