Minggu, 26 Januari 2014

Indonesia itu, Punya Kita Semua...

Bismillah...

Apa yang akan Anda katakan ketika ditanya "seperti apa Indonesia di mata Anda? Seperti apa Anda menggambarkan kondisi Indonesia saat ini?"

Topik ini sering menjadi bahan diskusi, khususnya di ruang kuliah. Terkadang saya tak sanggup mendengarkan pendapat teman-teman yang berkomentar. Bagaimana tidak, semua yang disampaikannya hampir 80 persen adalah keluhan. Kebanyakan pendapatnya berisi keluhan tentang bagaimana kondisi negara kita saat ini. Di bawah ini ada beberapa yang saya tuliskan pendapat sebagian besar orang ketika ditanya seperti apa gambaran mereka tentang kondisi Indonesia saat ini.

Indonesia itu macet.
Indonesia itu banjir.
Indonesia itu sudah dipenuhi oleh koruptor.
Indonesia itu ngga mau antri.
Indonesia itu ngga bisa disiplin.
Indonesia itu premanisme, kemiskinan,tawuran, de el el...

Ada lagi yang suka membanding-bandingkan kondisi di Indonesia dengan negara-negara lain. Entah dari segi ekonomi, pendidikan, teknologi, sosial, bahkan tempat perbelanjaannya pun ikut dibanding-bandingkan.

Belajar dari negara lain itu baik, tetapi jangan sampai hal tersebut membuat kita takjub yang berlebihan. Saya teringat taujih dari salah satu ustadz,"ketika itu ada seorang pemuda yang mendapatkan tugas belajar ke Jepang. Pemuda tersebut terpesona dengan kedisiplinan penduduk Jepang. Penduduknya yang senang membaca di jalan dan selalu membuang sampah pada tempatnya. Ketika pemuda tersebut kembali ke Indonesia, dia lalu menceritakan ke teman-temannya dan menyampaikan bahwa akhlak mereka lebih baik dari akhlak orang islam." Ketakjubannya pada hal tersebut bisa saja membuat pemuda tadi malah menjauhi agamanya sendiri, yaitu islam. Itulah sebabnya sang ustadz memberi nasehat agar tak perlu terlalu berlebihan dalam menanggapi suatu permasalahan. Ala kadarnya dan biasa-biasa aja. Pun begitu ketika kita takjub pada sesuatu, "Biasa aja".

Ketika mendengar tanggapan dari beberapa teman yang seolah-olah sudah tak ada lagi harapan di negara ini, maka saya ingin mengatakan "Sahabatku, sungguh harapan itu masih ada!!!
Dan harapan itu ada di tangan kita, para pemuda, agent of change!!!
Mengapa harus kita???
Karena Indonesia itu Punya Kita Semua!!!
Maka teruslah bekerja!!!
Teruslah melayani melakukan yang terbaik untuk negaramu!!!
Biarlah Allah dan orang-orang beriman yang melihat kerja-kerja kita!!!
So, Apapun Yang Terjadi Kita Tetap Melayani.

Jumat, 24 Januari 2014

Ayah, Ibu, Aku Hanya Ingin Bercerita...

Bismillah...

Saat aku hadir di dunia ini, aku menangis sejadi-jadinya. Aku berada di sebuah tempat yang sangat berbeda ketika aku masih berada dalam rahim ibuku. Katanya aku sekarang berada di "dunia". Ya Allah, seperti apakah dunia ini? Apakah tempatnya akan membuatku nyaman?

Allahu Akbar Allahu Akbar!!!!
Waahhhh ada seorang laki-laki yang menyebut nama-Mu ya Allah. Dia mengagungkan nama-Mu di kedua telingaku. Dia siapa ya Allah?

Ternyata dia adalah ayahku. Laki-laki pertama yang kukenal dalam hidupku. Ya Allah, terima kasih Engkau memberikanku ibu dan ayah yang akan menemaniku di tempat yang baru ini.

Semenjak kehadiranku, rumahku selalu ramai. Aku selalu digendong oleh orang-orang yang berbeda. Ada yang mencubit pipiku, memencet hidungku, memainkan jari-jariku, dan ada-ada saja yang mereka lakukan kepadaku. Apakah aku begitu menggemaskan? Entahlah... tapi aku senang melihat mereka semua tersenyum saat melihatku.

Hari demi hari kulewati bersama dengan orang tuaku. Aku bahagia saat berada ditengah-tengah mereka. Kehadirannya membuat hatiku bahagia. Ya, aku sangat membutuhkan mereka. Aku masih belum tahu seperti apa "kehidupan dunia" ini. Saat ayah dan ibu membawaku ke tempat keramaian, aku suka menangis. Aku takut melihat orang yang begitu banyak. Mereka menatapku dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang tersenyum, ada yang menatapku datar tanpa senyuman sedikit pun. Aku pikir semua orang di dunia ini suka tersenyum seperti orang-orang yang pernah datang ke rumahku.

Saat aku berusia 2 tahun, aku diantar oleh ayah dan ibuku ke suatu tempat. Di tempat itu banyak anak-anak yang seusiaku. Ini tempat apa lagi ya Allah? Ternyata masih banyak tempat yang belum kudatangi di dunia ini. Tiba-tiba seorang perempuan mengambilku dari pangkuan ibuku. Aku pun menangis sekuat-kuatnya. Ya Allah, siapa orang asing ini? Aku tidak mau pisah dari ayah dan ibuku. Aku mau sama ayah dan ibu! Aku tidak mau main dengan orang asing!

Ibu pun membujukku agar berhenti menangis. Orang asing ini pun berusaha membuatku diam. Tetapi aku tidak mau. Aku mau digendong sama ayah dan ibu. Aku tidak mau jauh dari mereka. Orang asing itu tampak berbicara dengan ibuku dan menenangkannya. Tiba-tiba ayah dan ibu pergi meninggalkanku. Aku ditinggal di tempat asing tersebut dan aku masih digendong oleh orang yang tak pernah kukenal sebelumnya. Aku menangis saat melihat ayah dan ibu memasuki mobil. Mengapa mereka meninggalkanku? Mengapa aku ditinggal dengan orang asing ini? Tangisanku semakin keras. Aku bertanya pada Allah, "Apakah kehadiranku sudah tak dibutuhkan lagi oleh mereka?" Orang asing ini terus membujukku agar diam. Aku pun kelelahan. Aku lelah melakukan aksi protesku. Aku pun tertidur. Tidur dengan sejuta pertanyaan, "mengapa ayah dan ibu meninggalkanku?"

Saat terbangun, aku kembali melihat wajah orang asing itu. Dimana ayah dan ibuku? Mengapa mereka belum juga hadir dihadapanku? Aku kembali menangis. Aku hanya ingin berada di samping mereka. Setelah sekian lama menangis, akhirnya mereka berdua datang menjemputku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku mau protes,"mengapa mereka tega meninggalkanku dengan orang asing ini?"

Dan ternyata...
Kejadian kemarin kembali terulang. Bukan cuma sekali tetapi setiap hari. Aku akhirnya menyerah pada kondisi. Aku harus berdamai dengan orang asing ini. Dan akhirnya kuketahui dari cerita orang-orang di sekitarku kalau tempat asing ini namanya "Tempat Penitipan Anak". Aku harus bermain dengan anak-anak yang nasibnya sama dengan diriku. Ditinggalkan oleh orang tua kami yang harus bekerja.

Saat usiaku 3 tahun, aku kembali diantar oleh ayah dan ibuku di tempat yang baru. Katanya tempat ini namanya "Kelompok Bermain". Apapun namanya, aku lebih suka saat bersama dengan ayah dan ibuku, tetapi ayah dan ibuku harus bekerja. Aku harus menerima semua kondisi itu. Dan kejadian yang sama terus berulang saat aku berusia 4 tahun. Aku diantar oleh ayah dan ibuku ke tempat yang baru. Ibu bilang sekarang aku sudah TK. Temanku sekarang banyak. Aku mulai bisa menerima orang asing dalam hidupku. Lagi-lagi aku harus belajar berdamai dengan kondisiku.

Semenjak ayah dan ibu mengenalkanku dengan tempat dan aorang-orang asing tersebut, aku mulai belajar untuk tidak melakukan aksi protes. Aku berpikir semua aksi protesku akan sia-sia karena mereka akan tetap meninggalkanku.

Hingga suatu malam saat ayahku pulang kantor, aku pernah mengajaknya untuk bermain bersama. Waktu itu usiaku baru 6 tahun. Tetapi ayah malah memarahiku. Katanya ayah capek bekerja di kantor. Aku main saja dulu sama bibi. Aku terdiam. Aku takut melihat wajah ayahku saat marah. Aku pun kembali ke kamar dan bermain sendiri. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku bermain dengan mainan-mainan yang dibelikan oleh ayah dan ibuku. Ayah dan ibu selalu pulang malam. Mereka selalu terlihat lelah saat pulang. Aku tak mau menggangu mereka saat pulang dari kantor. Aku takut mereka akan marah lagi padaku. Aku kadang penasaran seperti apa pekerjaannya di kantor hingga tak ada lagi waktu untukku.

Saat aku kelas 3 SD, aku bahagia sekali. Aku sangat senang kalau gurunya memberikan tugas kelompok. Itu artinya aku punya kesempatan untuk bermain dengan teman-temanku. Aku bosan dengan mainan-mainan yang ada di rumah. Ditambah lagi tak ada teman bermain. Ayah dan ibu selalu pulang malam. Bibi pun sibuk dengan pekerjaannya. Aku pun lebih banyak menghabiskan waktuku dengan teman-temanku. Dan semua ini kulakukan hingga aku duduk di bangku SMP. Aku bahkan sudah sering pulang malam. Aku membuat alasan kerja kelompok agar bisa keluar rumah. Aku benci dengan suasana rumah yang tak ada lagi kehangatan.

Hingga suatu hari, ayah dan ibu memanggilku. Ternyata guru di sekolah menelpon ibuku dan menyampaikan kalau nilaiku di sekolah menurun. Guruku juga menyampaikan semua kelakuanku di sekolah, seperti kebiasaanku tidur di kelas, bolos dari beberapa mata pelajaran, dan masih banyak lagi laporan lainnya.

Aku tertunduk diam. Lagi-lagi aku takut melihat wajah ayahku ketika marah.  Tiba-tiba ibuku menangis dan bertanya,"Ada apa dengan anak ibu? Sepertinya ibu sudah tak mengenali anak ibu yang dulu?"

Aku diam. Aku bingung harus menjawab apa. Banyak yang ingin kusampaikan, tetapi pertanyaan ibu yang bertubi-tubi, ekspresi wajah ayah yang menakutkan membuatku tak bisa berkata-kata. Aku lebih banyak diam mendengar semua pertanyaan dan nasehat dari ibuku. Ayah lalu menyuruhku masuk kamar. Aku pun mengikuti perintahnya. Aku masuk kamar dan mengunci pintu. Aku meraih bantal dan kututup wajahku dengan bantal itu. Aku pun menangis. Aku berusaha agar tangisanku tidak kedengaran.

Mengapa tak ada yang mengerti?
Mengapa tak ada yang mau mengerti aku?
Mengapa orang dewasa itu rumit sekali?

Aku pun mengambil selembar kertas dan pulpen. Aku pun mulai menulis...

Assalamu 'alaikum wr.wb...
Ayahku yang selalu kubanggakan...
Ibuku yang selalu kusayangi...
Annisa mohon maaf harus menuliskan surat ini. Annisa tak bisa menyampaikannya secara langsung kepada ayah dan ibu. Annisa takut akan semakin membuat ayah dan ibu marah sama Annisa.

Ayah dan ibuku yang selalu kucintai...
Annisa minta maaf sudah membuat ayah dan ibu marah. Annisa tak pernah menyangka kalau ayah dan ibu akan marah seperti tadi. Annisa juga minta maaf karena sudah membuat ayah dan ibu khawatir.

Tapi...
Ayah dan ibuku yang selalu kurindukan...
Jujur saja, Annisa senang melihat ayah dan ibu marah sama Annisa. Itu tandanya ayah dan ibu masih sayang sama aku. Ayah dan ibu masih perhatian sama aku.

Ayah dan ibu yang selalu kurindukan...
Annisa cuma mau bilang kalau aku sangat merindukan ayah dan ibu. Aku rindu dengan ayah dan ibuku yang dulu selalu menemaniku bermain. Aku rindu dengan ayah dan ibuku yang selalu memelukku saat aku menangis. Aku rindu ayah dan ibuku yang selalu mengajakku ke tempat-tempat yang baru.
Tetapi waktu rasanya terlalu cepat berlalu...
Ayah dan ibuku sudah diambil oleh "dunia"...
Aku bahkan tak menemukan ayah dan ibuku yang dulu. Aku tahu ayah dan ibu sangat lelah bekerja di kantor. Aku tahu ayah dan ibu capek menghadapi orang-orang di kantor.
Tetapi...
Bolehkah aku meminta waktu ayah dan ibu 10 menit saja setiap hari?
Bolehkah aku meminta waktu ayah dan ibu 10 menit saja dari 24 jam yang diberikan oleh Allah?
Hanya 10 menit...
Tak lebih...

Aku hanya ingin bercerita...
Aku ingin menceritakan pengalamanku di sekolah...
Aku ingin bercerita tentang guruku yang suka memarahiku karena aku katanya tak ada perhatian saat di kelas...
Aku ingin bercerita tentang temanku yang suka menertawakanku karena ayah dan ibu tak pernah menghadiri acara di sekolah...
Aku ingin bercerita betapa susahnya ujian di sekolah...
Aku ingin bertanya tentang materi yang disampaikan oleh guru agamaku yang katanya sekarang aku sudah baligh...
Aku ingin bercerita kalau kemarin aku hampir ditabrak motor karena melamun saat berjalan...
Aku hanya ingin bercerita...
Hanya itu...
Karena aku tak tahu kemana aku harus bercerita...
Karena aku bingung pada siapa aku harus bercerita...

Ayah dan ibuku yang selalu kurindukan...
Aku iri mendengar cerita teman-temanku.
Aku iri saat mereka bercerita bahwa semalam dia baru nonton bareng dengan ayahnya...
Aku iri saat mereka bercerita kalau setiap hari mereka sholat berjama'ah dengan orang tuanya di rumah...
Aku iri saat mereka bercerita kalau mereka selalu makan bersama...
Aku hanya bisa terdiam mendengar cerita-cerita mereka. Aku tak tahu harus menjawab apa karena aku tak tahu rasanya seperti apa. Aku sudah lama tak mengalami kejadian-kejadian itu. Hingga temanku bertanya sebenarnya aku sering ngga sih menghabiskan waktu dengan ayah dan ibu?

Ayah dan ibu tenang saja. Aku tak akan bercerita dengan kondisi rumah kita. Tetapi maaf, aku harus berbohong. Aku bercerita kalau ayah dan ibuku sangat baik. Mereka adalah orang tua terbaik yang pernah kumiliki karena selalu menghabiskan waktu dengan anaknya di sela-sela kesibukannya bekerja.

Ayah dan ibuku yang masih saja selalu kurindukan...
Annisa mohon maaf kalau ada yang salah dalam surat ini.
Lagi-lagi Annisa hanya ingin mengatakan kalau aku sangat sayang ayah dan ibu. Dan Annisa rindu dengan ayah dan ibu. Sangat rindu.

Wassalam...

Ananda, Annisa

Kubaca kembali surat itu dan kumasukkan dalam sebuah amplop. Aku pun segera tidur.
Besok aku akan meletakkan surat itu di meja makan sebelum berangkat ke sekolah. Semoga setelah membaca suratku, aku kembali menemukan ayah dan ibuku yang dulu.
Aamiin ya rabbal 'alamin...

#Jakarta, 24 Januari 2014
Terinspirasi dari cerita seorang ibu yang melihat perubahan anaknya yang sudah mulai remaja. Beliau bingung dengan perubahan yang dialami oleh anaknya.

Semoga cerita di atas bisa memberi manfaat buat teman-teman semua.
Cerita di atas memberikan pelajaran buat saya pribadi bahwa rumah adalah institusi pendidikan yang pertama bagi anak. Dan orang tua punya peranan yang penting dalam melahirkan anak-anak yang tangguh.
Tangguh menghadapi zamannya. Tangguh menghadapi setiap ujian. Tangguh menghadapi orang-orang di luar sana yang berniat menjerumuskannya ke tempat-tempat yang bisa merusak masa depannya.
Anak adalah titipan Allah dan mereka adalah investasi bagi para orang tua di akhirat kelak.
Wallahu a'lam bi shawab...

Mohon masukan atau saran untuk tulisan saya ya...
Terima kasih ^_^

Kamis, 23 Januari 2014

Sudahkah Engkau Merancang Akhir Kehidupanmu?

Bismillah...

Sahabatku...
Bagaimana kabar hari ini?
Bagaimana kabar iman kita?
Bagaimana kabar hati kita?
Semoga hati-hati kita masih senantiasa tertaut kepada-Nya...
Dan hati-hati ini senantiasa diistiqomahkan hingga ajal menjemput dan kita bisa kembali dalam keadaan khusnul khatimah...
Aamiin Ya Rabbal 'alamin...

Khusnul khatimah...
Hheeeemmmm...
Adakah "dia" telah menjadi cita-cita di akhir kehidupanmu?
Adakah "dia"menjadi tujuan hidupmu di akhir kelak?
Adakah dipikiran kita memikirkan bagaimana cara menjemput khusnul khatimah?

Ataukah...
Sampai saat ini pun engkau masih bingung apa tujuan hidupmu?
Sampai saat ini engkau belum tahu jalan mana yang harus engkau tempuh?
Sampai saat ini engkau masih bingung harus berbuat apa?

Sahabatku...
Kita ibarat seorang musafir yang sedang menempuh perjalanan jauh...
Dan kita saat ini menjadi seorang musafir di dunia...
Melakukan perjalanan panjang...
Menuju kampung halaman...
Kampung surga...

Lalu apa yang akan kita bawa menuju kampung halaman?
Bekal...
Ya....
Siapkan bekal terbaikmu...
Dan bekal terbaik itu adalah amal kebaikan...
Kelak hanya dia yang akan menemanimu dalam kesendirianmu...
Ketika tak ada lagi keluarga...
Ketika tak ada lagi saudara...
Ketika tak ada lagi sahabat...
Hanya amalmu yang akan engkau bawa...
Maka perbanyaklah bekal terbaikmu...
Karena maut bisa menjemputmu kapan saja dan dimana saja...
Karena tak ada yang pasti di dunia ini...
Kecuali kematian...

Sahabatku...
Pernahkah engkau bertanya pada dirimu...
Seperti apa engkau akan dikenal oleh keluargamu kelak?
Seperti apa engkau merancang akhir kehidupanmu?
Sudahkah kita mempersiapkannya?

Wallahu a'lam bi shawab...

#Jakarta, 23 Januari 2014

Semua pertanyaan ini hadir ketika salah satu sahabatku bertanya,"Apa rencana kamu ke depannya?"

Aku terdiam.
Bukan karena aku tak bisa menjawabnya. Tetapi aku sedang berbicara pada diriku sendiri, "Apa yang sudah kusiapkan untuk bertemu Tuhanku? Benarkah semua yang kulakukan saat ini adalah persiapan bekalku untuk menghadapi pengadilan tertinggi di akhirat kelak?"

Jangan sampai kita sibuk merancang rencana-rencana masa depan yang ternyata hanya bersifat duniawi. Hingga kita lupa merancang akhir kehidupan kita. Lupa mempersiapkan bekal untuk menemui Sang Khaliq.

Senin, 20 Januari 2014

Lagi-lagi tentang Surat Cinta...

Bismillah...

"Bonita, sudah baca surat cinta buat Bang Tere?"
"Boni, masih suka dengan buku-bukunya Bang Tere?"
"Bagaimana pendapatmu tentang surat cinta untuk Bang Tere?"

Itu beberapa pesan yang masuk ke HP-ku beberapa hari terakhir ini. Seingatku masalah surat cinta untuk Bang Tere itu sudah selesai, tetapi masih ada beberapa teman yang mempertanyakannya. Lumayan kaget juga sih, koq nanya ke saya. Saya bukan siapa-siapa. Maybe karena saya suka membaca dan mengoleksi beberapa buku Bang Tere. Tapi saya bukan pengagum atau fans beratnya dia ya. Saya hanya suka dengan isi tulisannya. Apalagi tutur bahasanya mudah dicerna. Menuliskan hikmah lewat sebuah novel adalah sesuatu yang sangat ingin kulakukan sejak dulu. Itulah sebabnya saya banyak membaca buku-buku Beliau. Belajar kan bisa dari mana saja. Belajar dari tulisan-tulisan Andrea Hirata, Kang Abik, Tasaro GK, Ahmad Rifai Rifan, de el-el. Lagi-lagi belajar tentang isi tulisannya, mengambil ilmunya, dan berusaha mengamalkannya. Just it!!!!

Semenjak kejadian "surat cinta" tersebut ada yang berkurang di TL FB-ku. Orang-orang yang dulunya suka menshare status DTL skrng sudah mulai jarang bahkan sudah tidak pernah lagi melakukannya akhir-akhir ini. Padahal dulunya, setiap kali saya buka FB biasanya langsung status DTL yang pertama kali terbaca karena dishare oleh beberapa teman FB saya. Semoga bukan karena kecewa pada sosok DTL ya gan, hehehe... Itulah sebabnya saya tertarik membuat sebuah tulisan sederhana. Tulisan ini hanyalah bagian dari diskusi saya dengan beberapa teman. Semoga bermanfaat ya...

Ada hal yang menarik buat saya dengan kejadian tersebut. Momentnya bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad saw. Semuanya sudah diatur oleh Allah untuk memberikan kita pelajaran bahwa sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Mengagumi "manusia" hanya akan membuat kita kecewa. Bukankah telah dikatakan dalam Al Qur'an bahwa “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Pun begitu ketika kita terlalu fanatik terhadap suatu kelompok atau seseorang. Semua akan kita lakukan untuk membela kelompok kita. Fanatisme yang berlebihan kadang akan membuat kita menutup mata dan telinga dalam menerima masukan atau pun nasehat dari saudara kita. Hingga kita lupa niat awal kita berada dalam sebuah kelompok atau jama'ah. Teringat taujih dari salah satu guru saya,"jama'ah adalah kendaraan kita untuk menuju kampung surga. Kita berbeda jama'ah sama saja jika kita mengatakan bahwa kapal yang kita tumpangi berbeda. Namun, tujuan kita tetap sama yaitu surganya Allah."

Izinkan saya mengutip taujih dari ustadz Fauzhil Adhim tentang beberapa hal yang cenderung menjadikan seseorang bersikap dan bertindak melampaui batas. Beberapa diantaranya adalah sikap fanatisme terhadap madzhabnya. Sikap ini dapat menyebabkan  seseorang sulit menerima kebenaran dari orang lain. Hal lain yang bisa menyebabkan seseorang bertindak diluar batas adalah berbangga dengan golongan, kelompok, organisasi, dan sejenisnya. Sikap fanatisme terhadap kelompok bahkan dapat menjadikan seseorang menentang pendapat yang haq, meski itu sikap 'alim madzhabnya. Sebabnya, pendapat tersebut menyelisihi apa yang menjadi sikap kelompok atau pemimpin kelompoknya pada saat ini. Kadang penolakan itu terjadi justru hanya karena pendapat 'alim madzhabnya tersebut justru menjadi sikap dan keyakinan kelompok lain (Adhim, 2014).

Oh ya, saya ingin berbagi pengalaman tentang pentingnya identitas atau atribut dalam menolong saudara kita yang kebanjiran. Penggunaan atribut itu penting, malah sangat penting. Seminggu yang lalu saya menshare pesan ke beberapa group di WA dan line yang isinya tentang ajakan untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban banjir. Di pesan tersebut tidak ada nama lembaga sosial atau pun organisasi yang saya tuliskan karena kegiatan tersebut hanyalah inisiatif saya dan beberapa teman untuk membagikan sembako pada korban banjir. Hasilnya, beberapa teman mengirimi saya pesan pribadi menanyakan nama lembaga sosial yang akan menyalurkan bantuan tersebut. Saya pun harus menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang akan kami lakukan. Barulah beberapa teman tergerak untuk menyumbangkan sebagian rezekinya. Beda sekali ketika saya menshare pesan yang berasal dari lembaga sosial tertentu atau pun dari lembaga kemahasiswaan. Tak ada yang bertanya dan pastinya dana yang masuk lebih banyak. Pun begitu ketika kami membantu orang-orang yang menjadi korban banjir. Orang-orang di daerah yang kami datangi sudah mengenal kami dan tidak banyak bertanya lagi seperti ketika awal-awal kami baksos di tempat tersebut. Karena mereka sudah mengenal wajah-wajah kami. Itulah pentingnya identitas ketika menolong saudara kita. Buat saya pribadi, jika saya ada di posisi mereka, maka saya pun akan selektif dalam menerima bantuan. Kalau orang yang datang membantu itu tak jelas identitasnya, lalu memberi bantuan makanan yang ternyata adalah makanan haram dalam Islam, seperti daging babi, kan bisa berabe urusannya gan...hehehehe...

So, di akhir tulisan ini saya hanya ingin kembali mengingatkan diri saya pribadi bahwa sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Kagum pada manusia hanya akan membuat kita kecewa karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Kalau manusia gak ada salah, itu malaikat namanya gan... Dan ketika kita diminta untuk fanatik, maka fanatiklah kepada Islam. Membela Allah, membela islam, membela Al Qur'an, membela Rasulullah saw, bukan malah membela kelompok atau organisasi.

Ketika ada saudara yang mengingatkan kita maka berlapang dadalah dalam menerima nasehat dari mereka. Nasehat dari saudara adalah bentuk kepedulian mereka kepada kita. Nasehat itu bisa datang dari siapa saja. Teringat nasehat dari salah satu kakak saya, "ketika seseorang menasehatimu maka lihatlah apa yang dikatakannya, tak perlu engkau melihat siapa orangnya. Saya takut kamu akan kecewa. Karena sampai kapan pun kebenaran tetap akan menjadi sebuah kebenaran. Dengan begitu engkau akan belajar menjadi lebih bijak dalam menjalani hidup ini."

Wallahu a'lam bi shawab...

Bonita mohon maaf jika banyak kekurangan dalam tulisan saya ini. Terima kasih untuk orang-orang yang telah menjadi guru saya dalam setiap diskusi... ^_^

#Jakarta, 20 Januari 2014
Semoga tulisan sederhana ini bisa menjawab pertanyaan beberapa teman...
Maaf jika jawaban saya kurang memuaskan...
Saya senang berdiskusi dan berusaha menghindari perdebatan... ^_^

Perempuan Penuh Cinta yang Selalu Kupanggil "Mama"...

Sebagian orang menyebutnya "manusia keramat"...
Sebagian lagi menyebutnya "engkaulah pintu surgaku"...
Sebagian lagi menyebutnya "malaikat yang dikirim oleh Allah dalam kehidupan setiap anak"...

Tak ada kata yang bisa menggambarkan kebaikannya, kasih sayangnya, ketulusannya, kelembutannya, belaiannya...
Dari sorot matanya, aku bisa melihat sejuta cinta untukku tersimpan disana...
Cinta yang tak pernah padam...
Cinta yang tak pernah habis untukku...
Cinta yang selalu membuatku betah berada disisinya...
Cinta yang selalu ingin membuatku kembali kepelukannya...

Dalam diamnya ada cinta...
Dalam marahnya ada cinta...
Dalam ceritanya ada cinta...
Dalam tawanya ada cinta...
Dalam senyumnya ada cinta...
Dalam belaiannya ada cinta...

Rambut putih itu sudah mulai tumbuh...
Keriput di wajah pun sudah mulai nampak...
Berjalan pun sudah mulai terlihat membungkuk...
Tangan yang mulai gemetaran tatkala memegang sesuatu...
Namun...
Senyumanmu tetap meneduhkan...
Pelukanmu pun masih terasa hangat...
Memegang tanganmu seolah memberiku kekuatan untuk tegar dalam menghadapi setiap ujian...

Mama...
Izinkan aku menulis untukmu...
Meskipun kutahu, sejuta kata yang kutuliskan tentangmu tak akan pernah cukup untuk menuliskan semua kisah yang telah kita ukir berdua...
Sejuta kata yang kutuliskan untuk menyampaikan rasa terima kasihku tak akan pernah sebanding dengan semua kasih sayang yang telah engkau berikan untukku...

Mamaku yang selalu kucintai karena Allah...
Masih jelas dibenakku, namaku yang engkau sebut dalam setiap doa-doamu...
Masih jelas dibenakku, ketika engkau menangis dalam sujudmu mendoakan kebaikan anak-anakmu...
Masih jelas dibenakku, ketika engkau menyampaikan harapan-harapanmu di atas sajadah panjang...

Doa-doa itu...
Harapan-harapan itu...
Masih terus engkau panjatkan meski kami sudah dewasa...

"Ya Allah, jaga anak-anakku dikala penjagaanku tak sampai kepada mereka...
Jaga anak-anakku dan keluarganya...
Lapangkan rezekinya dan karunialah rezeki yang halal...
Mudahkanlah urusannya ya Allah...
Berikan mereka kesehatan...
Berikan jalan keluar untuk setiap masalah yang mereka hadapi...
Berikan selalu yang terbaik menurut Engkau ya Allah, bukan menurut kami...
Dan jangan engkau biarkan anak-anakku mengejar duniamu Ya Allah...
Jaga cucu-cucuku ya Allah, jadikan anak yang sholeh dan sholehah..."

Mama...
Maaf...
Aku mendengar doa-doamu malam itu...
Dan air mataku sudah tak tertahankan mendengar setiap kalimatmu...
Sekali lagi maaf...
Aku mendengar setiap doa yang engkau panjatkan untuk kami...
Dan doa khusus yang engkau panjatkan untukku...

Mamaku yang selalu kusayang karena Allah...
Terima kasih untuk setiap doa yang engkau berikan untukku...
Terima kasih untuk semua kasih sayang yang telah engkau berikan untukku...
Segunung emas tak akan sebanding dengan apa yang telah engkau berikan untukku...
Terima kasih telah menerimaku apa adanya...
Tanpa syarat apapun...
Terima kasih telah mengajariku tentang arti kehidupan...
Terima kasih telah menemaniku hingga aku dewasa...
Terima kasih....
Terima kasih...
Terima kasih...

Ya Allah...
Jika ada amalan kebaikan yang kulakukan dan bernilai pahala, maka kumohon alirkan pahalanya untuk Mama dan Bapakku yang telah mengajariku tentang kebaikan...
Jaga mereka dengan sebaik-baik penjagaan-Mu...
Berkahi sisa usianya...
Berikan kesehatan...
Dan untuk Bapakku, berikan tempat terbaik disisi-Mu...
Aamiin Ya Rabbal 'alamin...

#Jakarta, 20 Januari 2014
Rindu sosok perempuan terbaik dalam hidupku...
Perempuan yang menyediakan rahimnya untukku 9 bulan lamanya...
Perempuan yang memberiku ASI-nya tanpa meminta bayaran sedikit pun...
Perempuan yang dulu selalu memakaikan seragam sekolahku ketika tangan kecilku belum bisa memakai pakaian sendiri...
Perempuan yang selalu menyediakan makanan kesukaanku...
Perempuan yang selalu bersedia mendengarkan ceritaku...
Perempuan yang selalu mengajariku bagaimana menjadi seorang perempuan...
Perempuan yang tak suka jika aku harus pulang malam...
Perempuan yang selalu menelponku dan mulai menanyakan pertanyaan yang hanya bisa kujawab "doakan saja yang terbaik untukku..."
Perempuan yang tetap tersenyum tegar ketika orang yang dicintainya pergi untuk selamanya, meski kutahu engkau menyimpan sejuta rindu untuknya...
Perempuan yang kelak ingin kuantarkan ke surga-Nya dengan belajar menjadi anak sholehah...
Perempuan yang telah memberikan cintanya, tanpa syarat apapun...
Perempuan yang selalu kupanggil Mama...
Aku mencintaimu karena Allah... ^_^

Sabtu, 18 Januari 2014

Ketika Saudaraku Mulai Berubah, Mungkin...

"Ukhti A sudah mulai jarang datang liqo' ya. Ada apa ya?" tanya salah satu teman saat halaqoh akan dimulai.
"Mungkin lagi ada masalah keluarga tapi dia ngga mau cerita," jawab teman yang lain.
"Mungkin lagi terhalang macet jadi telat datang hari ini. Doakan sajalah semoga dia dimudahkan," teman yang lain juga berkomentar.
"Mungkin lagi sakit, coba dihubungi dulu."

Pernah mendapatkan situasi seperti di atas?
Ada perubahan yang terjadi pada saudara kita. Lalu kita merasa perubahan tersebut adalah sesuatu hal yang tidak seperti biasanya. Dulunya yang selalu ceria, tiba-tiba menjadi lebih sering diam. Dulunya selalu memberi kabar, setiap kejadian diceritakan, lalu tiba-tiba lebih banyak diam. Dulunya rajin menyapa lewat sms, WA, line, bbm, dan berbagai media sosial, lalu tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi.

Sejujurnya saya sering mendapatkan kejadian-kejadian seperti di atas dari orang-orang di sekitar saya. Dulunya, saya kadang berpikir yang tidak-tidak tentang perubahan mereka terhadap saya. Mungkin dia lagi marah sama saya, mungkin saya membuat suatu kesalahan yang menyakiti hatinya, mungkin ada kata-kata saya yang menyakitkan, dan berbagai kemungkinan yang lain.

Hingga akhirnya, semua butuh proses pembelajaran dan saat ini pun saya masih menjalani proses tersebut. Belajar berprasangka baik kepada saudara sendiri. Teringat pesan Sang Murabbi saat masih di Makassar, "Saudaramu punya alasan yang mungkin tak ingin dia bagi dengan kalian. Tugas kita adalah mendoakan dia semoga Allah selalu menjaganya dalam kondisi apapun. Apapun yang dihadapinya saat ini dan kita tidak mengetahuinya, semoga Allah mengistiqomahkan hatinya."

Ya, bukan hal yang mudah untuk berhusnudzon kepada saudara sendiri. Butuh hati yang lapang untuk menenangkan hati kita agar jauh dari prasangka buruk terhadap saudara sendiri. Setiap kali prasangka buruk itu datang menghampiri, maka carilah 1001 macam alasan agar hati ini tetap berprasangka baik terhadap saudara kita. Ketika kita tak menemukan alasan dari berbagai alasan yang kita buat agar tetap berprasangka baik terhadap saudara kita, maka yakinlah bahwa saudaramu punya satu alasan yang belum engkau ketahui atau tak ingin dia bagi kepadamu.

Membiasakan berprasangka baik kepada saudara kita, sebaiknya tidak hanya dilakukan saat melihat ada perubahan yang terjadi dalam dirinya. Namun, kita harus berusaha untuk berprasangka baik kepada saudara kita dalam segala kondisi. Contohnya , ketika saudara kita melakukan sesuatu yang menyakiti hati kita atau pun tidak sesuai dengan nilai-nilai islam yang kita pelajari selama ini. Maka janganlah kita langsung men"judge" atau memberi "label" kepada mereka.

Kalau di psikologi ada mata kuliah yang membahas tentang pola asuh. Nah, pola asuh setiap orang berbeda-beda. Maka yakinlah bahwa tak ada niat dari saudaramu untuk menyakitimu. Namun, dia hanya tak pernah mendapatkan ilmunya sehingga dia belum tahu. Teringat kisah Rasulullah saw ketika berdakwah di bukit Thaif. Beliau dilempari oleh anak-anak yang ada di bukit tersebut hingga Beliau terluka dan giginya tanggal. Malaikat yang melihat kejadian tersebut lalu menghampiri Beliau yang sedang duduk di bawah pohon dan meminta kepada Rasulullah untuk berdoa kepada Allah agar mereka diizinkan untuk mengambil bukit-bukit Thaif dan menghimpit orang-orang yang telah melempari Beliau. Duhai Ya Rasulullah, jawaban Beliau sungguh luar biasa. Beliau bahkan memanjatkan doa kepada Allah agar penduduk Thaif diberi hidayah: "Allahummahdii qawmii fainnahum laa ya'lamuun" (Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku ini, karena mereka masih juga BELUM PAHAM tentang arti Islam". Rasulullah bahkan tak  lupa mendoakan agar keturunan mereka nanti menyembah Allah semata. Tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ali Sayyidina Muhammad. Shalawat dan Salam untukmu Duhai Kekasih Allah, semoga kelak bisa berada diantara barisan orang-orang yang mendapat syafaat dari engkau. Aaminn Ya Rabbal 'alamin...

Dari kisah Rasulullah saw tadi, banyak hikmah yang bisa kita petik. Salah satunya adalah bagaimana Rasulullah saw menyatakan dalam doanya bahwa penduduk bukit Thaif BELUM PAHAM dengan apa yang disampaikan oleh Beliau. Maka tugas kitalah untuk menyampaikan kebenaran. Namun, sampaikanlah kebenaran itu dengan cara yang ahsan. Kalau kata ustadz Salim A.Fillah,"Tegurlah aku dikala sepi, dikala kita hanya berdua, bukan di keramaian atau di depan umum."

So, ketika ada perilaku atau sikap saudaramu yang menyakitkan, maka berhusnudzonlah. Pola asuh kita berbeda dengannya dan mungkin saja dia belum tahu atau belum pernah mendapatkannya. Kalau pun dia tahu, mungkin dia khilaf maka tugas kita lagi untuk mengingatkannya. Ketika kita sudah mampu berhusnudzon kepada saudara kita, maka memaafkan pun akan menjadi lebih mudah. Lagi-lagi yang perlu diperhatikan adalah mengingatkannya dengan cara yang "ahsan" ya.... ^_^

Wallahu a'lam bi shawab...

Bonita mohon maaf jika banyak kekurangan dalam tulisan ini. Sungguh saya pun masih dalam proses belajar. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tulisan ini pun bagian dari cara saya untuk mengingatkan pribadi saya sendiri. Mohon masukannya jika ada yang salah dalam tulisan saya.

#Jakarta, 18 Januari 2014
Ditemani oleh perpaduan musik hujan dan guntur... ^_^

Jumat, 17 Januari 2014

Aku dan Kamu Saling Mengokohkan

Bismillah...

Sudah seminggu ini hujan terus mengguyur kota Jakarta. Saya bahkan sudah lupa kapan terakhir kali melihat matahari minggu ini. Sepertinya hujan enggan meninggalkan ibu kota. Ya, semoga hujan ini menjadi rahmat bagi seluruh penghuni alam.

Hujan Jakarta selalu identik dengan banjir. Saya terkadang bingung mengapa masih ada orang yang menganggapnya hanya sebagai "GENANGAN".Kalau yang kayak gini aja disebut genangan, gimana banjirnya ya. Rumah sebagian warga yang terendam banjir masihkah disebut GENANGAN???

Ahhhh, sudahlah. Aku tak mau membahas hal itu. Kali ini aku ingin menulis tentang "Ta'awun". Ada yang sudah pernah mendengarkan istilah tersebut??? Apa yang saya tuliskan kali ini adalah materi yang pernah saya dapatkan dalam halaqoh dan menurutku bagus banget nih di share dalam kondisi seperti sekarang ini.

Ta'awun atau biasa juga disebut " Saling tolong-menolong, saling mencukupi, saling mendukung". Yapppp, menolong orang yang sedang mengalami kesulitan, misalnya saudara kita yang sedang terkena musibah banjir. Ketika ada saudara yang membutuhkan uluran tangan kita, maka sudah seharusnya kita menolong mereka. Karena sebagian mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan, saling mengokohkan.

Bentuk ta'awun yang bisa kita lakukan pun macam-macam. Teman-teman yang diberi rezeki berlebih, maka boleh menolong saudaranya dalam bentuk materi. Teman-teman boleh menolong dalam bentuk uang, pakaian, bahan makanan, dan sebagainya. Untuk masalah ini, kita seharusnya peka melihat apa yang mereka butuhkan saat ini. Selain materi, teman-teman juga bisa menolong saudara-saudara kita dengan memberi semangat atau motivasi kepada mereka. Teman-teman pasti sudah tahu bahwa ketika terjadi bencana, anak-anaklah yang paling merasakan dampaknya. Teman-teman bisa membantu mereka untuk menghilangkan traumanya atas kejadian yang menimpa mereka. Masih teringat di benak saya salah satu anak yang menjadi korban banjir bandang di Kabupaten Sinjai pada tahun 2006. Satu minggu lamanya dia tidak mau menyentuh air. Dia juga lebih sering melamun dan kadang tidak menyadari kalau ada orang di sekitarnya. Ini hanya salah satu contoh trauma pada anak-anak yang pernah kutemui. Selain dua hal diatas, maka yang terpenting adalah tolong-menolong dalam kebaikan. Tolong-menolong dalam kebaikan, misalnya melindungi hak saudara kita sesama muslim. Boleh juga memberikan pertolongan kepada sesama manusia, tentunya dalam hal kebaikan, bukan kejahatan atau menyimpang dari ajaran Islam ya...

Terkait tentang ta'awun ini ada sebuah hadist dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda "Barangsiapa yang membantu sesama muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia, maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat dan barangsiapa yang meringankan beban seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat." (HR.Muslim)

Ada juga hadist lain yang mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun perbuatan baik itu dengan engkau menjumpai saudaramu sesama muslim dengan wajah yang ceria." (HR.Muslim)

So, sekecil apapun bantuan yang teman-teman berikan jangan sekali-kali menganggapnya sebagai sesuatu yang sepele. Karena sesungguhnya setiap kebaikan itu diperhitungkan dihadapan Allah, meskipun hanya sebesar biji dzarrah.

Buat saudara-saudaraku yang sudah menyalurkan bantuan dananya, terima kasih atas kepercayaannya kepada saya. Saya memang tak punya lembaga sosial. Apa yang saya lakukan, hanyalah bentuk inisiatif dari saya dan teman-teman halaqoh untuk berbagi dengan saudara-saudara kita yang lagi membutuhkan uluran tangan kita.

Buat saudara-saudaraku yang saat ini masih terjun di TKP membantu orang-orang yang terkena banjir, tetaplah semangat dan tak perlu pedulikan komentar orang lain. Komentar atau pun pendapat dari orang lain itu memang penting sebagai bahan introspeksi diri, tetapi jangan menjadi halangan bagi kita untuk terus berbuat baik. Seperti pesan dari salah satu ustadz (aku gak mau nyebutin namanya ya...^_^), teruslah bekerja, bekerja, dan bekerja. Indonesia butuh orang-orang yang siap bekerja dan bekerjalah dengan penuh CINTA.

"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (At Taubah: 105)

Finally, selamat bekerja kawan... Bekerja dengan penuh cinta di bumi cinta-Nya...
Wallahu a'lam bi shawab...

#Jakarta, 17 Januari 2014
Terima kasih sahabatku yang sudah mendonasikan dananya, semoga Allah membalas setiap kebaikan kalian. Bagi yang mau berpartisipasi membantu saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan saat ini, namun belum bisa memberikan secara langsung, silahkan hubungi saya ya... Insya Allah, saya dan teman-teman akan menyampaikan bantuan teman-teman kepada mereka. Karena sesungguhnya, aku, kamu, dan mereka seperti sebuah bangunan yang saling mengokohkam satu sama lain... ^_^

Kamis, 16 Januari 2014

Galau oh Galau...

Bismillah…
Akhir-akhir ini ada satu kata yang selalu menghiasi status di facebook, twitter, maupun BBM. “GALAU”. Entah siapa yanmg memulai istilah tersebut. Galau dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya kacau, tidak karuan. Kacau dalam segala hal dan hidupnya menjadi tidak karuan. Entah ikut trend atau ada alasan lain, orang-orang yang saya temui pun hampir sebagian besar merasa galau. Karena masalah tersebut saya tertarik menulis tentang “Galau” itu sendiri.

Kejenuhan itu tak bisa kita hindari. Dia akan selalu datang kapan pun dia mau. Kembali lagi ke pribadi kita masing-masing apakah kita siap menghadapi kejenuhan itu. Lho koq balas kejenuhan? Tadi kan bahas tentang ber”Galau-Galau” ria. Hehehehe…
Dari cerita teman-teman, saya menyimpulkan sendiri bahwa mereka yang dihinggapi kegalauan pada umumnya mereka merasakan kejenuhan pada aktivitas mereka, baik pada kuliah maupun pekerjaan. Aktivitas yang banyak dan dilakukan secara berulang setiap hari maka akan memancing munculnya rasa kejenuhan itu.
Lalu apa yang harus kita lakukan ya untuk melewati masa-masa kejenuhan alias masa Galau itu?

Itulah pertanyaan yang sering saya dapatkan dari teman-teman dan adik-adik.
Hhhheeemmm, mungkin ilmu saya belum cukup untuk membahas secara lengkap tentang masalah tersebut. Tetapi izinkan saya untuk berbagi sedikit ilmu yang diberikan oleh Allah. Tulisakan ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman dan cerita dari teman-teman juga.

Ketika datang seorang teman yang datang curhat kepada saya tentang kejenuhan atau pun perasaan bosan yang mereka alami terhadap aktivitas mereka, maka pertanyaan saya yang pertama kepada mereka adalah “bagaimana sholat Anda?” sebagian besar akan diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan saya ini. Sahabatku, aktivitas kita yang begitu banyak jangan sampai menjauhkan kita dari Allah. Pada saat kita memulai sesuatu, niat kita di awal mungkin saja semuanya untuk Allah. Tetapi siapa yang bisa menjamin kalau niat itu akan terus terjaga sampai kita menyelesaikan perjalanan hidup kita ini. Disinilah arti pentingnya kita memperbaharui niat kita setiap hari. Memperbaharui niat sama saja dengan memperbaharui semangat kita dalam menjalani aktivitas. Apalagi jika aktivitas tersebut adalah aktivitas dakwah.
Keikhlasan dalam melakukan aktivitas kita adalah sebuah proses panjang yang tak hanya dilakukan diawal. Keikhlasan itu tetap harus dijaga saat diawal kita memulai, saat menjalani, dan hingga kita mengakhirinya (Salim A. Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang).

Ketika kita menjawab, “Saya sholat koq setiap hari.” Maka pertanyaan saya selanjutnya adalah, “Apakah Anda sudah menjaga waktu-waktu sholat Anda? Apakah Anda melakukannya di awal waktu? Atau Anda hanya memberikan sisa-sisa waktu Anda kepada Allah?”

Karena itu, kita tak perlu protes kepada Allah “mengapa rezki yang saya dapat hanya sisa-sisa ya Allah”. Toh waktu yang kita berikan juga adalah sisa-sisa waktu kita, gimana mau dapat yang terbaik?. Sahabatku, berikanlah yang terbaik kepada Allah. Insya Allah, yang terbaik pun akan datang menghampirimu. Amiin…
Ketika rasa jenuh alias bosan alias galau itu datang menghampiri, mungkin perlu juga untuk menikmatinya sejenak. Sekali lagi saya menekankan “sejenak”. Artinya, jangan sampai kita membiarkan perasaan tersebut hingga berlarut-larut. Ibaratnya, saat itu kita sedang terjatuh di sebuah sumur yang sangat dalam. Saat itu kita bisa menikmatinya sejenak sambil memikirkan cara untuk keluar dari masalah tersebut. Saat masa “sejenak” tersebut adakalanya air mata menjadi obat yang paling menyenangkan. Tetapi air mata itu akan terasa nikmat ketika dilakukan di atas sajadah setelah melakukan dua rakaat. Setelah masa “sejenak” itu, maka bangkitlah. Jangan biarkan perasaan itu berlarut-larut hingga membuatmu semakin jauh dari Allah.

“Tetapi saya merasa tidak bisa k’?”
Maka tanyakan lagi kepada dirimu, apakah kita mau berubah atau tidak. Semuanya kembali lagi ke diri kita masing-masing apakah kita mau berubah dan mau keluar dari masa-masa jenuh tersebut. Terkadang kita harus “memaksakan diri” kita, bahkan cenderung menyakiti. Tetapi menyakiti dalam arti yang positif. Terkadang untuk meraih sebuah kesuksesan itu kita harus menyakiti diri sendiri. Merasa berat untuk melakukan sholat tepat waktu, tilawah itu menjadi sebuah aktivitas yang tidak mudah, melawan rasa kantuk untuk sholat tahajjud, sholat dhuha diantara sejuta kesibukan kita, dan berbagai aktivitas lain yang membuat kita dekat kepada Allah. Di awal mungkin terasa berat, bahkan cenderung kita melakukannya secara terpaksa. Tetapi bersabarlah sahabatku. Dari keterpaksaan itu, maka akan lahir sebuah kebiasaan dan dari kebiasaan itu insya Allah perlahan tapi pasti rasa keikhlasan yang pernah kita rasakan akan kembali lagi.

Sahabatku, ketika semuanya sudah kamu lakukan tetapi perasaan itu belum juga pergi, maka bayangkanlah surganya Allah. Allah selalu menggambarkan surga-Nya dalam Al Qur’an dengan kata kerja tetapi bukan kata sifat (salim A. Fillah). “Surga itu indah” atau “Di surga itu ada sungai-sungai yang mengalir dan engkau akan dikelilingi oleh bidadari-bidadari”. Mana yang lebih indah yang anda dengar? Kalau saya pribadi, lebih menyukai kalimat yang kedua. Bayangkanlah sebuah istana dari emas menantimu di surga firdaus-Nya. Engkau bisa berkumpul bersama ayah dan ibumu beserta keluargamu. Engkau bisa memandang wajah Allah dan engkau bisa mencium tangan orang yang engau rindukan selama ini. Yang hanya bisa engkau baca dari kisah perjalanan hidupnya, tetapi engkau tak bisa membayangkan wajahnya. Ya… engkau bisa mencium tangan Rasulullah SAW (Semoga perjumpaan dengan Allah dan rasul-Nya menjadi cita-cita kita semua, amiin).

Kalau itu belum cukup juga membuatmu keluar dari rasa jenuh atau pun rasa galaumu, maka mintalah kepada Allah dengan berdoa. Mintalah agar hatimu yang mulai sedikit membatu agar disirami kembali dengan cinta-Nya. Sungguh hidayah itu hak priogratif-Nya Allah. Jadi saya atau siapa pun tidak akan sanggup menolongmu sahabatku.
Sahabatku, Perjalanan kita masih panjang. Masih banyak ujian di depan sana yang menanti kita. Jika kita tak membentengi kita dengan kekuatan ruhiyah maka kita tidak akan sanggup menghadapi kerikil-kerikil tajam di depan sana. Selama ini mungkin kita mengandalakan kekuatan fisik, tetapi ada kekutan yang jauh lebih besar. Itulah KEKUATAN RUHIYAH. Pilihan ada di tangan kita, apakah kita hanya akan menjadi “penonton” atau menjadi “pemain”. Perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain.
Selamat berjuang teman-teman!!!!
Sesungguhnya Allah bersama kita!!!!
So, “Galau”!!!! Lo, Gue, End!!!!!!!!!!!!!!!
Itulah sedikit ilmu yang bisa saya bagi. Semoga tulisan ini bisa menambah semangat kita menjalani aktivitas kita sehari-hari.

Bonita mohon maaf atas sedikitnya ilmu dan ketidaktahuan yang saya miliki… ^_^
Wallahu a’lam bi showab…

Ibu...

Ibu…

Engkau adalah matahari yang selalu menyinari langkahku

Engkau adalah rembulan yang menerangiku disaat gelap

Engkau adalah bintang yang menunjukkanku arah tatkala aku tersesat

Engkau adalah embun yang memberiku kesejukan…

Dulu…

Ketika diri ini tak mampu berbuat apa-apa…

Ketika diri ini belum tahu apa-apa…

Engkau mengajariku dengan sabar…

Dulu…

Engkau mengajariku untuk berjalan…

Tetapi sekarang aku menggunakan kaki ini untuk melangkah ke tempat-tempat yang dibenci oleh Allah…

Dulu…

Engkau mengajariku untuk berbicara…

Tetapi sekarang aku menggunakan mulut ini untuk menyakiti hatimu dengan kata-kata kasarku…

Dulu…

Engkau selalu mengantarkanku ke sekolah agar aku menjadi anak yang cerdas…

Tetapi sekarang aku malah berkata, “ibu tidak perlu mengantarku ke sekolah. Saya bukan anak kecil lagi.”

Ibu…

Senyumanmu yang selalu meneduhkan hatiku…

Tatapan matamu yang penuh kasih…

Tangan halusmu yang selalu menghapus air mataku dikala aku sedih…

Pelukan hangatmu ketika diri ini tak sanggup menghadapi masalah…

Kini semuanya sudah tak ada…

Engkau pergi meninggalkanku…

Sendiri…

Ibu…

Maafkan aku yang telah melewatkan banyak hal bersamamu…

Maafkan aku yang selalu menyakiti hatimu…

Maafkan aku yang tak pernah tahu berterima kasih untuk semua kasih sayang yang telah engkau berikan untukku…

Ibu…

Sekarang kemana aku harus pergi…

Aku tak tahu kemana aku harus melangkah…

Aku kosong tanpamu…

Ibu…

Aku menyesal tak pernah mendengarkan nasehatmu…

Aku menyesal tak pernah mengikuti perintahmu…

Ya Allah…

Jagalah ibuku..

Dimana pun dia berada…

Aku belum bisa membalas kasih sayangnya…

Aku belum bisa membalas setiap tetes keringat yang dia berikan untukku…

Aku belum bisa membalas air mata yang telah jatuh karena kata-kataku atau pun sikapku yang telah menyakiti hatinya…

Saat ini hanya satu yang bisa kulakukan untuk membalas setiap kasih sayang engkau berikan untukku…

Aku hanya bisa belajar menjadi anak yang sholehah…

Belajar untuk menjalankan semua perintah Allah…

Belajar untuk meneladani Rasulullah SAW…

Karena kutahu…

Dengan keridhaanmu ibu…

Aku berharap bisa berkumpul denganmu di surga-Nya

Dengan menjadi anak sholehah…

Aku berharap bisa membuatmu bangga di hadapan Allah kelak…

Saudaraku...

Renungkanlah...

Mungkin saat ini ibu kita masih ada…

Mungkin saat ini ibu kita masih selalu ada menemani hari-hari kita…

Mungkin saat ini ibu kita masih selalu ada menyiapkan sarapan untuk kita…

Mungkin saat ini ibu kita masih selalu ada mengajari kita saat belajar…

Tetapi pernahkah kita berpikir…

Bahwa kita semua suatu saat akan mati…

Begitu pula dengan ibu kita…

Kita tak pernah tahu, kapan kita akan mati…

Lalu bagaimana jika ibu kita ternyata lebih dahulu meninggalkan kita?

Sudahkah kita membalas setiap kasih sayangnya?

Sudahkah kita berterima kasih untuk semua yang telah dia berikan kepada kita?

Ataukah…

Kita justru menyakiti hatinya dengan kata-kata kasar kita…

Atau mungkin kita telah membuatnya menangis tapi kita tak pernah tahu…

Saudaraku…

Terkadang Ibu memberikan nasehat agar kita selalu menjaga aurat…

Namun, kita mengabaikannya dengan mengumbar aurat kita seenaknya…

Terkadang Ibu menasehati kita agar menjaga pergaulan di sekolah…

Namun, kita mengabaikannya dengan berduaan dengan laki-laki

Kita mengabaikannya dengan pergi bersama teman-teman tanpa sepengetahuan mereka…

Kita mengabaikannya dengan nonton film yang tak sepantasnya untuk ditonton…

Saudaraku…

Ibu mungkin tak tahu apa yang engkau sembunyikan darinya…

Tapi…

Bukankah ada Allah yang Maha Melihat?

Saudaraku…

Apakah engkau tidak merasa sedih, jika Ibu tahu semua kelakuan kita?

ternyata tidak seperti apa yang telah mereka ajarkan kepada kita...

Saudaraku…

Apakah engkau tahu?

Untuk siapa nasehat-nasehat yang selama ini ibu sampaikan padamu?

Apakah engkau tahu mengapa Ibu menyuruhmu untuk menutup aurat?

Apakah Engkau tahu mengapa Ibu melarang kamu untuk pacaran?

Apakah engkau tahu mengapa Ibu selalu mengingatkanmu untuk menunaikan sholat lima waktu?

Semuanya karena Ibu sayang padamu Saudaraku…

Karena Ibu ingin berkumpul bersamamu di surga-Nya…

Karena Ibu ingin menyelamatkanmu dari panasnya api neraka…

Karena Ibu ingin agar engkau dihargai sebagai seorang perempuan yang selalu menutup aurat….

Karena Ibu ingin agar engkau dihormati sebagai seorang perempuan yang selalu menjaga sikap dengan lawan jenis…

Saudaraku…

Bersyukurlah jika ibu kita masih ada…

Bersyukurlah jika ayah kita masih ada…

Karena Allah masih memberi kita kesempatan untuk berterima kasih pada mereka…

Berterima kasih dengan menjadi anak yang sholehah…

Berterima kasih dengan menjalankan sholat lima waktu…

Berterima kasih dengan menjalankan semua perintah Allah…

Berterima kasih dengan selalu menutup aurat…

Agar kelak…

Ayah dan ibu kita bangga di hadapan Allah…

Karena mereka memiliki anak yang sholehah seperti kita…

# Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang adik yang sedang merindukan nasehat-nasehat Ibunya...

Ada Allah yang akan selalu menjaga Beliau... ^_^

Surga itu Mahal Adikku...

Surga itu mahal…
Kata itu yang mungkin saat ini bisa menggambarkan suasana hatiku…
Mendengar begitu banyak keluhan dari orang-orang sekitarku…
Mengeluh dengan banyaknya ujian hidup yang mereka hadapi…
Bahkan mereka sampai menangis…
Merasa tak sanggup lagi menghadapi semua ujian hidup…
Aku hanya bisa tersenyum mendengarkan keluhan mereka…
Aku hanya bisa menjadi pendengar untuk semua keluh kesah mereka…
Aku hanya bisa memberikan bahuku untuk bersandar sejenak…
Aku hanya bisa memberikan pelukan hangat untuk mereka dan berharap bisa mengurangi beban dihati mereka…
Mungkin terdengar sederhana, tapi untuk saat ini hanya itu yang bisa saya lakukan untukmu Adikku…
Adikku…
Tahukah kamu…
Surga itu mahal…
Surga itu bukanlah tempat yang bisa kau raih dengan mudah…
Butuh perjuangan dan pengorbanan untuk meraih semua itu…
Karena jalannya tak semudah yang engkau bayangkan…
Penuh dengan kerikil tajam dan duri…
Engkau harus bisa melewati semua itu jika engkau ingin meraih surga itu…
Engkau mungkin akan terluka selama dalam perjalanan itu…
“Tapi saya sudah lelah k’…”
Aku tersenyum mendengar kalimat itu…
Adikku…
Tahukah engkau, betapa sayangnya Allah kepada hamba-Nya…
Allah tahu bahwa hamba-Nya tak akan sanggup meraih surga itu hanya dengan ibadah sholat, puasa, zakat, dan hajinya…
Karena itu, Allah memberikan ujian hidup…
Melalui ujian hidup itu, maka Allah menjadikannya sebagai pahala tambahan untukmu…
Kehidupan itu ibarat anak-anak yang sedang bermain lompat tali…
Anak-anak itu harus melompat untuk melewati tali yang diputar oleh rekannya yang lain…
Kadang anak-anak itu terjatuh pada saat melompat, tetapi mereka tetap bersemangat…
Karena mereka akan bangga saat mereka bisa memenangkan permainan lompat tali itu…
Seperti itu pula kehidupan…
Terkadang kita harus meloncat-loncat dalam hidup ini untuk melewati setiap ujian yang diberikan oleh Allah…
Kadang kita terjatuh dan bangkit kembali untuk melanjutkan permainan lompat tali ini…
Agar kita bisa memenangkan permainan lompat tali dalam kehidupan ini…
Dan kemenangan itu adalah perjumpaan dengan Allah…
Itulah kebahagiaan sejati…
Karena itu, mintalah pertolongan Allah lewat sabar dan shalat…
“Sampai kapan saya harus bersabar k’? kesabaranku sepertinya sudah mau habis!!!”
Lagi-lagi aku tersenyum kembali mendengar kalimatnya yang sudah seperti orang putus asa…
Adikku, tahukah engkau kalau kesabaran itu batasnya adalah langit. Dan langit itu tidak ada batasnya…
Kakak yakin, engkau bisa melewati semua ujian hidup ini…
Jika perjumpaan dengan Allah adalah sebuah harga mati bagimu, maka ujian apapun akan bisa engkau hadapi…
Anak sekolah yang akan naik kelas pun harus melewati begitu banyak ujian agar bisa naik kelas…
Begitu pula dengan kita Adikku…
Allah memberikan ujian hidup, karena Allah ingin kita naik kelas di hadapan-Nya…
“Terima kasih k’… Aku akan berusaha untuk menjadi seorang pemenang… Pemenang dihadapan Allah…”
Selamat berjuang Adikku…
Sungguh perjuangan kita masih panjang…
Akan banyak ujian di depan sana yang menantimu di depan sana…
Karena itu berpeganglah pada tali agama Allah, agar DIA selalu menuntunmu melewati setiap ujian itu…
Semoga Allah menjaga-Mu tatkala penjagaanku tak sampai kepadamu Saudariku…
Karena sesungguhnya DIA-lah sebaik-baik penjaga… ^_^

*Untuk Saudara-saudaraku, Semoga Allah memberi kita punggung yang kuat menghadapi setiap ujian hidup ini...
hingga kita kembali ke kampung halaman kita, KAMPUNG AKHIRAT ^_^

Lagi-lagi "Tidak Apa-apa"...

Apa yang ingin engkau dengar dariku???
Apa yang ingin engkau dengar???
Entahlah...
Aku hanya ingin mendengar suaramu...
Aku hanya ingin mendengar cerita-ceritamu...
Dari ceritamu...
Aku jadi tahu kalau engkau baik-baik saja...
Itu sudah cukup bagiku...
Cukup membuatku tenang saat aku jauh darimu...

"Maaf Aku belum bisa pulang bulan ini..."
Jawabannya tetap sama,"Tidak apa-apa..."
Ahhhh....
Jawaban itu lagi...
Aku tahu bukan kalimat itu yang ingin engkau dengar...
Aku tahu rindu itu sudah tak bisa engkau sembunyikan...
Maafkan aku...
Semua diluar kendaliku....

Tapi jawaban itu...
"Tidak apa-apa...Tetaplah fokus pada tujuanmu..."

Mama...
Orang yang paling bisa mengertiku...
Orang yang paling bisa memahamiku...

Terima kasih...
Lagi-lagi aku yang harus memintamu untuk mengerti kondisiku...
Maafkan aku...
Rindu tuk' bersua harus kembali kusimpan...
Kusimpan baik-baik jauh di lubuk hatiku...

Maaf jika aku hanya lagi-lagi bisa terdiam...
Jawaban "Tidak apa-apa" membuatku tak tahu harus berkata apa lagi...

"Kamu kenapa?"
Maaf jika semua hanya bisa kujawab dalam diamku...
Karena aku hanya ingin mendengar suaramu...
Memastikan bahwa semuanya benar Tidak Apa-apa...

Mama...
Semoga Allah selalau menjaga-Mu...

#Jakarta, 12 Desember 2013

"Engkau tahu nak, jika ilmu yang engkau cari maka kamu harus merasakan pahitnya dulu. Kadang harus ada air mata, penuh dengan ujian... Tapi bersabarlah, karena manisnya ilmu kelak akan engkau rasakan... Ilmu itu tidak ada matinya, dia akan tetap ada meski kita sudah tak ada... Selama ilmu itu engkau amalkan untuk orang-orang di sekitarmu...Jaga semangatmu, Berdoalah agar Allah selalu, menjagamu..."
_Nasehat Mama_

Terima Kasih Malaikat-malaikat Kecilku

Dulu…

Anak-anak adalah hal yang paling kubenci…

Aku tidak suka mendengar suara tangis anak-anak, apalagi kalau berisik…

Hal ini membuat diriku tak pernah bercita-cita menjadi seorang pendidik…

Tetapi…

Semua berubah 180 derajat…

Ketika Allah menghadirkan satu-persatu malaikat-malaikat kecil dalam hidupku…

Sedikit demi sedikit saya belajar berteman dengan anak kecil…

Dan sekarang dunia anak-anak adalah bagian dari hidupku…

Ada kebahagiaan saat melihat senyuman di wajah mereka…

Ada kebahagiaan saat mendengar mereka memanggilku “Tante Boni!!!”…

Walau kadang  membuatku sedikit bingung dengan pertanyaan aneh kalian…

Tetapi…

Semua itu menjadi cambuk untuk diri ini…

Untuk terus belajar untuk menjadi lebih baik…

Untuk terus belajar tentang kehidupan kalian…

Dan Lewat tulisan ini…

Aku ingin berterima kasih kepada malaikat-malaikat kecilku…

Malaikat-malaikat kecil yang telah membuatku jatuh cinta pada dunia anak-anak dan pendidikan…

Malaikat-malaikat kecil yang telah banyak mengubah hidupku…

Terima kasih telah memberi warna dalam hidupku…

Terima kasih telah mengajariku akan arti memberi dan berbagi…

Terima kasih telah mengajariku tentang kasih sayang…

Terima kasih telah mengajariku tentang kelembutan…

Terima kasih telah mengajariku bagaimana menjadi seorang Ibu, tante, kakak, guru…

Semoga Allah menjaga setiap langkah kalian tuk’ meraih semua impian…

Maafkan Tante Boni ya kalau belum bisa menjadi tante yang baik buat kalian…

Doaku selalu buat kalian…

Semoga menjadi anak yang shaleh dan shalehah…

Semoga menjadi anak yang cerdas dan berguna bagi agama…

Semoga menjadi anak yang kelak membanggakan Ayah dan Ibu di hadapan Allah…

Malaikat-malaikat kecilku…

Kalian adalah salah satu alasanku untuk terus belajar dan belajar…

Karena itu…

Cukuplah Allah yang tahu rasa sayangku pada kalian…

Berharap….

Allah masih memberi kesempatan untuk berkumpul lagi bersama kalian…

Dan kelak dikumpulkan kembali di Jannah-Nya…

Amiin…^_^

Siapa Bilang Kemampuan Kognitif Perempuan Menurun Setelah Melahirkan?

Bagi para ibu, memiliki anak ternyata tak hanya melengkapi hidup mereka, tetapi juga meningkatkan daya ingat. Demikian hasil sebuah studi terbaru yang menyatakan bahwa wanita yang baru melahirkan, nilai tes memori visuospasial lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak memiliki anak. memori visuospasial merupakan kemampuan untuk mengetahui dan mengingat informasi tentang lingkungan sekitar.

Menurut Melissa Santiago, peneliti dari Carlos Al Bizu University of Miami, bahwa temuan ini membantah kepercayaan lama bahwa wanita akan mengalami penurunan daya ingat dan fungsi kognitif setelah memiliki anak. Kesimpulan ini didapat setelah membandingkan 35 Ibu dengan usia bayi berkisar antara 10 – 24 bulan dan 35 wanita yang belum pernah hamil. Usia rata-rata partisipan ibu muda adalah 29 tahun dan usia rata-rata wanita yang belum pernah hamil adalah 27 tahun.

Menurut Melissa, sebenarnya banyak perubahan fisiologis pada tubuh wanita saat hamil. Salah satunya otak bisa menyusut hingga 4 – 6 persen. Namun, otak ini akan kembali ke bentuk semula, enam bulan setelah melahirkan. Dan selama masa ini, bisa jadi otak mengalami pemetaan ulang sehingga terjadi perubahan daya ingat.

# Dikutip dari Majalah Mother and Baby Edisi November  2012…

Setelah sekian lama  mencari akhirnya menemukan artikel ini.

Berawal dari pernyataan seorang teman yang mengatakan bahwa “Perempuan yang sudah menikah akan mengalami penurunan kemampuan kognitif”. Semoga artikel ini dapat menghilangkan kekhawatiran para Ibu-Ibu…

Wallahu a’lam bi shawab…^_^

Terima Kasih untuk Siswaku...

Bunda!!!!!!!!!!!!!!

Itulah panggilan mereka untukku setiap hari…

Merekalah yang mengisi hari-hariku…

Merekalah yang memberi warna dalam hidupku…

Merekalah yang mengajariku tentang arti kesabaran…

Merekalah yang mengajariku tentang arti memberi…

Terima kasih…

Untuk semua siswaku…

Hari-hari bersama kalian adalah salah satu kenangan terindah untuk Bunda…

Semoga Allah menuntun kalian….

Tuk’ meraih cita-cita…

Amiin…

Kenangan "Penamatan Siswa Kelas VI SDIT Ar Rahamh

Alhamdulillah, penamatan siswa kelas VI SDIT Ar rahmah akhirnya selesai juga. Acara yang dilaksanakan pada hari Ahad, 24 Juni 2012 di Aula Fakultas Kedokteran Unhas ini dihadiri oleh kurang lebih 800 orang. Acara ini diisi dengan penampilan dari siswa-siswa SDIT Ar Rahmah, berupa tarian, puisi, dan drama musikal.

Banyak pengalaman tak terlupakan yang saya dapatkan dari acara ini. Setelah tema acara ditentukan, mungkin TIM Kelas I adalah TIM yang paling “Galau”. Soalnya kami bingung mau membuat pementasan seperti apa untuk anak-anak kami nantinya. Apalagi siswa kelas I diminta untuk memerankan semua tokoh kartun yang disukai oleh anak-anak.

Alhamdulillah, semua amanah ini akhirnya bisa dijalankan. Salut buat kekompakan rekan satu TIM-ku, Bunda Wati, Bunda Erna, dan Bunda Hamsi yang telah melatih anak-anak dengan penuh kesabaran. Sepertinya ada bakat yang belum tersalurkan selama ini ya Bunda. Hehehehe… apalagi waktu melatih power rangers, semua Tim Kelas I turun tangan. Dua jempol deh untuk kesabarannya…

Saat melatih anak-anak, ada banyak hal yang saya temukan. Salah satunya adalah menemukan bakat siswa-siswaku. Siswa yang paling cerewet kalau belajar, ternyata sangat berbakat dalam hal seni. Hal ini saya temukan bukan hanya pada siswa perempuan, tetapi juga siswa laki-laki. Hal ini sepertinya harus diketehui oleh para orang tua agar tidak selalu menuntut anak-anak mereka untuk menonjol di bidang akademik, tetapi mereka sebenarnya punya kelebihan yang lain. Mereka hanya butuh wadah dan dukungan untuk menyalurkan bakat tersebut.

Di bawah ini saya tuliskan beberapa kesan-kesan dari para orang tua siswa yang saya dapatkan…

“Salut buat guru-gurunya SDIT Ar Rahmah. Siapa sih yang punya ide? Koq bisa ya zaman dahulu digabungkan dengan zaman sekarang. Apalagi temanya tentang pahlawan. Setidaknya anak-anak tahu tentang siapa sebenarnya pahlawan mereka yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Saya tidak menyesal kasi sekolah anakku di Ar rahmah.”

“Mantap guru-gurunya Ar Rahmah. Kreatif tawwa. Anakku saja yang sekolah di SD xxxx tidak pernah ada penampilannya seperti ini.”

“Satu kata untuk Ar Rahmah Bunda, SEMPURNA!!!”

“Penampilannya kelas I selalu bagus-bagus di’… waktu Market Day juga kemarin bagus-bagus penampilannya, apalagi yang penamatan.”

Ya…itulah beberapa kesan-kesan dari orang tua siswa yang saya dapatkan.

Semoga semua ini tidak membuat kita sombong dan lupa diri, tetapi menjadi pembelajaran buat kita semua untuk selalu memberikan yang terbaik.

Alhamdulillah, semua kerja keras kita selama ini terbayar dengan kepuasan dari para orang tua siswa.

Untuk special moment, “saya pribadi punya special moment saat pembagian rapor. Saat saya dan Bunda Wati akan membagikan rapor, tiba-tiba salah satu orang tua siswa spontan berteriak, “Ya..buka baru…buka baru!!!” semua yang ada di tempat itu pun tertawa, tak ada yang marah atau pun kesal karena kami telat membagi rapor. Semuanya mengerti dengan kesibukan kami menjadi panitia dalam acara besar ini. Apalagi saat memberikan rapor kepada siswaku dan mereka memelukku, itulah yang paling membahagiakan buat saya.”

Di akhir tulisanku, Sukses buat teman-teman guru SDIT Ar Rahmah. Insya Allah penamatan tahun depan akan jauh lebih baik dan idenya pasti lebih bagus lagi.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu orang tua siswaku, “sepertinya guru-guru SDIT Ar Rahmah ngga’ pernah kehabisan ide ya…” 

Wallahu a’lam bi shawab…^_^

TV _ Kultweet Ustadz Fauzhil Adhim

Ini dia kuliah tweet dari ustadz Fauzhil Adhim (@kupinang) tentang keberadaan TV di rumah. Ini tantangan bagi para orang tua apakah akan tetap menyediakan fasilitas TV bagi anak-anaknya di rumah?

Semoga bermanfaat… ^_^

Matinya TV di rumah tak berharga jika yang sering kita bicarakan di rumah, yang kita tiru dan takjubi adalah para pelakon TV.

Meniadakan TV di rumah tak sama dengan meniadakan TV di hati mereka. Jika yang dikagumi masih tokoh TV, anak bisa nonton di tempat lain.

Maka, matikan TV dan hidupkan hati mereka. Tiadakan TV di rumah dan tumbuhkan rasa ingin tahu melalui membaca.

Tumbuhkan kebanggaan tidak punya TV. Ini jadikan anak tetap merasa nyaman berada di antara teman-temannya. Tidak merasa malu & terbebani.

Kreatif itu jika kita nggak ikut-ikutan. Berbeda itu perlu, tapi bukan asal beda. Bukan kehebatan mengetahui cerita yang lagi trend.

Suatu saat anak saya pulang sekolah dengan wajah kurang bergairah. Ia mulai tunjukkan sedihnya. Semua teman cerita Doraemon, kecuali dia.

Poin penting yang saya sampaikan, "Kok ceritanya sama semua sih? Kok nggak ada yang kreatif?" | "Teman kamu tahu kisah "ini", nggak?"

Esoknya anak saya pulang sekolah dengan wajah berseri-seri karena ketika ia cerita tentang tokoh penemu yang ada di buku, semua kagum.

Pengalaman ini menjadikan ia mantap bahwa kalau mau hebat, buku "konsumsinya". Bukan TV. Dia kemudian sering bawa buku ke sekolah.

Saya juga sampaikan bahwa penemu TV waktu kecil tak pernah nonton TV. Dia hebat karena bersemangat baca buku. Bukan nonton TV.

Jika ingin meniadakan TV, jadikan keluarga sebagai hiburan terbaik & rumah sebagai tempat yang bikin rindu. Bukan karena bagusnya fisik.

Nah, kapan terakhir kali Anda bercanda dengan anak? Kapan terakhir Anda tertawa bersama anak mertua? Tertawa bersama. Bukan sama-sama tertawa.

Kenangan "Penamatan Siswa Kelas VI SDIT Ar Rahamh

Alhamdulillah, penamatan siswa kelas VI SDIT Ar rahmah akhirnya selesai juga. Acara yang dilaksanakan pada hari Ahad, 24 Juni 2012 di Aula Fakultas Kedokteran Unhas ini dihadiri oleh kurang lebih 800 orang. Acara ini diisi dengan penampilan dari siswa-siswa SDIT Ar Rahmah, berupa tarian, puisi, dan drama musikal.

Banyak pengalaman tak terlupakan yang saya dapatkan dari acara ini. Setelah tema acara ditentukan, mungkin TIM Kelas I adalah TIM yang paling “Galau”. Soalnya kami bingung mau membuat pementasan seperti apa untuk anak-anak kami nantinya. Apalagi siswa kelas I diminta untuk memerankan semua tokoh kartun yang disukai oleh anak-anak.

Alhamdulillah, semua amanah ini akhirnya bisa dijalankan. Salut buat kekompakan rekan satu TIM-ku, Bunda Wati, Bunda Erna, dan Bunda Hamsi yang telah melatih anak-anak dengan penuh kesabaran. Sepertinya ada bakat yang belum tersalurkan selama ini ya Bunda. Hehehehe… apalagi waktu melatih power rangers, semua Tim Kelas I turun tangan. Dua jempol deh untuk kesabarannya…

Saat melatih anak-anak, ada banyak hal yang saya temukan. Salah satunya adalah menemukan bakat siswa-siswaku. Siswa yang paling cerewet kalau belajar, ternyata sangat berbakat dalam hal seni. Hal ini saya temukan bukan hanya pada siswa perempuan, tetapi juga siswa laki-laki. Hal ini sepertinya harus diketehui oleh para orang tua agar tidak selalu menuntut anak-anak mereka untuk menonjol di bidang akademik, tetapi mereka sebenarnya punya kelebihan yang lain. Mereka hanya butuh wadah dan dukungan untuk menyalurkan bakat tersebut.

Di bawah ini saya tuliskan beberapa kesan-kesan dari para orang tua siswa yang saya dapatkan…

“Salut buat guru-gurunya SDIT Ar Rahmah. Siapa sih yang punya ide? Koq bisa ya zaman dahulu digabungkan dengan zaman sekarang. Apalagi temanya tentang pahlawan. Setidaknya anak-anak tahu tentang siapa sebenarnya pahlawan mereka yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Saya tidak menyesal kasi sekolah anakku di Ar rahmah.”

“Mantap guru-gurunya Ar Rahmah. Kreatif tawwa. Anakku saja yang sekolah di SD xxxx tidak pernah ada penampilannya seperti ini.”

“Satu kata untuk Ar Rahmah Bunda, SEMPURNA!!!”

“Penampilannya kelas I selalu bagus-bagus di’… waktu Market Day juga kemarin bagus-bagus penampilannya, apalagi yang penamatan.”

Ya…itulah beberapa kesan-kesan dari orang tua siswa yang saya dapatkan.

Semoga semua ini tidak membuat kita sombong dan lupa diri, tetapi menjadi pembelajaran buat kita semua untuk selalu memberikan yang terbaik.

Alhamdulillah, semua kerja keras kita selama ini terbayar dengan kepuasan dari para orang tua siswa.

Untuk special moment, “saya pribadi punya special moment saat pembagian rapor. Saat saya dan Bunda Wati akan membagikan rapor, tiba-tiba salah satu orang tua siswa spontan berteriak, “Ya..buka baru…buka baru!!!” semua yang ada di tempat itu pun tertawa, tak ada yang marah atau pun kesal karena kami telat membagi rapor. Semuanya mengerti dengan kesibukan kami menjadi panitia dalam acara besar ini. Apalagi saat memberikan rapor kepada siswaku dan mereka memelukku, itulah yang paling membahagiakan buat saya.”

Di akhir tulisanku, Sukses buat teman-teman guru SDIT Ar Rahmah. Insya Allah penamatan tahun depan akan jauh lebih baik dan idenya pasti lebih bagus lagi.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu orang tua siswaku, “sepertinya guru-guru SDIT Ar Rahmah ngga’ pernah kehabisan ide ya…” 

Wallahu a’lam bi shawab…^_^

Bakat itu Apa ya???

A.   Definisi Bakat

Spearman (Fudyartanta, 2004) mengemukakan bahwa bakat adalah suatu kemampuan khusus yang berkembang secara istimewa atau menonjol, dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain, bakat tidak sama dengan kecerdasan tetapi kecerdasan menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Bahkan kecerdasan itu dapat dipandang sebagai faktor umum dan bakat itu adalah faktor khusus.

Menurut Woodworth dan Marquis (Suryabrata, 2004 ), bakat dimasukkan ke dalam kemampuan ability, di dalam  ability memiliki tiga arti, yaitu :

Achiecment yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung  dengan alat atau tes tertentu.

Capacity yang merupakan potential ability, dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara kemampuan dasar dengan pelatihan yang intensif berdasarkan pengalaman.

Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diukur dengan tes khusus yang memang diperuntukkan untuk mencakup hal tersebut.

Muhammad (2010) mengemukakan bahwa bakat bersifat bawaan dan harus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Bakat itu senantiasa harus diasah dan dikembangkan agar dapat muncul dengan optimal dalam diri seseorang. Pengasahan yang dilakukan harus spenuhnya mendukung terhadap perkembangan bakat karena bakat berbeda dengan kemampuan yang tidak terlalu menekankan pada latihan atau pengasahan.
Utami Munandar (Muhammad, 2010) mengemukakan bahwa yang membedakan antara bakat dan kemampuan adalah kalau bakat identik dengan latihan agar bakat dapat terwujud, sedangkan kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang.

Dari pemaparan beberapa ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa definisi bakat adalah sesuatu hal yang menonjol pada seseorang dan menjadi kelebihan indvidu tersebut pada bidang tertentu, misalnya bakat pada bidang seni, olahraga, dan sebagainya. Bakat seseorang akan muncul apabila bakat individu tersebut selalu diasah atau dilatih.

B.   Macam-macam Bakat

Ansori (2008) ada lima junis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud, yaitu:

Bakat akademik khusus, merupakan kemampuan bawaan khusus  yang dimiliki seseorang yang cenderung pada arah akademis, misalnya seseorang tersebut mempunyai kemampuan dalam ilmu matematika, fisika, bahasa dan lain sebagainya.

Bakat kreatif produktif, merupakan kemampuan bawaan khusus  seseorang yang mampu berkarya dan menciptakan sesuatu yang baru seperti menghasilkan rancangan arsitektur atau membuat teknologi baru.

Bakat seni, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang cenderung kearah hiburan atau seni. Misalnya seseorang tersebut pandai melukis, bernyanyi, bermain musik, dan lain sebagainya.

Bakat kinestik/ promotorik, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang cenderung pada kinerja seseorang. Misalnya seseorang tersebut pandai bermain basket, menembak, dan lain sebagainya.

Bakat sosial, merupakan kemampuan seseorang yang dimiliki seseorang yang cenderung mengarah pada interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, misalnya individu tersebut pandai bergaul, pandai berkomunikasi dan lain sebagainya.

Menurut Ambarjaya (2012) sehubungan dengan cara berfungsinya, bakat dibedakan menjadi dua, yakni:

Kemampuan pada bidang khusus (talent), misalnya bakat musik, melukis, dan lain-lain.

Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisasikan kemampuan khusus, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan pada bidang arsitek.

Sri Suriati Amal (Muhammad, 2010) juga mengemukakan bahwa ada lima jenis bakat, yaitu:
a. Kinetik fisik (Bodily Kinetic)

Jenis bakat ini adalah bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-ciri anak bakat jenis ini dapat diterangkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apakah anak menonjol dalam olahraga tertentu?

Apakah anak tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama?

Apakah anak pandai menirukan gerakan badan atau wajah orang lain?

Apakah anak tangkas dalam kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan, seperti origami, membuat pesawat dari kertas atau merajut?

Apakah anak dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?

Jika jawaban dari pertanyaan di atas lebih didominasi “Ya”, berarti anak dapat dikategorikan mempunyai bakat jenis Bodily Kinetic.
b. Bahasa

Bakat jenis ini adalah bakat dalam mengunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Ciri-ciri anak bakat jenis ini dapat diterangkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apakah anak bisa menulis lebih baik dari anak seusianya?

Sukakah anak bercerita atau membuat lelucon?

Sukakah anak membaca buku?

Apakah anak bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya?

Apakah anak dapat mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan idenya secara baik?

c. Logika dan Matematis
Bakat jenis ini adalah bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-ciri anak bakat jenis ini dapat diterangkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apakah anak tidak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja?

Apakah anak suka bermain dengan angka?

c.Apakah anak suka dengan pelajaran matematika?

Sukakah anak bermain dengan permainan asah otak seperti catur?

Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?

d. Musikalitas
Bakat jenis ini adalah bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Ciri-ciri anak bakat jenis ini dapat diterangkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apakah anak pandai dalam menghafal lagu dan menyanyikannya?

Dapatkah anak bermain alat musik?

c.Apakah anak sensitif terhadap suara-suara di sekitarnya?

Apakah anak suka bersiul atau menggumam lagu?

d. Pemahaman Alam
Bakat jenis ini adalah bakat untuk mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-ciri anak bakat jenis ini dapat diterangkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

Sukakah anak berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya?

Sukakah anak bermain air?

Apakah anak suka ke kebun binatang/kebun raya?

Apakah anak bermain dengan binatang peliharaannya?

Apakah anak mengoleksi kumbang, bunga, daun, atau benda alam lainnya?

C.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bakat Individu
Menururt Ambarjaya (2012) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi bakat individu, yaitu :

1. Pengaruh unsur genetik

Khususnya berkaitan dengan fungsi otak, bila dominan otak sebelah kiri, bakat berhubungan dengan kemampuan verbal, intelektual. Sedangkan dominan dengan otak kanan bakat berhubungan dengan masalah spasial, non-verbal, estetik, serta kegiatan fisik.

2. Latihan

Struktur tubuh mempengaruhi bakat seseorang. Seorang yang bertubuh atletis akan memudahkannya menggeluti bidang olahraga atletik.

3. Struktur tubuh

Yang mempengaruhi bakat individu tergantung dari faktor pembawaan atau heredity, tetapi sejauh mana bakat pembawaan tersebut dapat diwujudkan tergantung dari kondisi dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungan, keluarga, dan masyarakat. Banyak anak yang secara potensial memiliki bakat tetapi potensi tersebut tidak dapat diwujudkan dikarenakan lingkungan yang tidak mendukung.Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan bakat tersebut menjadi tidak optimal.

Utami Munandar (Muhammad, 2010) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud, yaitu keadaan lingkungan seseorang, seperti kesempatan, sarana, dan prasarana yang tersedia. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, tempat tinggal (di daerah perkotaan atau di daerah pedesaan), dan sebagainya. Sebagian faktor ditentukan oleh keadaan dalam diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.

Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa bakat harus didukung oleh lingkungan sosial dimana seseorang tinggal atau berada. Jika lingkungan seseorang tidak mendukung, seberapa besar pun bakat seseorang tersebut, tidak akan pernah terwujud. Tetapi hal ini dapat diantisipasi dengan mencari lingkungan yang sangat kondusif sehingga perkembangan bakat anak dapat diharapkan lebih optimal.

 

REFERENSI:

Ambarjaya, B. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT.Buku Seru.

Ansori, M. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Fudyartanta, K. 2004. Tes Bakat Dan Perskalaan Kecerdasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryabrata, S. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Muhammad, A. 2010. Deteksi Bakat dan Minat Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Garailmu.

Minat Individu

A.   Definisi Minat

Salah satu faktor utama untuk mencapai kesuksesan dalam studi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini dikarenakan jika minat tumbuh dalam diri seseorang akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal, dan memusatkan perhatiannya terhadap hal yang ia minati. Jahja (2011) mengemukakan bahwa secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap  kegiatan seseorang sebab dengan minat individu akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Minat adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik, dan merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.

Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan dalam diri seseorang. Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus jika tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.

Ormrod (2009) mengemukakan bahwa minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik, karena ketika siswa memiliki minat (interest) pada topik atau aktivitas tertentu, mereka akan beranggapan bahwa topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang untuk dikerjakan atau diperhatikan. Siswa yang mengejar suatu tugas yang menarik minatnya mengalami efek positif  yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan.

Hurlock (1993) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Hurlock (1993) mengemukakan bahwa minat merupakan hasil dari pengalaman belajar, bukan hasil bawaan sejak lahir. Minat merupakan  sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk belajar, minat juga mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Secara keseluruhan, pada masa anak-anak, minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar.

Anak-anak yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun, akan memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Jika pengalaman belajar menimbulkan kesan pada anak-anak, maka akan menjadi minat. Hal tersebut adalah sesuatu yang dapat diasah dengan proses pembelajaran. Dimasa yang akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk dan intensitas dari cita-cita pada anak. Pintrich dan Schunk (Hurlock, 1993) juga menyebutkan bahwa minat merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir, dan prestasi.

Berdasarkan pemaparan definisi minat menurut para ahli tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan adanya pengertian individu terhadap objek yang menjadi sasaran karena objek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada objek tersebut. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan dan mencapai suatu target tertentu. Minat menjadikan seorang pembelajar sungguh-sungguh mengalami pembelajaran karena dorongan yang timbul dari hati secara terus-menerus dan semakin kuat sehingga individu tersebut memotivasi dirinya sendiri dan memampukan dirinya untuk melakukan suatu hal tertentu.

B.   Macam-macam Minat

Witherington (Bukhori, 1991) mengelompokkan minat menjadi 2 macam, yaitu:

1. Minat primitif (biologis)

Minat primitif adalah minat yang timbul dari kebutuhan dari jaringan yang berkisar pada soal-soal makanan, kebahagiaan hidup atau berkebebasan beraktivitas. Minat ini dapat dikatakan sebagai minat pokok dari manusia.

2. Minat kultural

Minat kultural, yaitu minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi tarafnya yang merupakan hasil dari pendidikan. Minat ini dikatakan sebagai minat pelengkap.

Azhari (1996) mengemukakan bahwa minat dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

Minat volunteer, yaitu minat yang timbul dengan sendirinya dari individu tanpa pengaruh yang sengaja dari luar. Contohnya, seorang anak yang berminat pada pelajaran matematika, maka anak tersebut ikut les matematika untuk meningkatkan kemampuannya.

Minat involunter, yaitu minat yang timbul dari dalam diri individu, dengan pengaruh dari satu situasi yang sengaja diciptakan pengajar. Contohnya, seorang guru akan memberikan hadiah kepada siswa yang mengerjakan sholat lima waktu. Siswa yang berminat dengan hadiah tersebut akan melakukan hal tersebut.

Minat nonvolunter, yaitu minat yang ditimbulkan secara sengaja dipaksakan atau diharuskan. Contohnya, minat belajar pada siswa yang harus dipaksakan atau diharuskan dimiliki oleh siswa tersebut.

Kuder mengklasifikasikan minat kedalam sepuluh kategori (www.upi.edu/operator/upload/pdf), antara lain:

Minat outdoor, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan alam (binatang dan tumbuhan).

Minat mechanical, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mekanik atau mesin.

Minat computational, yaitu minat terhadap hal-hal yang membutuhkan kecakapan perhitungan.

Minat scientific, minat untuk menentukan faktor-faktor baru dan pemecahan masalah.

Minat persuasive, minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mempengaruhi orang lain.

Minat artistic, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seni (kesenian dan kerajinan tangan).

Minat library, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan menulis dan membaca karangan atau tulisan.

Minat musical, yaitu minat terhadap music.

Minat social service, yaitu minat terhadap pekerjaan sosial atau membantu orang lain.

Minat clerical, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan administrasi.

Ormrod (2009) mengemukakan bahwa para ahli psikologi membedakan dua jenis minat, yaitu minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional dipicu oleh sesuatu di lingkungan sekitar. Misalnya hal-hal yang baru, berbeda, tak terduga, atau secara khusus hidup sering menghasilkan minat situasional, demikian pula hal-hal yang melibatkan tingkat aktivitas yang tinggi atau emosi yang kuat.  Sedangkan minat pribadi adalah minat di dalam pikiran siswa. Dimana siswa cenderung memiliki preferensi pribadi tentang topik-topik yang siswa kejar dan aktivitas yang diikuti. Minat pribadi semacam ini relatif stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat siswa.
C.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Individu

Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Melihat bahwa adanya minat pada diri seseorang tidak terbentuk secara tiba-tiba, akan tetapi terbentuk melalui sebuah proses yang dilakukannya. Hal ini berarti bahwa minat pada diri seseorang tidak hanya terbentuk dari dirinya sendiri, akan tetapi ada pengaruh juga dari luar dirinya termasuk lingkungan.

Menurut LD crow dan Alice Crow (Hurlock, 1993) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan minat, yaitu:

1. The factor inner urge

Rangsangan dari dalam diri atau pembawaan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya, seseorang cenderung terhadap belajar, dalam hal ini individu tersebut mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2. The factor of social motive

Minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal, selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif sosial. Misalnya, seseorang berminat pada prestasi tinggi agar mendapat status sosial yang tinggi pula.

3. Emotional factor

Faktor perasaan dan emosi yang berpengaruh terhadap objek. Misalnya, perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat serta kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

Menurut Moch. Surya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat seseorang (www.upi.edu/operator/upload/pdf), yaitu:

Faktor dari dalam (internal)

a. Faktor jasmani atau fisiologi individu yang bersifat bawaan, seperti penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun herediter, yang terdiri atas:

1)  Faktor intelektual, yang terdiri atas faktor potensial, yaitu kecerdasan dan

bakat, serta faktor actual atau kecakapan nyata, yaitu achievement atau

prestasi.

2) Faktor non-intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, pengawasan diri,

c. emosional, dan sebagainya.

2. Faktor kematangan, baik fisik maupun psikis

a. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor sosial, yang terdiri atas faktor lingkungan keluarga

Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan sebagainya.

Faktor spiritual dan lingkungan keagamaan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah faktor internal dan eksternal dari individu. Faktor internal dalam individu berkaitan dengan jasmaniah dan psikologis, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan yang dapat mempengaruhi minat individu.
D.  Fungsi Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki minat rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.

Hurlock (Wahid, 1998) menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak yaitu sebagai berikut :

1. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

2. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.

Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun  suasana sedang hujan.

3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.

Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tetapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap anak dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat anak.

4. Minat yang terbentuk sejak kecil, masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.

Sebagai contoh, yaitu minat menjadi guru yang telah terbentuk sejak kecil akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan terbawa terus-menerus.

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam melahirkan perhatian yang sertamerta memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar. Oleh karena itu, minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar  dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya apabila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka siswa akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.

Dari pemaparan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa fungsi minat pada seseorang lebih besar sebagai  motivating force, yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong siswa tersebut untuk terus belajar.

 

REFERENSI:

-------. Tanpa Tahun. Pengklasifikasian Minat. (www.upi.edu/operator/upload/pdf, diakses pada tanggal 27 Juli 2012).

Azhari, A. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang: Dina Utama.

Bukhori. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E.B. 1993.Psikologi perkembangan (Edisi Lima). Jakarta: PT. Erlangga

Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ormrod, J.E. (2009). Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (Edisi Keenam). Jakarta: Erlangga.

Wahid, A. 1998. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...