Kemarin aku bertemu dengan teman lama. Kami lama ngobrol, hingga kami sampai pada satu topik yang cukup membuatku terdiam dan tak mau berkomentar banyak.
Saat dia bertanya apa rencanaku ke depannya.
"Sekarang apa rencanamu selanjutnya selain ngajar Boni? Kamu ada kegiatan di luarkah?" Tanya sahabatku itu sambil memandangiku.
"Rencana sih banyak. Tapi untuk sekarang, mau sekalika buat sekolah," jawabku.
"Hhaaa? Tidak salah dengarja tho'?" Tanyanya dengan nada heran.
"Tidak, kenapai? Ada yang salahkah?" Tanyaku kembali.
"Astagaaaa, mikir jeki kah baru bilang begitu?"
"Iya, mikirja. Kan baru namanya rencana. Cita-citaku dari dulu itu kasina. Mau sekalika bikin sekolah seperti yang kupahami selama ini."
"Astagaaa Boni..Boni.. Sekolah tinggi-tinggi baru cuma mau urusi anak kecil. Sia-sianya mi itu sekolahmu."
"Hhhmmm sia-sia ya? Kalau begitu saya ubah pade mimpiku, mauka jadi Ibu Rumah Tangga saja. Gimana?" Tanyaku kembali. Aku sengaja mengatakan hal ini untuk melihat reaksinya.
"Adddeehhh, terserah kamu deh. Anehmu deh. Ruginya itu kamu sekolah baru hanya urusi anak kecil. Mending kamu kembangkan karirmu, apalagi peluangmu kayaknya besar. Astagaaa, mikirki dulu kasina."
Yaaa, itu hanya sebagian kecil komentar yang kudapatkan dari teman-teman dan orang-orang terdekatku. Menertawakan beberapa rencana atau pun mimpi yang ingin kubangun.
Tetapi berdebat dengan mereka hanya akan menghabiskan waktuku. Memilih diam adalah pilihan terbaik saat ini. Aku tak pernah tahu seperti apa cara Allah mewujudkan mimpi-mimpiku, tetapi aku yakin Allah punya banyak cara untuk membantuku.
Anak kecil, aku teringat saat aku masih duduk di bangku SMA. Betapa bencinya aku dengan dunia mereka. Dunia yang kadang hanya membuatku repot dan aku tidak menyukai suara tangisan mereka.
Tetapi begitulah Allah, rencananya selalu jauh lebih indah daripada rencana manusia. Allah justru memberikan rezeki dengan lulus kuliah di jurusan dimana aku harus mempelajari dunia mereka. Dan disinilah aku pertama kali jatuh cinta pada dunia anak-anak dan pendidikan. Hingga akhirnya waktu jualah yang membuatku sadar betapa pentingnya peran seorang perempuan dalam sebuah keluarga. Betapa pentingnya peran perempuan dalam mendidik anak-anak.
Setiap perempuan kelak akan menjadi seorang ibu. Ibu bagi anak ideologis maupun biologisnya. Suka atau tidak suka, perempuan akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Itulah mengapa perempuan itu harus cerdas. Di Jepang, anak-anak dididik oleh ibu yang setara dengan professor. Tetapi di Indonesia sungguh jauh berbeda. Guru-guru Paud dan TK hampir sebagian besar hanya lulusan SMA yang tidak dibekali dengan pelatihan atau pun ilmu tambahan tentang pendidikan anak. Anak-anak justru baru bertemu professor saat di bangku kuliah. Sementara masa golden age anak berada pada usia lima tahun pertama. Apakah Anda mau menyia-nyiakan masa emasnya berlalu begitu saja dan membiarkan orang lain yang yang mengisinya? Sungguh masa anak-anak itu hanya sekali dalam hidupnya.
Ya Allah...
Hamba tak pernah tahu bagaimana caranya Engkau akan mewujudkan semuanya...
Cukuplah aku percaya bahwa janjimu itu pasti, itu sudah cukup bagiku...
Bukankah Engkau akan menolong hambaMu yang senantiasa menolong agamaMu?
Dan semua ini semata-mata untukMu ya Rabb...
Izinkan hamba menyiapkan bekal terbaik hamba sebelum hamba kembali kepadaMu...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...
Notes:
Aku sudah memenuhi semua permintaanmu...
Kali ini aku ingin meminta izin...
Izinkan aku mewujudkan mimpi-mimpiku...