Jumat, 19 Agustus 2016

BELAJAR DARI SEMANGAT PERJUANGAN OWI & BUTET



Baru-baru ini, Indonesia mendapat kado terindah di ulang tahun kemerdekaannya. Atlet bulu tangkis ganda campuran berhasil memberikan kado medali emas dan membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di olimpiade Rio Da Janeiro 2016, Tantowi Ahmad & Liliyana Natsir. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari perjuangan mereka hingga mendapatkan gelar sebagai pemenang. 

Pertama, jadilah investor kebaikan di bidang kita masing-masing. Maksimalkan semua potensi di bidang kita masing-masing. Teringat taujih seorang ustadz, “Untuk membuat Indonesia terbang tinggi, maka kita butuh sayap-sayap yang kuat. Sayap-sayap itu adalah kerja sama orang-orang Indonesia di semua bidang. Hingga tak ada lagi kotak-kotak. Dalam artian orang yang ahli di bidang ekonomi, tak mau bekerja sama dengan orang-orang di bidang pendidikan, politik, dsb.” So, dimana pun kita berkarya mengisi kemerdekaan, maka maksimalkan semua potensi Anda disana. Tak perlu  menghabiskan waktu untuk saling menyalahkan, tetapi terus bersinergi dalam kebaikan untuk memberikan yang terbaik.

Kedua, untuk mencapai satu tujuan kita tetap butuh orang lain. Pemain sehebat Owi & Butet tetap butuh seorang pelatih. Meskipun mereka sudah hebat, mereka tetap butuh seorang pelatih untuk melihat kekurangannya. Mereka tetap butuh seorang pelatih yang selalu mensupport mereka disaat mereka sedang turun semangatnya. Pun begitu dalam kehidupan kita. Sehebat apapun kita, kita tetap butuh orang lain untuk selalu mengingatkan dan saling menguatkan dalam perjalanan kehidupan ini. Itulah kekuatan berjamaah. Dan pelatih itu kusebut Sang Murobbi. Seseorang yang sudah memberikan waktu, pikiran, dan ilmunya hanya untuk binaannya. Rela memberikan waktunya hanya untuk mendengarkan curhatan tidak penting bahkan terkadang rela meninggalkan anaknya yang sakit hanya untuk berbagi ilmu dengan orang-orang yang tak punya hubungan darah denganmu. Semoga Allah selalu menjaga guru-guru yang pernah dikirimkan oleh Allah dalam kehidupanku.

Ketiga, hidup ini adalah sebuah pilihan. Mau menjadi seperti Owi dan Butet atau hanya menjadi penonton yang “jago” berkomentar. Alhamdulillah, kalau komentarnya positif, tapi kalau komentarnya malah menjatuhkan? So, hidup itu terkadang soal pilihan mau menjadi pemain kehidupan atau hanya menjadi penonton. Maka pilihlah menjadi pemain kehidupan, pemain yang siap menghadapi setiap tantangan dengan penuh keyakinan bahwa janji Allah itu pasti. Ketika orang lain memilih menjadi orang yang selalu meminta bukti, maka jadilah orang yang memberikan bukti. Ketika orang lain memilih untuk menjadi komentator terbaik dalam hidupmu, maka jadilah pemain terbaik dalam kehidupanmu. Jangan habiskan waktumu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Cukup bandingkan hidupmu hari ini dengan kemarin, adakah perubahan yang lebih baik atau sama saja? Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi kawan. Hidup hanya sekali, maka buatlah menjadi berarti.

Keempat, saya sempat menonton wawancara Owi & Butet setelah kemenangan. Salah satu hal yang menarik buat saya, ketika mereka bercerita tentang semua pengorbanannya. Ketika mereka ditanya, “apa yang akan kalian lakukan setelah kemenangan ini?”. Jawaban Butet simple, “saya ingin menikmati semua kemenangan ini dulu karena banyak pengorbanan yang sudah kami lakukan untuk sampai di titik ini.” Yaa, hidup itu tentang sebuah pengorbanan karena untuk meraih sebuah kesuksesan dibutuhkan kesabaran yang tak berujung. Bukankah sabar itu batasnya adalah langit dan langit tak ada batasnya. Dan kemenangan seorang pejuang kehidupan adalah ketika dia bisa menikmati istirahatnya di surgaNya Allah. 

Sekali lagi selamat untuk Owi & Butet yang sudah memberikan kado terindah di Milad Indonesia tahun ini. Kita mungkin tak saling mengenal, tapi semangat kalian sudah menginspirasi banyak anak muda di negeri ini untuk mengukir jejak-jejak positif di bidang mereka masing-masing. 

“... bisa jadi kenyataan hari esok adalah impian kita hari ini...” (Hasan Al Banna)

Wallahu a’lam bi shawab

Rabu, 17 Agustus 2016

MERDEKA ITU...

Membaca postingan teman-teman tentang makna kemerdekaan, jadi geli sendiri bacanya. Ternyata macam-macam makna kemerdekaan buat mereka. Bagi yang masih berkutat dengan tugas akhir, maka merdeka itu adalah ketika bisa lepas dari yang namanya skripsi, tesis, atau pun disertasi yang ngga kelar-kelar. Bagi yang masih harus masuk kerja, maka merdeka itu adalah ketika bisa menikmati liburan sehari dan lepas sejenak dari rutinitas kerjaan yang menumpuk. Ada juga nih yang nulis, "merdeka itu adalah ketika bisa tidur sepuasnya tanpa gangguan tugas atau pun kerjaan". Nahhh para jomblo pun ngga mau ketinggalan. Ada yang nulis, merdeka itu ketika gw bisa MERried alias married dengan kamu. Kalau ini kayaknya lagi baper tingkat dewa. But sedikit komen ya sob, buat kamu yang lagi baper, merdeka itu ketika hati kamu benar-benar merdeka hanya untuk Allah sob. In syaa Allah hidupmu bakalan tenang karena semuanya hanya untuk Allah. Udah yaaa, lanjut lagi dehhh...

Nahhh, ketika semua orang beramai-ramai menulis tentang makna kemerdekaan, saya teringat dengan kisah salah satu sahabat Rasulullah saw yaitu Bilal bin Rabah. Kisah ketika Beliau disiksa oleh kaum kafir Quraisy dibawah teriknya matahari. Saat itu kaum kafir menyiksanya agar Bilal meninggalkan agama islam yang baru saja dipeluknya. Namun, apa yang dilakukan oleh Bilal. Semakin beliau disiksa, maka lisannya terus saja mengucapkan “ahad... ahad... ahad..!!!”. Bilal lebih memilih mati daripada harus meninggalkan agama Allah. Sedikit pun Bilal tak takut mati saat itu. Bilal malah lebih takut jika harus menyekutukan Allah swt.

Belajar dari kisah Bilal Bin Rabah, maka merdeka itu ketika semua cintamu hanya untuk Allah...
Merdeka itu ketika seluruh hidupmu telah engkau berikan hanya untuk mengabdi kepadaNya...
Merdeka itu ketika engkau tak lagi diperbudak oleh dunia...
Bilal memang seorang budak, tetapi Beliau adalah budak Allah bukan budak dunia...

Dan merdeka itu adalah ketika kaki ini sudah berada di surgaNya Allah...
Merdeka itu ketika bisa berjumpa dengan Allah, alasan untuk semua perjalanan dan perjuangan panjang karenaNya...
Merdeka itu ketika bisa berjumpa dengan teladan kita Rasulullah saw, sosok yang selalu menguatkan lewat kisah perjuangannya ketika semangat mulai menurun...

Maka teruslah berbuat baik menyiapkan bekal terbaik untuk sebuah perjalanan panjang menuju kampung halaman, kampung surga...
Maka teruslah berkarya mengisi kemerdekaan, menjadi manusia bermanfaat untuk orang di sekitar kita demi mendapatkan ridhoNya...
Maka teruslah bergerak melangkah ke depan, karena hidup hanya sekali maka buatlah menjadi berarti...

Karena untuk membuat perubahan besar harus dimulai dari hal-hal yang kecil dan harus kita yang memulainya terlebih dahulu tanpa ada kata nanti, nanti, dan nanti...

Wallahu a'lam bi shawab

Senin, 15 Agustus 2016

SEMUA ANAK ADALAH BINTANG Materi Parenting Class Institut Ibu Profesional (IIP) Sulawesi Selatan


      
Alhamdulillah, kemarin diberi kesempatan untuk berbagi dengan ibu-ibu kece di acara Parenting Class Komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) Makassar. Setiap kali ngisi acara ginian, malahan saya yang dapat banyak ilmu dari mereka. Biasanya hanya membaca pengalaman mereka dengan anak-anaknya di group WA, hari ini bisa ketemu langsung.

Selalu kagum dengan bunda-bunda sholehah yang selalu punya semangat untuk terus belajar demi buah hati di tengah-tengah kesibukannya. Dan kesekian kalinya saya selalu terharu setiap kali kak Wiwik bercerita tentang Fatih. Semoga Allah selalu menjaga keluarga kecilta' kak. Jazakillah kak wik untuk semuanya.
Dan salah satu yang kusyukuri hari ini adalah bisa belajar langsung dari Bunda Masyita yang anaknya berkebutuhan khusus tapi hafalannya sudah 6 juz. Menjadi seorang ibu untuk anak special pastinya membutuhkan stok kesabaran unlimited. Melapangkan hati, selalu menjadi teman terbaik buat anak, dan menemaninya untuk menemukan potensinya.

 "Mengapa aku berbeda bunda?"
Engkau memang berbeda nak dengan mereka...
Engkau memang berbeda dengan teman2mu...
Tapi tahukah kamu...
Perbedaan itulah yang membuatmu special...
Karena engkau bintang di mata bunda...
Bintang yang dikirimkan oleh Allah dalam kehidupan Bunda...
Karena engkau anak istimewa di mata bunda...
Anak yang kelak akan menarik tangan bunda ke surgaNya Allah...
Karena itu berikan tangan kecilmu anakku...
Izinkan bunda menemanimu tumbuh...
Izinkan bunda menemanimu berjalan menemukan semua yang sudah Allah berikan untukmu...
Karena sampai kapan pun engkau tetap bintang di mata bunda...

Berikut resume materi Parenting Class kemarin. Semoga bermanfaat... ^_^

  Sebagian orang beranggapan bahwa anak-anak sekarang berada di zaman kreatif. Anak-anak harus mampu berpikir kreatif untuk menghadapi zamannya. Bukan hanya anaknya, ternyata orang tua pun harus bisa berpikir kreatif dalam menyiapkan mereka menghadapi zamannya. Bukik Setiawan mengemukakan beberapa  tantangan zaman kreatif, yaitu:
1.    Membuat karya, bukan hanya  meniru. Anak harus mampu membuat karya, bukan hanya meniru ata pun mengcopy paste apa yang sudah ada.
2.    Menemukan teman, bukan hanya mengumbar emosi. Anak-anak sekarang sudah banyak yang menggunakan media sosial untuk menemukan teman baru. Bahkan mereka bisa menemukan teman lamanya di media sosial. Namun, terkadang mereka menjadikan media sosial sebagai sarana untuk mengumbar emosinya. Hal ini bisa menjadi penyebab renggangnya komunikasi antara orang tua dan anak.
3.    Belajar dimana pun, bukan hanya di ruang kelas.  Ruang belajar anak tak boleh dibatasi hanya di dalam kelas. Orang tua bisa memanfaatkan setiap tempat sebagai tempat belajar anak. Misalnya, mengajak anak ke pasar untuk melihat bagaimana aktivitas orang-orang yang melakukan transaksi jual beli.

TELUR AYAM
Jika Anda pernah memegang telur ayam dan memberikan tekanan dari luar, maka yang terjadi adalah telurnya akan pecah. Akan tetapi jika telur ayam itu mendapat tekanan dari dalam, maka kehidupan barulah yang muncul. Pelajaran apa yang bisa kita dapatan dari analogi telur ayam?
Pertama, jalan menekan anak karena anak dianggap kertas kosong. Kedua, jalan menumbuhkan dari dalam karena meyakini anak adalah benih kehidupan. Kita sebagai orang tua harus mampu menstimulasi agar kekuatan dalam diri anak tumbuh dan berkembang. Ibaratnya benih padi tidak bisa menjadi tanaman jagung, benih jagung tidak bisa menjadi tanaman padi. Pendidik bisa menuntun, tetapi tidak bisa mendikte apa yang sudah menjadi KODRAT ANAK, yaitu bakat, potensi, kecerdasan, kepribadian, dan minat. Oleh karena itu, fokuslah pada semua potensi kebaikan dan kelebihan anak. Jangan sampai kita hanya menghabiskan waktu mencari-cari kelemahannya, bahkan selalu mengulang-ulangi kesalahan anak saat marah. Tanpa kita sadari, boleh jadi sikap kitalah yang membuat potensi mereka tidak muncul. Sebagai orang tua, kita hanya punya dua pilihan, mau menerapkan pendidikan yang MENANAMKAN atau MENUMBUHKAN POTENSI ANAK? Mau menggali lubang lalu menghabiskan waktu untuk menutupinya hingga lupa untuk menumbuhkan potensi yang sudah diberikan oleh Allah kepada anak kita? Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan yang menjadikan mereka Nasrani, Majusi, dan Yahudi adalah orang tuanya. Menurut beberapa pakar, fitrah disini memiliki dua makna. Pertama, fitrah untuk mengesakan Allah atau mentauhidkan agama Allah. Kedua, fitrah yang dibawanya sejak lahir (potensi, bakat, kekuatan diri, minat, kecerdasan, dan kepribadian)

PENDIDIKAN YANG MENANAMKAN  KONVENSIONAL VS PENDIDIKAN YANG MENUMBUHKAN BAKAT ANAK
1.    ANALOGI ANAK, pada pendidikan menanamkan anak dilihat sebagai kertas kosong. Orang tua memiliki kendali terhadap anak, sehingga anak tidak memilliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, melihat anak sebagai benih kehidupan yang memiliki banyak potensi dan kita sebagai orang tua memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
2.    Pada pendidikan menanamkan BELAJAR itu sebagai kewajiban. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, belajar adalah kegemaran.
3.    MOTIVASI BELAJAR, pada pendidikan yang menanamkan belajar akan dilakukan oleh anak saat ditekan. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, belajarnya adalah saat distimulasi.
4.    SUMBER PENGETAHUAN, pada pendidikan yang menanamkan sumber pengetahuannya tunggal dan biasanya ditentukan. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, sumber pengetahuannya beragam dan anak diberikan kebebasan untuk memilih.
5.    MATERI BELAJAR, pada pendidikan yang menanamkan materi belajar anak standar untuk semua anak. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, materi belajarnya adalah paduan antara kebutuhan anak dan lingkungan.
6.    PROSES BELAJAR, pada pendidikan yang menanamkan proses belajar terjadi melalui aktivitas mendengarkan, menghafalkan, dan memahami. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, proses belajar anak dengan cara mengalami, menalar, dan berkarya.
7.    HASIL BELAJAR, pada pendidikan yang menanamkan, hasil belajar anak dilihat dari hasil ujian standar. Sementara pada pendidikan yang menumbuhkan, hasil belajar anak dilihat dari karya atau portofoliio yang dinilai dengan kriteria tertentu

KECERDASAN MAJEMUK
Howard Gardner menyebut keistimewaan anak sebagai kecerdasan majemuk, kemampuan mengolah informasi tertentu untuk menyelesaikan persoalan atau membuat karya yang bernilai secara budaya. Ketika mempunyai suatu jenis kecerdasan, maka anak cenderung mengolah jenis informasi sesuai kecerdasannya.
Bakat adalah kemampuan seorang anak dalam mengerjakan tugas dan berkarya sesuai kriteria yang berlaku pada satu bidang tertentu. Misalnya, bakat menyanyi merupakan kemampuan anak dalamm melantunkan lagu sesuai standar pada bidang musik. Sejak usia dini, anak sebenarnya telah memiliki potensi yang sangat besar. Namun, berkembang atau tidaknya bakat tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, kepribadian, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor kesempatan.
Adapun kecerdasan majemuk manurut Howard Gardner:
1.    Kecerdasan Linguistik, ciri-cirinya Banyak bicara, senang menulis, permainan kata, mengekspresikan ide, daya ingat kuat, mudah belajar dengan mendengar & verbalisasi, serta mudah belajar bahasa.
2.    Kecerdasan Logika Matematika, ciri-cirinya mampu berpikir deduktif & induktif, mampu berpikir aturan logika, struktur, urutan, & menganalisis angka, senang dengan aktivitas menghitung, rasa ingin tahu tinggi, serta kritis.
3.    Kecerdasan visual-spasial, ciri-cirinya mudah mengingat dgn gambar, mudah mengingat letak lokasi, daya imajinasi tinggi, mampu membayangkan sesuatu yg tidak dilihat, senang menggambar, dan senang bercerita dengan gambar (mind map)
4.    Kecerdasan Musikal, ciri-cirinya biasanya peka & mampu menangkap keindahan suara, memiliki sensitivitas pada pola nada, melodi, ritme, & nada.
5.    Kecerdasan Natural, ciri-cirinya memiliki perhatian terhdp alam, senang mengamati sesuatu dlm waktu yg lama, senang mengobservasi, senang mengamati cara kerja, dan senang belajar di alam terbuka.
6.    Kecerdasan kinestetik, kemampuan seseorang untuk menggerakkan objek-objek & keterampilan fisik yang halus.
7.    Kecerdasan interpersonal, ciri-cirinya mudah akrab dengan orang baru, peka & mudah memahami perasaan orang lain, mudah berinteraksi, dan mudah bersosialisasi
8.    Kecerdasan intrapersonal, ciri-cirinya suka membuat persepsi yang akurat ttg diri sendiri & menggunakan pengetahuan itu dlm merencanakan & mengarahkan kehidupan seseorang, memahami citra diri, pendiam, suka merenung, senang menyendiri mengenal dirinya, dan memperbanyak ilmunya

Pendidikan seharusnya tidak menyamaratakan anak, tetapi memahami keistimewaan anak dan mengembangkannya. Karena setiap anak adalah BINTANG. Mereka bintang di bidangnya masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik adalah memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya sejak lahir.

REFERENSI:
Bukik Setiawan. 2015.  Anak Bukan Kertas Kosong “Panduan Eksplorasi, Belajar, dan Berkarya di Zaman Kreatif”. Jakarta: Panda Media
Niken, dkk. 2013.  Seri Ibu Profesional #1 Bunda Sayang “12 Ilmu Dasar Mendidik Anak”. Jakarta: Gazza Media.

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...