Rabu, 27 Mei 2020

REVIEW BUKU GARANSI LANGIT: Tentang Rezeki dan Kebahagiaan


Dulu membeli buku ini karena dua alasan. Pertama adalah penulisnya. Pernah duduk di kelas Ustadz Sonny membuat saya penasaran dengan ide-ide tulisannya. Beliau selalu mengemas hal-hal yang berhubungan dengan ilmu tauhid menjadi sesuatu yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami dan masya Allah berapa banyak orang yang mendapatkan jalan kebaikan lewat beliau. Tentunya atas izin Allah. Kedua, karena judul bukunya yang menarik. Garansi langit, saat membaca judul bukunya yang terbersit di kepala saat itu “Benar juga ya, istilah yang menarik untuk orang-orang yang sudah menggantungkan semua harapan dan cita-citanya ke langit”.

Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana, mudah dipahami, dan mengalir. Jika ingin membaca buku ini dalam kondisi waktu yang sempit, maka saya menyarankan untuk tidak melanjutkan. Membaca buku ini ngga boleh pake teknik membaca cepat. Setiap kalimat memiliki makna dan hikmah yang dalam. 

Melalui buku ini penulis ingin mengajak pembaca untuk mengembalikan semua urusan ke Allah, back to Allah. Kadang-kadang manusia itu bodoh karena mengkhawatirkan sesuatu yang telah dijamin oleh Allah. Menghabiskan banyak waktu untuk mengejar dunia, hingga dunia memperbudaknya. Menghabiskan waktu untuk mengejar dunia, tetapi lupa kepada DIA yang menggenggam dunia. 

Banyak yang sibuk mengejar harta, jabatan, popularitas, dan semua hal yang membuat dia diakui di mata manusia, tetapi ketika sudah mendapatkan semuanya maka yang ditemuinya malah kehampaan. Kebahagiaan yang dirasakan hanya sesaat dan setelah lewat beberapa waktu, kembali lagi pada kehampaan dan ingin lagi mencapai yanng lebih. Begitulah terus hidup yang dijalaninya hingga tak pernah ada rasa cukup dan menjalani hidup dengan penuh kelelahan. Lelah yang diperolehnya hanyalah lelah yang penuh dengan kehampaan, tak ada makna. 

Jadi kita tidak perlu berikhtiar dalam urusan memenuhi kebutuhan hidup?
Jelas harus! Sayangnya saat ini berapa banyak orang yang menuhankan ikhtiarnya. Dianggapnya bahwa semua rezeki yang didapatkannya karena berkat usaha dan kerja kerasnya, hingga lupa bahwa disitu ada peran Allah. Ikhtiar, kerja keras, usaha, dan sejenisnya adalah tugas seorang hamba. Sementara hasil dan keberhasilan adalah pemberian, anugerah, dan amanah dari Allah swt. 

Belajar dari kisah Bunda Hajar ketika beliau harus mencari air untuk putranya Ismail kecil di tengah gurun pasir yang kering dan tandus. Beliau akhirnya berlari dari bukit safa ke marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali demi mencari air untuk putranya. Saat berlari-lari dari bukit safa dan marwah, beliau sepenuhnya menggantungkan urusan rezekinya ke Allah. Berlari dari bukit safa ke marwah adalah bagian dari tugasnya sebagai seorang hamba dan beliau yakin bahwa Allah swt tak mungkin akan menyia-nyiakan dia dan putranya. Lalu bagaimana Allah menjawab doanya? Ternyata air itu tidak muncul di bukit safa atau pun marwah, tetapi malah muncul di dekat putranya dan lihatlah hingga hari ini kita bisa menikmati air zam-zam. 

Seberapa sering kita selama ini ikhtiarnya di tempat lain, tetapi ternyata Allah datangkan rezeki kita dari tempat yang berbeda. Itulah garansi langit bagi orang-orang yang sepenuhnya menggantungkan hatinya ke Allah. Ikhtiar yang dia lakukan dari rumah ke tempat kerja adalah bentuk penghambaannya kepada Allah, bukan penghambaan kepada atasan atau pun bentuk pencarian pengakuan dari orang-orang di sekitarnya. Sehingga ketika dia tak mendapatkan pujian dari manusia, dia tetap biasa-biasa saja dan kerjanya tetap maksimal karena dia bekerja semata-mata untuk Allah. Dia yakin bahwa garansi langit itu ada sehingga kelelahan yang didapatkannya adalah lelah yang bermakna karena dia bekerja sebagai karyawan Allah. Bumi baginya hanyalah sebagai tempat persinggahan untuk menyiapkan bekal yang banyak untuk persiapan pulang kampung menghadap Allah swt.

Kesalahan terbesar dalam hidup adalah mengkhawatirkan apa yang sudah dijamin, namun mengabaikan apa yang belum dijamin oleh Allah. Apa yang belum dijamin tersebut? apakah kelak kita mendapat nikmat husnul khatimah dan menjadi hamba pilihan Allah yang mendapatkan kenikmatan bisa berjumpa denganNya di jannah. 

“… Sahabat Ansar bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah mukmin yang cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Orang mukmin yang PALING BANYAK MENGINGAT KEMATIAN dan PALING BAIK DALAM MEMPERSIAPKAN BEKAL UNTUK MENGHADAPI KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)

Wallahu a’lam bi shawab

So, saya merekomendasikan buku setebal 270 halaman ini buat kalian yang penasaran tentang makna dari garansi langit. Kelebihan lain dari buku ini adalah tiap sub bab dibahas dengan sederhana, tidak bertele-tele sehingga tidak membosankan. Kalau soal harganya saya lupa berapa, maafkeenn  🙏 

Semoga bermanfaat

#belajarmenulis
#EOA
#generasiberkah
#garansilangit

4 komentar:

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...