Alhamdulillah, kemarin diberi kesempatan untuk berbagi dengan ibu-ibu kece di
acara Parenting Class Komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) Makassar. Setiap
kali ngisi acara ginian, malahan saya yang dapat banyak ilmu dari mereka.
Biasanya hanya membaca pengalaman mereka dengan anak-anaknya di group WA, hari ini
bisa ketemu langsung.
Selalu kagum dengan bunda-bunda sholehah
yang selalu punya semangat untuk terus belajar demi buah hati di tengah-tengah
kesibukannya. Dan kesekian kalinya saya selalu terharu setiap kali kak Wiwik
bercerita tentang Fatih. Semoga Allah selalu menjaga keluarga kecilta' kak.
Jazakillah kak wik untuk semuanya.
Dan salah satu yang kusyukuri hari
ini adalah bisa belajar langsung dari Bunda Masyita yang anaknya berkebutuhan
khusus tapi hafalannya sudah 6 juz. Menjadi seorang ibu untuk anak special
pastinya membutuhkan stok kesabaran unlimited. Melapangkan hati, selalu menjadi
teman terbaik buat anak, dan menemaninya untuk menemukan potensinya.
"Mengapa aku berbeda
bunda?"
Engkau memang berbeda nak dengan mereka...
Engkau memang berbeda dengan teman2mu...
Tapi tahukah kamu...
Perbedaan itulah yang membuatmu special...
Karena engkau bintang di mata bunda...
Bintang yang dikirimkan oleh Allah dalam kehidupan Bunda...
Karena engkau anak istimewa di mata bunda...
Anak yang kelak akan menarik tangan bunda ke surgaNya Allah...
Karena itu berikan tangan kecilmu anakku...
Izinkan bunda menemanimu tumbuh...
Izinkan bunda menemanimu berjalan menemukan semua yang sudah Allah berikan
untukmu...
Karena sampai kapan pun engkau tetap bintang di mata bunda...
Berikut resume materi Parenting
Class kemarin. Semoga bermanfaat... ^_^
Sebagian orang beranggapan
bahwa anak-anak sekarang berada di zaman kreatif. Anak-anak harus mampu
berpikir kreatif untuk menghadapi zamannya. Bukan hanya anaknya, ternyata orang
tua pun harus bisa berpikir kreatif dalam menyiapkan mereka menghadapi
zamannya. Bukik Setiawan mengemukakan beberapa tantangan zaman kreatif,
yaitu:
1. Membuat
karya, bukan hanya meniru. Anak harus mampu membuat karya, bukan
hanya meniru ata pun mengcopy paste apa yang sudah ada.
2. Menemukan
teman, bukan hanya mengumbar emosi. Anak-anak sekarang sudah banyak yang
menggunakan media sosial untuk menemukan teman baru. Bahkan mereka bisa
menemukan teman lamanya di media sosial. Namun, terkadang mereka menjadikan
media sosial sebagai sarana untuk mengumbar emosinya. Hal ini bisa menjadi
penyebab renggangnya komunikasi antara orang tua dan anak.
3. Belajar
dimana pun, bukan hanya di ruang kelas. Ruang belajar anak tak boleh
dibatasi hanya di dalam kelas. Orang tua bisa memanfaatkan setiap tempat
sebagai tempat belajar anak. Misalnya, mengajak anak ke pasar untuk melihat
bagaimana aktivitas orang-orang yang melakukan transaksi jual beli.
TELUR AYAM
Jika Anda pernah memegang telur ayam dan memberikan
tekanan dari luar, maka yang terjadi adalah telurnya akan pecah. Akan tetapi
jika telur ayam itu mendapat tekanan dari dalam, maka kehidupan barulah yang
muncul. Pelajaran apa yang bisa kita dapatan dari analogi telur ayam?
Pertama, jalan menekan anak karena anak dianggap
kertas kosong. Kedua, jalan menumbuhkan dari dalam karena meyakini anak adalah
benih kehidupan. Kita sebagai orang tua harus mampu menstimulasi agar kekuatan
dalam diri anak tumbuh dan berkembang. Ibaratnya benih padi tidak bisa menjadi
tanaman jagung, benih jagung tidak bisa menjadi tanaman padi. Pendidik bisa
menuntun, tetapi tidak bisa mendikte apa yang sudah menjadi KODRAT ANAK,
yaitu bakat, potensi, kecerdasan, kepribadian, dan minat. Oleh karena itu,
fokuslah pada semua potensi kebaikan dan kelebihan anak. Jangan sampai kita
hanya menghabiskan waktu mencari-cari kelemahannya, bahkan selalu
mengulang-ulangi kesalahan anak saat marah. Tanpa kita sadari, boleh jadi sikap
kitalah yang membuat potensi mereka tidak muncul. Sebagai orang tua, kita hanya
punya dua pilihan, mau menerapkan pendidikan yang MENANAMKAN atau MENUMBUHKAN
POTENSI ANAK? Mau menggali lubang lalu menghabiskan waktu untuk menutupinya
hingga lupa untuk menumbuhkan potensi yang sudah diberikan oleh Allah kepada
anak kita? Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah dan yang menjadikan mereka Nasrani, Majusi, dan Yahudi adalah orang
tuanya. Menurut beberapa pakar, fitrah disini memiliki dua makna. Pertama,
fitrah untuk mengesakan Allah atau mentauhidkan agama Allah. Kedua, fitrah yang
dibawanya sejak lahir (potensi, bakat, kekuatan diri, minat, kecerdasan, dan
kepribadian)
PENDIDIKAN
YANG MENANAMKAN KONVENSIONAL VS PENDIDIKAN YANG MENUMBUHKAN BAKAT ANAK
1. ANALOGI ANAK,
pada pendidikan menanamkan anak dilihat sebagai kertas kosong. Orang tua
memiliki kendali terhadap anak, sehingga anak tidak memilliki kesempatan untuk
mengembangkan potensinya. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, melihat
anak sebagai benih kehidupan yang memiliki banyak potensi dan kita sebagai
orang tua memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
2. Pada pendidikan
menanamkan BELAJAR itu sebagai kewajiban. Sementara pada pendidikan yang
menumbuhkan, belajar adalah kegemaran.
3. MOTIVASI
BELAJAR, pada pendidikan yang menanamkan belajar akan dilakukan oleh anak saat
ditekan. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, belajarnya adalah saat
distimulasi.
4. SUMBER
PENGETAHUAN, pada pendidikan yang menanamkan sumber pengetahuannya tunggal dan
biasanya ditentukan. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, sumber
pengetahuannya beragam dan anak diberikan kebebasan untuk memilih.
5. MATERI BELAJAR,
pada pendidikan yang menanamkan materi belajar anak standar untuk semua anak.
Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, materi belajarnya adalah paduan
antara kebutuhan anak dan lingkungan.
6. PROSES BELAJAR,
pada pendidikan yang menanamkan proses belajar terjadi melalui aktivitas
mendengarkan, menghafalkan, dan memahami. Sementara pada pendidikan yang
menumbuhkan, proses belajar anak dengan cara mengalami, menalar, dan berkarya.
7. HASIL BELAJAR,
pada pendidikan yang menanamkan, hasil belajar anak dilihat dari hasil ujian
standar. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, hasil belajar anak dilihat
dari karya atau portofoliio yang dinilai dengan kriteria tertentu
KECERDASAN
MAJEMUK
Howard Gardner menyebut keistimewaan anak sebagai
kecerdasan majemuk, kemampuan mengolah informasi tertentu untuk menyelesaikan
persoalan atau membuat karya yang bernilai secara budaya. Ketika mempunyai
suatu jenis kecerdasan, maka anak cenderung mengolah jenis informasi sesuai
kecerdasannya.
Bakat adalah kemampuan seorang anak dalam mengerjakan
tugas dan berkarya sesuai kriteria yang berlaku pada satu bidang tertentu.
Misalnya, bakat menyanyi merupakan kemampuan anak dalamm melantunkan lagu
sesuai standar pada bidang musik. Sejak usia dini, anak sebenarnya telah
memiliki potensi yang sangat besar. Namun, berkembang atau tidaknya bakat
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, kepribadian,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor kesempatan.
Adapun kecerdasan majemuk manurut Howard Gardner:
1. Kecerdasan Linguistik, ciri-cirinya Banyak bicara,
senang menulis, permainan kata, mengekspresikan ide, daya ingat kuat, mudah
belajar dengan mendengar & verbalisasi, serta mudah belajar bahasa.
2. Kecerdasan Logika Matematika, ciri-cirinya mampu
berpikir deduktif & induktif, mampu berpikir aturan logika, struktur,
urutan, & menganalisis angka, senang dengan aktivitas menghitung, rasa
ingin tahu tinggi, serta kritis.
3. Kecerdasan visual-spasial, ciri-cirinya mudah mengingat
dgn gambar, mudah mengingat letak lokasi, daya imajinasi tinggi, mampu
membayangkan sesuatu yg tidak dilihat, senang menggambar, dan senang bercerita
dengan gambar (mind map)
4. Kecerdasan Musikal, ciri-cirinya biasanya peka &
mampu menangkap keindahan suara, memiliki sensitivitas pada pola nada, melodi,
ritme, & nada.
5. Kecerdasan Natural, ciri-cirinya memiliki perhatian
terhdp alam, senang mengamati sesuatu dlm waktu yg lama, senang mengobservasi,
senang mengamati cara kerja, dan senang belajar di alam terbuka.
6. Kecerdasan kinestetik, kemampuan seseorang untuk
menggerakkan objek-objek & keterampilan fisik yang halus.
7. Kecerdasan interpersonal, ciri-cirinya mudah akrab
dengan orang baru, peka & mudah memahami perasaan orang lain, mudah
berinteraksi, dan mudah bersosialisasi
8. Kecerdasan intrapersonal, ciri-cirinya suka membuat
persepsi yang akurat ttg diri sendiri & menggunakan pengetahuan itu dlm
merencanakan & mengarahkan kehidupan seseorang, memahami citra diri,
pendiam, suka merenung, senang menyendiri mengenal dirinya, dan memperbanyak
ilmunya
Pendidikan
seharusnya tidak menyamaratakan anak, tetapi memahami keistimewaan anak dan
mengembangkannya. Karena setiap anak adalah BINTANG. Mereka bintang di
bidangnya masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik adalah memberikan mereka
kesempatan untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya sejak lahir.
REFERENSI:
Bukik
Setiawan. 2015. Anak Bukan Kertas Kosong “Panduan Eksplorasi, Belajar,
dan Berkarya di Zaman Kreatif”. Jakarta: Panda Media
Niken, dkk.
2013. Seri Ibu Profesional #1 Bunda Sayang “12 Ilmu Dasar Mendidik
Anak”. Jakarta: Gazza Media.