Senin, 26 Januari 2015

Sebuah Cerita Tentang Mimpi...

Kemarin aku bertemu dengan teman lama. Kami lama ngobrol, hingga kami sampai pada satu  topik yang cukup membuatku terdiam dan tak mau berkomentar banyak.

Saat dia bertanya apa rencanaku ke depannya.
"Sekarang apa rencanamu selanjutnya selain ngajar Boni? Kamu ada kegiatan di luarkah?" Tanya sahabatku itu sambil memandangiku.

"Rencana sih banyak. Tapi untuk sekarang, mau sekalika buat sekolah," jawabku.

"Hhaaa? Tidak salah dengarja tho'?" Tanyanya dengan nada heran.

"Tidak, kenapai? Ada yang salahkah?" Tanyaku kembali.

"Astagaaaa, mikir jeki kah baru bilang begitu?"

"Iya, mikirja. Kan baru namanya rencana. Cita-citaku dari dulu itu kasina. Mau sekalika bikin sekolah seperti yang kupahami selama ini."

"Astagaaa Boni..Boni.. Sekolah tinggi-tinggi baru cuma mau urusi anak kecil. Sia-sianya mi itu sekolahmu."

"Hhhmmm sia-sia ya? Kalau begitu saya ubah pade mimpiku, mauka jadi Ibu Rumah Tangga saja. Gimana?" Tanyaku kembali. Aku sengaja mengatakan hal ini untuk melihat reaksinya.

"Adddeehhh, terserah kamu deh. Anehmu deh. Ruginya itu kamu sekolah baru hanya urusi anak kecil. Mending kamu kembangkan karirmu, apalagi peluangmu kayaknya besar. Astagaaa, mikirki dulu kasina."

Yaaa, itu hanya sebagian kecil komentar yang kudapatkan dari teman-teman dan orang-orang terdekatku. Menertawakan beberapa rencana atau pun mimpi yang ingin kubangun.

Tetapi berdebat dengan mereka hanya akan menghabiskan waktuku. Memilih diam adalah pilihan terbaik saat ini. Aku tak pernah tahu seperti apa cara Allah mewujudkan mimpi-mimpiku, tetapi aku yakin Allah punya banyak cara untuk membantuku.

Anak kecil, aku teringat saat aku masih duduk di bangku SMA. Betapa bencinya aku dengan dunia mereka. Dunia yang kadang hanya membuatku repot dan aku tidak menyukai suara tangisan mereka.

Tetapi begitulah Allah, rencananya selalu jauh lebih indah daripada rencana manusia. Allah justru memberikan rezeki dengan lulus kuliah di jurusan dimana aku harus mempelajari dunia mereka. Dan disinilah aku pertama kali jatuh cinta pada dunia anak-anak dan pendidikan. Hingga akhirnya waktu jualah yang membuatku sadar betapa pentingnya peran seorang perempuan dalam sebuah keluarga. Betapa pentingnya peran perempuan dalam mendidik anak-anak.

Setiap perempuan kelak akan menjadi seorang ibu. Ibu bagi anak ideologis maupun biologisnya. Suka atau tidak suka, perempuan akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Itulah mengapa perempuan itu harus cerdas. Di Jepang, anak-anak dididik oleh ibu yang setara dengan professor. Tetapi di Indonesia sungguh jauh berbeda. Guru-guru Paud dan TK hampir sebagian besar hanya lulusan SMA yang tidak dibekali dengan pelatihan atau pun ilmu tambahan tentang pendidikan anak. Anak-anak justru baru bertemu professor saat di bangku kuliah. Sementara masa golden age anak berada pada usia lima tahun pertama. Apakah Anda mau menyia-nyiakan masa emasnya berlalu begitu saja dan membiarkan orang lain yang yang mengisinya? Sungguh masa anak-anak itu hanya sekali dalam hidupnya.

Ya Allah...
Hamba tak pernah tahu bagaimana caranya Engkau akan mewujudkan semuanya...
Cukuplah aku percaya bahwa janjimu itu pasti, itu sudah cukup bagiku...
Bukankah Engkau akan menolong hambaMu yang senantiasa menolong agamaMu?
Dan semua ini semata-mata untukMu ya Rabb...
Izinkan hamba menyiapkan bekal terbaik hamba sebelum hamba kembali kepadaMu...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Notes:
Aku sudah memenuhi semua permintaanmu...
Kali ini aku ingin meminta izin...
Izinkan aku mewujudkan mimpi-mimpiku...

Permohonan Maafku...

Lagi pengen nulis...
Nulis apa aja...
Gak ada konsep...
Gak ada ide...
Hanya pengen menulis...
Menyalurkan pesan kejenuhan yang mulai hadir...

Hampir satu bulan berhadapan dengan yang namanya Mr. Kurikulum...
Dan dia seperti hantu yang terus membayangiku...
Hingga di dalam mimpi pun dia selalu hadir menemuiku...
Seakan ingin menyampaikan pesan bahwa dia harus dikelarin minggu ini...

Oke baiklah...
Aku akan berdamai denganmu...
Biar aku bisa pulang menemui Mamaku...
Dan aku bisa menikmati liburan panjangku...
Sambil menanti jadwal selanjutnya...

Teman-temanku yang sudah ikut-ikutan menjadi korbannya dia...
Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya...
Telepon kadang gak diangkat...
SMS balasnya telat...
Bahkan kadang udah gak sempat aku balas...
Whatsapp jadi slow respon...
BBM ke-read tapi lama baru aku jawab...
Bahkan ada yang sampai lupa aku balas...
Sungguh Boni mohon maaf yang sebesar-besarnya...
Sepertinya jadi kayak sok sibuk banget ya...
Tapi begitulah adanya saat ini...
Aku lagi menikmati kehidupanku di dunia nyata...
Berinteraksi dengan banyak orang...
Berdiskusi dengan orang-orang di sekitarku...
Hingga kadang gadget hanya sebagai teman sambil lalu...

Sekali lagi aku mohon maaf yang sebesar-besarnya...
Ada amanah yang harus segera kuselesaikan...
Dan mengharuskanku fokus padanya...
Terima kasih kepada Mama dan kakak-kakakku yang selalu memahami kondisiku...
Dan juga jazakumullah khairn katsiran pada saudara lingkaran kecilku...
Selalu memberikan suntikan semangatnya...
Semoga teman-teman mau membuka pintu maaf yang selebar-lebarnya untukku...
Manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan...

#Makassar, 26 Januari 2015

Jumat, 23 Januari 2015

Karena Tidak Semuanya Butuh Penjelasan

"Dia marah sama kamu?"

"Maksudnya?" Tanyaku dengan nada heran.

"Dia marah sama kamu karena sikapmu yang kemarin."

Aku tersenyum mendengar cerita sahabatku. Salah satu sahabat terbaikku dalam setiap kondisi.

Aku diam sambil berusaha mengingat sikapku yang kemarin-kemarin.
Finally, aku akhirnya teringat dengan kejadian yang dimaksud oleh sahabatku. Dan aku pun menjawab, "oohhh yang itu. Tidak apa-apa kalau dia marah k'. Sampaikan maafku kalau dia marah atas tindakanku yang kemarin. Diamku tempo hari bukanlah kemarahan. Aku hanya takut, jika aku menyampaikan semuanya, justru akan membuat semuanya menjadi semakin keruh."

Terkadang kita berada dalam kondisi dimana engkau yang seharusnya marah, tetapi tidak memilih pilihan tersebut. Namun, orang-orang di sekitarmu justru menyalahkan tindakanmu. Dan engkau tetap memilih diam, tanpa memberikan penjelasan atas tindakanmu.

Situasi yang serba salah. Di saat engkau bisa melakukan pembelaan dan memiliki kesempatan untuk memberikan alasan atas tindakamu, tetapi engkau malah tidak melakukan hal tersebut. Lebih memilih diam dan melapangkan hati untuk menerima kondisi yang tak seharusnya kamu alami.

Yaaa, banyak hal di dunia ini yang tidak membutuhkan penjelasan. Tak perlu membuang-buang waktumu untuk menjelaskan tentang dirimu kepada orang lain. Seperti nasehat Ali Bin Abi Thalib, "Tak perlu engkau menjelaskan apa-apa tentang dirimu kepada orang lain. Karena orang yang mempercayaimu tidak membutuhkannya dan orang yang membencimu tidak menyukainya."

Ada banyak hal yang tak membutuhkan penjelasan...
Cukup menjawabnya dengan senyuman...
Meskipun semua orang menyalahkanmu...
Asalkan engkau yakin dengan tindakanmu...
Bahwa engkau melakukan semua itu karena semata-mata cintamu kepada Allah...
Tak perlu engkau mengejar cintanya manusia...
Allah ridho atas kehidupanmu...
Itu sudah cukup jadi alasan bagimu...
Untuk terus berjalan menuju masa depanmu...

Apakah engkau pernah ke pantai dan menghitung jumlah butiran pasir yang ada disana?
Entah ada berapa butiran pasir yang sanggup engkau hitung...
Sepuluh?
Dua puluh?
Lima puluh?
Atau mungkin hanya lima butiran pasir yang sanggup engkau hitung?

Seperti itulah kehidupan...
Banyak hal yang tak perlu engkau ketahui detail-detailnya...
Karena memikirkan sesuatu sedetail-detailnya akan membuatmu pusing sendiri...
Tak perlu engkau habiskan waktumu untuk menebak apa yang akan terjadi...
Cukup engkau nikmati semua yang ada dihadapanmu...
Dan tunggulah kejutan indah dari Tuhanmu...
Sungguh berprasangka baik kepada Allah itu jauh lebih baik...
Dan membuat hatimu tenang...
Wallahu a'lam bi shawab...

#Ruang Perenungan, 23 Januari 2015

Selasa, 20 Januari 2015

Tulisan Ustadz Salim A. Fillah

Tulisan ini ‬copas dari sebelah untuk para JOSH (jomblo sampai halal)
Semoga Bermanfaat... ^_^

PERTAMA: Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya. Tahu darimana?
Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran: Maryam dan Asiah.
Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami dan Asiah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? NO!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.

KEDUA: Bagaimana pandangan tentang jodoh?
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.

KETIGA: Bagaimana tentang nasib dalam perjodohan?
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya.
Beda CARA, beda RASA dan tentu saja, beda keBERKAHannya.

KEEMPAT: Bagaimana tentang hal nafkah rezeki?
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.

KELIMA: Bagaimana cara menjemput jodoh?
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.

KEENAM: Bagaimana tentang taaruf?
Dalam urusan jodoh, ta'aruf adalah proses seumur hidup.
Rumus terpenting: Jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.

KETUJUH: Bagaimana cara mengenali calon pasangan yang baik?
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni interaksinya ke Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.

KEDELAPAN: Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dan lain-lain. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat. Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensinya satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.

KESEMBILAN: Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar.
Silakan pilih: Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya berlalu.
Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup.
Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.

KESEPULUH: Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?
Sekian.

Oleh ustadz Salim A. Fillah

"Hanya ada satu yang pasti di dunia ini, KEMATIAN"

Rabu, 07 Januari 2015

Jagalah Rumahmu

Bismillah...

Aku berdiri di salah satu sudut mall. Aku menunggu teman-teman yang akan reunian. Janjiannya sih pukul 04.00 Wita. Tetapi satu orang pun belum ada yang datang. Hingga akhirnya aku meneruskan kebiasaanku ketika menunggu, mengamati dan menulis.

Yaa, mengamati aktivitas orang-orang di sekitarku. Ada yang jalan sendiri dengan wajah tanpa senyum. Ada yang berjalan sambil membawa barang belanjaannya. Ada juga sekelompok remaja yang berjalan dengan teman-temannya sambil tertawa. Hingga akhirnya aku menemukan ide tulisan ini. Semoga bermanfaat... ^_^

Melihat orang-orang yang hadir dihadapanku saat menunggu, aku berpikir bahwa seperti inilah kehidupan. Ada yang datang dan ada yang pergi. Ada yang hanya sekedar lewat saja, ada yang ditakdirkan denganmu untuk berinteraksi sejenak, ada yang akan menjadi kawanmu lalu dia akan pergi, bahkan ada yang akan berdiri di sampingmu menemanimu melewati setiap kejadian. Bahkan orang yang lewat dihadapanku lalu membalas senyumku, hal itu pun sudah diatur oleh Allah.  Tak ada yang luput dari Sang Maha Pengatur Kehidupan.

Sahabatku...
Engkau pasti punya rumah kan?
Pastinya engkau akan menjaga baik-baik rumahmu agar tidak kemalingan. Hanya orang-orang tertentu yang engkau izinkan masuk ke dalam rumahmu. Ibu, ayah, saudara, paman, bibi, dan orang-orang terdekatmu pastinya akan ikut menjaga rumahmu. Jika ada orang yang datang dan engkau tidak mengenalnya, maka pastinya engkau tak akan mengizinkannya masuk begitu saja. Kecuali dia adalah teman dari orang tuamu atau saudaramu yang mungkin datang untuk bertamu.

Banyak orang yang melewati rumahmu. Ada yang hanya sekedar lewat saja. Ada yang hanya mampir sebentar untuk menanyakan alamat atau numpang berteduh. Ada yang memang datang bertamu karena dia adalah sahabatmu atau teman dari orang terdekatmu.

Jika engkau punya rumah yang akan selalu kau jaga baik-baik agar tidak kemalingan, maka sejatinya engkau pun punya sebuah rumah dalam dirimu.
Rumah yang harus engkau jaga baik-baik...
Rumah yang pintunya hanya akan engkau buka jika waktunya telah tiba...
Rumah yang kuncinya akan engkau berikan pada seseorang yang dipilihkan oleh Allah untukmu...
Rumah yang akan engkau isi dengan seseorang yang akan semakin membuatmu semakin mencintai Sang Pemilik rumahmu...
Rumah itu adalah "hatimu"...
Yaaa...
Hatimu...
Jagalah dia baik-baik...
Hingga benar-benar tiba saatnya engkau memberikan kuncinya kepada seseorang yang dipilihkan oleh Allah untukmu...
Dan pastinya mintalah kepada-Nya...
Mintalah agar Dia senantiasa menjaga hatimu...
Karena sejatinya, Dia-lah Sang Pemilik Hati...

Wallahu a'lam bi shawab...

# 7 Januari 2015
Di salah satu sudut perenungan...
Memaknai kehadiran orang-orang yang pernah hadir dalam hidupku...
Terima kasih telah menjadi guru kehidupanku...
Terima kasih untuk orang-orang yang selalu membantu dan mengingatkanku untuk menjaga rumahku...
Terima kasih untuk orang-orang yang sudah mau menerima prinsip hidupku...
Terima kasih untuk orang-orang yang sudah mau menerimaku apa adanya... ^_^

Kamis, 01 Januari 2015

Ketika Aku Bisa Menerima...

Bismillah...

Ide tulisan ini muncul saat aku sedang menunggu hujan reda. Aku tadi keluar sebentar untuk memenuhi permintaan kakak. Aku sengaja tidak membawa HP atau pun buku bacaan yang selalu kusediakan jika aku harus menunggu. Aku pikir hanya sebentar, ternyata hujan memaksaku untuk berdiri di antara orang-orang yang sedang menanti hujan reda.

HP gak ada, buku gak ada. Mengutuk keadaan pun tak ada gunanya. Hingga akhirnya kuputuskan untuk menikmati semua kondisi tersebut. Aku berdiri menatap hujan yang belum juga ada niat untuk berhenti. Aku melirik jam tanganku. Jarumnya sudah menunjukkan pukul 08.30 Wita.

"Semua akan baik-baik saja Boni".

Aku menenangkan diriku sendiri. Aku kepikiran Mama yang kutinggal sendiri di rumah. Semoga dia tak khawatir karena aku tidak membawa handphone.

Menikmati hujan turun dan ditemani oleh sang waktu. Hingga akhirnya aku menemukan satu kata yang membuatku tersenyum-senyum sendiri.

MENERIMA...

Satu kata yang kedengarannya mudah, tetapi kadang tak mudah untuk melakukannya. Aku belajar menerima kondisi saat itu tanpa harus mengutuk keadaan.

Aku tak tahu apakah ini benar atau salah. Aku menemukan definisi kebahagiaan menurut pemahamanku sendiri.

"Bahagia itu Menerima"...

Menerima setiap kondisi yang kita hadapi...
Menerima setiap pemberian Allah, banyak atau sedikit...
Menerima setiap skenario yang telah dituliskan Allah untukmu...
Menerima kehidupan yang telah diberikan oleh Allah...

Satu kata itu tiba-tiba muncul di benakku...
Hujan tadi mengingatkanku pada cerita sahabat-sahabatku yang masih saja mempercayaiku menjadi "tempat sampahnya". Mungkin ini salah satu hal yang harus kuterima sebagai anak psikologi. Harus selalu siap menjadi pendengar yang baik, hehehe...

Aku teringat pada cerita sahabatku yang menyesali beberapa keputusan hidupnya. Aku hanya berpikir, "berapa lama mereka akan menghabiskan waktunya untuk sebuah penyesalan?"

Bukankah seorang lelaki sangat bahagia ketika wali perempuan menerima lamarannya?
Atau seorang laki-laki yang akan memulai kehidupan barunya dengan mengatakan, "saya terima nikahnya...."
Atau saat pemilik perusahaan berkata, "Saya terima kamu bekerja disini..."
Atau saat ibu mengatakan, "Ibu terima keputusan kamu..."

Mungkin pemahamanku ini masih dangkal. Tetapi satu pelajaran moral yang bisa kuambil dari semua cerita mereka adalah terkadang kita sulit menerima suatu kondisi karena si pelaku sendiri yang tidak mau menerima. Sebagian besar hanya sibuk berandai-andai. Padahal sudah jelas bahwa perbuatan berandai-andai adalah perbuatan syaithon.

Ya...
Belajar menerima setiap kondisi dengan lapang dada...
Belajar menerima setiap skenario Allah dengan tetap berprsangka baik kepada-Nya...
Belajar menerima setiap pemberian rezeki dari Allah, banyak atau sedikit harus tetap disyukuri...
Belajar menerima setiap ketetapan-Nya yang tak sejalan dengan keinginan kita...

Lalu bagaimana aku harus menerima kondisi yang tak sejalan dengan keinginanku?
Yaaa, terimalah semua kondisi tersebut. Kondisi yang kamu hadapi saat ini adalah sebuah konsekuensi dari sebuah keputusan yang pernah engkau ambil. Dalam kondisi seperti ini mungkin akan lebih membutuhkan waktu yang banyak. Waktu untuk menerima semua kondisi tersebut. Perlahan-lahan waktu yang akan mengajarimu untuk menerima semuanya.

Yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baik sutradara kehidupan...
Dia telah mengatur kehidupanmu dengan sebaik mungkin...
Karena Dia lebih tahu yang terbaik untukmu...
Karena hanya Dia yang lebih berhak mengatur hidupmu...

Saat engkau bisa menerima semuanya...
Hatimu akan terasa lapang...
Dan katakanlah pada dirimu, "Cukup bagiku Allah"...
Bibirmu akan tersenyum dengan sendirinya...
Karena saat itu hatimu sudah melepaskan semua fatamorgana dunia...
Dan engkau menerima setiap ketetapan yang telah dituliskanNya untukmu...
Engkau ridho dengan semua hal yang telah dituliskan olehNya untukmu...

Wallahu a'lam bi shawab...

# 1 Januari 2015
Di sebuah tempat yang tenang...
Ditemani oleh suara hujan...
Dan senyum simpul penuh kebahagiaan... ^_^

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...