Bapak...
Bagaimana kabarmu disana?
Baik-baik saja kan?
Yaaa, aku berharap Allah memberimu tempat terbaik disana...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...
Bapak...
Banyak yang ingin kuceritakan padamu. Bahkan aku bingung harus memulai dari mana. Tapi biarkan jari-jari ini menuliskan apa yang kualami dan kurasakan saat ini.
Bapak...
Sudah dua bulan aku kembali dari perantauan. Sesuatu yang dulu tak pernah engkau izinkan telah kuselesaikan. Aku semakin mengerti mengapa engkau tak pernah mengizinkanku sekolah di luar. Aku semakin mengerti mengapa engkau sangat menjagaku bahkan rela meninggalkan Sinjai hanya untuk menemaniku. Kelak jika aku punya anak perempuan, mungkin aku pun akan melakukan hal yang sama denganmu.
Bapak...
Dua bulan sudah aku menjalani aktivitasku yang baru sebagai dosen di kampus tempatku kuliah kemarin. Bukan hal yang mudah untuk bisa masuk disana. Bahkan aku sempat ingin menyerah dan berniat mengajar di kampus lain. Tetapi semangat yang selalu diberikan Mama dan kakak-kakak membuatku bertahan untuk memperjuangkannya.
Bapak...
Tahukah engkau sekarang Mama begitu bahagia melihatku sudah bisa mewujudkan semua yang pernah engkau pinta dariku. Aku bisa merasakannya dari sorotan matanya dan belaian lembut tangannya di setiap kali aku pamit ke kampus. Ya, aku pun bahagia bisa kembali bersama Mama setelah dua tahun jadi anak kost. Engkau pasti tahu kan dulu anakmu ini ngotot ngekost dekat kampus. Tapi tak ada satu pun mengizinkan hingga engkau rela menemaniku di Makassar. Meskipun hanya dua tahun tetapi semua begitu berharga untukku.
Bapak...
Engkau pasti tahu kalau dulunya aku tak pernah mau kembali ke Sinjai. Aku merasa tak bisa mengembangkan kemampuanku disana. Sekarang semuanya berubah. Dua tahun merantau membuatku sadar kalau aku harus kembali ke kota kecil tempatku dilahirkan. Kalau semua berpikir tak mau bertahan disana, lalu siapa yang akan mengembangkan daerah kita?
Bapak...
Kelak aku ingin pulang ke kampung halaman kita. Aku ingin meminta izinmu membangun sebuah sekolah kecil di samping rumah kita. Aku ingin menghabiskan waktuku disana mendidik anak-anak untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya seperti yang pernah engkau ajarkan kepadaku. Aku berharap semoga mimpiku ini bisa terwujud. Bukankah ini akan menjadi amal jariyah kita? Semoga saja, Aamiin Ya Rabbal 'alamin.
Bapak...
Mama pun sudah mengizinkanku untuk mewujudkan mimpiku itu. Meskipun awalnya Mama kurang menyetujui. Mama lebih menyukai aktivitasku sebagai dosen agar aku bisa punya banyak waktu dengan keluarga. Tetapi bukankah sekolah itu kelak ada di rumah kita juga. Jadi waktuku pun semuanya untuk Mama dan keluarga.
Bapak...
Akhir-akhir ini aku selalu merindukanmu. Kemarin aku ke Bone mengunjungi cucumu Ubay. Oh iya, engkau sudah tak ada ketika dia lahir. Sekarang dia sudah berusia 3 tahun. Dia mirip sekali sama K'Iping, apalagi matanya. Aku yakin engkau akan tertawa melihat tingkah lakunya yang lucu. Dia memanggilku Ita karena belum lancar bicara. Ada kejadian yang membuatku teringat padamu. Saat aku menemani K'Erna ke tempat kerjanya, aku melihat seorang Bapak yang menemani anaknya ke dokter. Anak perempuan itu duduk di samping ayahnya dan memegang tangannya. Aku kembali teringat padamu. Dirimu yang selalu menemaniku ke dokter, bahkan menjemputku di sekolah hanya untuk menemaniku cabut gigi. Menenangkanku saat jarum suntik itu sudah di depan mataku.
Bapak...
Ada yang bertanya padaku,"apalagi yang kucari di dunia ini?"
Aku tersenyum dan terdiam mendengarkan pertanyaan itu. Lewat pertanyaan itu, sepertinya Allah kembali bertanya padaku, "apa yang kucari di dunia ini?"
Bapak...
Seperti yang selalu engkau ajarkan padaku bahwa hidup adalah mencari ridho Allah. Ya, tak ada lagi yang kucari selain mencari keridhoan Allah. Dan di sisa-sisa umurku ini aku ingin membahagiakan Mama. Aku ingin selalu ada untuknya, membuatnya tersenyum, dan membahagiakannya di masa tuanya. Kadang aku menangis jika mengingat kalau aku belum sempat membahagiakanmu. Tetapi aku kembali menyadari bahwa membahagiakanmu, membalas setiap kebaikanmu, tidak selalu harus dengan materi. Menjadi anak yang sholehah, mendoakanmu, dan menjadi manusia yang bermanfaat adalah bagian dari caraku untuk membalas setiap kebaikanmu. Semoga dengan semua ini aku bisa membuatmu bangga dihadapan Allah kelak di akhirat nanti. Aamiin Ya Rabbal 'alamin.
Bapak...
Sampai disini dulu ceritaku hari ini. Aku harus kembali melanjutkan aktivitasku. Berharap engkau bisa melihatnya disana. Dan juga bisa merasakan betapa aku mencintaimu dan merindukanmu.
Boni sayang Mama dan Bapak karena Allah...
Selalu...
Dan selamanya... ^_^
#Makassar, 21 November 2014
Ruang Kerinduan