Rabu, 01 Juli 2020

KESIAPAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI ERA NEW NORMAL

Tak pernah ada yang menyangka bahwa kita akan berada di suasana pandemi seperti hari ini. banyak yang hal berubah, termasuk dengan proses pembelajaran anak. Biasanya anak belajar di ruang kelas, sekarang anak harus belajar di rumah. Biasanya anak belajar bertatap muka langsung dengan guru, sekarang harus bertatap muka melalui layar HP. Biasanya guru yang akan mendampingi, sekarang ditutunut peran orang tua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran.

Saat awal-awal pembelajaran online ini dilakukan, begitu banyak orang tua yang curhat hingga sampai di sosial media. Dari semua itu ada beberapa hal yang saya temukan, yaitu:

Pertama, orang tua yang kewalahan mendampingi anak dengan alasan yang berbeda-beda. Anak yang harus didampingi lebih dari satu, orang tua juga harus WFH, gadget yang terbatas sementara harus digunakan oleh beberapa anak.

Kedua, pelajaran anak yang tiba-tiba jauh lebih banyak dibanding ketika menjalani sekolah seperti biasa.

Ketiga, orang tua yang mengalami kebingungan karena awalnya diterapkan pengasuhan yang menjauhkan anak dari gadget, ternyata selama SFH anak harus banyak berinteraksi dengan gadget.

 

Sekarang kita memasuki masa new normal. Namun, ternyata pembelajaran anak-anak sebagian besar akan tetap dilakukan dari rumah. Lalu apa yang sebaiknya disiapkan untuk menghadapi masa new normal ini?

 

PERTAMA, PENERIMAAN DIRI DARI ORANG TUA DAN PENDIDIK

Sebagai orang tua dan pendidik, kita harus mampu cepat beradaptasi dengan kondisi sekarang. Salah satunya adalah menjaga kesehatan fisik dan mental. Jadi bukan cuma kesehatatan fisik yang dijaga, tetapi juga kesehatan mental. Mengapa? Agar orang tua tetap bahagia dalam mendampingi anaknya di rumah. Tidak ada keterpaksaan yang menyebabkan stres berkepanjangan yang pada akhirnya akan berdampak juga pada kesehatan mental anak.

KEDUA, MEMBUAT ATURAN YANG JELAS DENGAN ANAK

Setiap kali ada orang tua yang curhat tentang anaknya, maka pertanyaan pertama yang biasanya saya tanyakan adalah “APAKAH DI RUMAHNYA SUDAH ADA ATURAN KELUARGA?” Hampir sebagian besar menjawab tidak ada. Biasanya akan muncul aturan ketika kondisi rumah tidak nyaman dan lagi-lagi anak yang akan menjadi sasaran empuk untuk pelampiasan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat aturan, yaitu:

a.    Aturan itu bukan tentang banyaknya, tetapi bagaimana pemahaman anak-anak terhadap aturan tersebut dan konsistensi orang tua dalam menegakkan aturan tersebut

b.    Jelaskan aturan ke anak dengan bahasa yang mudah dipahami. Fokus kepada MENGAPA  aturan itu dibuat dan KAPAN aturan itu dilaksanakan.

c.    Jelaskan juga konsekuensinya jika dilanggar

d.    Laksanakan dengan konsisten

 

KEDUA, MILIKI WAKTU KHUSUS UNTUK MENEMANI ANAK

Menemani anak yang dimaksud disini adalah hadir dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga. Berapa banyak orang tua yang katanya sudah hadir menemani anak, namun pikirannya ada di kantor. Katanya sudah menemani anak, tetapi HP masih di tangan dan sibuk bermain sosmed. Waktu yang dianjurkan adalah kurang lebih tiga jam. Apa yang dilakukan selama tiga jam? Tiga jam menemani anak untuk 3B. apa itu 3 B?

a.    BERMAIN: temani anak bermain bersama-sama. Bermain tebak-tebakan, main petak umpet, main bola, main bulutangkis. Manfaatkan kesempatan bermain ini untuk menyalurkan energi anak ke hal-hal yang positif sehingga anak tidak selalu bersama dengan gadgetnya.

b.    BELAJAR: temani anak untuk belajar hal-hal yang bermanfaat. Misalnya, menemani anak mengerjakan PR, belajar shiroh, belajar skill tertentu, belajar adab, dan sebagainya.

c.   BERBICARA: ajak anak untuk ngobrol hal apapun. Lebih utama ajak mereka bicara tentang dirinya, pengalamannya, keinginannya, dan sebagainya. Banyak anak-anak yang bercerita kalau orang tuanya lebih banyak ngobrol dengan HPnya dibanding dengan dirinya. Itulah mengapa banyak anak yang ingin bercita-cita ingin menjadi HP agar bisa selalu bersama dengan ayah dan ibunya.


KETIGA, RAYAKAN KEBERHASILAN SEKECIL APAPUN

Ketika anak berhasil melewati harinya sesuai dengan aturan yang sudah disepakati bersama dan mau diajak bekerja sama dalam proyek-proyek yang telah disepakati bersama, maka berikan pujian. Fokuslah pada kebaikan anak, jangan lagi mengungkit masa lalu anak. Contohnya: “Terima kasih karena hari ini Aisyah bangunnya tepat waktu jadi bisa sholat shubuh berjamaah sama Bunda dan semua tugas-tugas di sekolah bisa diselesaikan tepat waktu. Coba kalau kamu kayak kemarin, kamu pasti akan telat.” Mengungkit kondisi kemarin akan membuat anak sakit hati dan pujian yang diberikan di awal tidak ada gunanya.

 

KEEMPAT, UNTUK GURU BAIKNYA MERANCANG PEMBELAJARAN YANG DEKAT DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Hal ini bertujuan agar orang tua mudah dalam mendampingi dan tidak kerepotan dalam menyiapkan media pembelajaran anak. Orang tua pun tak perlu sungkan untuk bertanya ke guru jika mengalami kesulitan. Orang tua tidak perlu menjadi orang yang tahu segalanya. Komunikasikan dengan guru kesulitan Anda dalam mengajari anak dan selesaikan bersama karena guru adalah mitra kita dalam mendidik anak.

 

Itulah beberapa hal yang bisa kita siapkan untuk menghadapi masa new normal. Hal terpenting dari semua itu adalah BAHAGIA. Jika kita bahagia dalam menjalani peran apapun dalam kondisi apapun, maka kebahagiaan itu akan mengalir ke orang-orang sekitar kita. Jika orang tua bahagia dalam mendampingi anaknya, maka anak pun akan merasakan kebahagiaan tersebut.


semoga bermanfaat

 

Wallahu a’lam bi shawab

4 komentar:

  1. Hari ini temanya bahagia dari kedua penulis. Tambahan wawasan Kak Bonita. Syukron

    BalasHapus
  2. Mantap dinda...stp orang akan sll mengharapkan kebahagiaan

    BalasHapus
  3. Harus banyak coaching dengan uttaja boni...

    BalasHapus

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...