Banyak pelajaran berharga yang kudapatkan minggu ini. Satu minggu melihat ekspresi teman-teman yang akan menghadapi ujian. Alhamdulillah, aku pun telah melewati ujian tersebut. Meskipun ada sedikit ujian yang kuhadapi dengan ketidakhadiran salah satu pengujiku. Tetapi Alhamdulillah, lagi-lagi aku merasakan pertolongan Allah. Semua bisa kulewati dengan baik.
Aku tertarik menuliskan pengalaman teman-temanku saat akan menghadapi ujian. Ekspresi wajahnya, tangannya yang dingin, wajah pucat, sampai-sampai ada yang psikosomatis. Semua persiapan dilakukan dengan baik, mulai dari penguasaan teori-teori, slide, sampai menyiapkan jawaban untuk pertanyaan yang mungkin muncul saat ujian. Latihan presentasi dengan teman-teman. Ya, Prodi kami memang dikenal sangat ketat. Kami tak mau mengulang sejarah beberapa senior yang tidak lulus di ujian sempro. Semua doa dilantunkan berharap semoga Allah memudahkan ujian nanti.
Semua persiapan tadi dilakukan untuk menghadapi ujian dihadapan manusia. Lalu apakah kita sudah mempersiapkan bekal jawaban kita ketika menghadapi ujian dihadapan pengadilan tertinggi? Sudahkah kita menyiapkan jawaban kita ketika menghadapi ujian dihadapan Allah?
Saat menghadapi ujian dihadapan manusia, kita masih bisa berpikir dan berusaha mencari jawaban yang tepat agar tidak menimbulkan pertanyaan lagi dari penguji. Bahkan kita masih bisa membaca proposal ketika kita lupa dengan jawabannya. Kita juga masih bisa beradu pendapat sesuai dengan teori-teori yang kita gunakan dalam proposal kita.
Lalu apakah semua itu masih bisa kita lakukan dihadapan Allah kelak?
Apakah kita masih bisa menyiapkan jawaban atau berpikir mencari jawaban saat menghadapi pengadilan tertinggi?
Demi Allah, semua itu tak akan bisa kita lakukan. Mulut ini akan terkunci rapat dan anggota tubuh yang lain akan bersaksi "digunakan untuk apa mereka waktu di dunia". Tak ada lagi kata "memohon perbaikan untuk kembali di dunia" seperti perbaikan proposal yang kita dapatkan di sempro.
Sahabatku...
Maafkan atas tulisanku ini...
Aku hanya berusaha menuliskan pelajaran berharga yang kudapatkan bersama kalian satu minggu ini. Sungguh betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Hari ini Allah masih memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri agar kelak kita bisa menyiapkan jawaban terbaik kita dihadapan Allah. Maka siapkanlah bekal "jawabanmu" kelak. Menyiapkan seni kematian terindah agar kita bisa menjemput kematian itu dalam keadaan khusnul khatimah. Karena khusnul khatimah itu pun diusahakan, sama seperti kita mengusahakan agar bisa lulus ujian sempro.
Wallahu a'lam bi shawab...
#Jakarta, 21 Februari 2014
Terima kasih untuk semua doa dan semangatnya...
Special thanks untuk saudara seperjuanganku, teman begadangku, saling menguatkan ketika dilanda kerinduan pada kampung halaman, saling menegur ketika semangat itu mulai menurun, dan yang terpenting kami sama-sama belajar dari "tidak tahu". Dan kami tak pernah malu untuk bertanya ketika kami tidak tahu karena kami sama-sama tidak menyukai kata "gengsi".
Kata-kata "sedikit lagi". Ya, sedikit lagi mimpi kami akan terwujud.
Dan semua itu butuh perjuangan, pengorbanan, dan pastinya doa.
Satu hal yang paling kuingat adalah ketika dia berkata, "In shaa Allah saya akan datang menemanimu karena kita bersaudara di perantauan."
Terima kasih menguatkanku di detik-detik menjelang ujianku...
Semoga Allah memudahkan tugas kita dan akhirnya kita bisa menikmati semua perjuangan dan pengorbanan kita hari ini...
Untuk "Sang Ibu Periku" bahagianya saat melihat senyumanmu ada disana...
Semoga Allah memudahkan penelitian kita...
Aamiin Ya Rabbal 'alamin...