Rabu, 09 Juli 2014

Bumbu-bumbu Ramadhan

Bismillah...

Apa kabar saudaraku? Bagaiman kabar imanmu? Bagaimana kabar ramadhanmu?
Semoga hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Karena sungguh merugi jika hari kita sama saja dengan yang kemarin-kemarin, tidak ada perubahan yang lebih baik.

Melalui tulisan sederhana ini, izinkan saya sedikit berbagi tentang ramadhan tahun ini. Semoga bermanfaat buat teman-teman semua.

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti salah satu kajian ramadhan di kampus. Ada hal yang menarik ketika Sang ustadz menyampaikan taujihnya. Saya tertarik dengan kalimatnya, " akan banyak bumbu-bumbu yang disajikan di bulan ramadhan ini".

Sahabatku...
Bulan ramadhan tahun ini memang terasa special, kayak martabak special aja ya. Hehehe...
Gimana gak special, bulan ramadhan tahun ini bertepatan dengan dua moment yang paling ditunggu oleh orang-orang, khususnya di Indonesia. Pertama, agenda pemilihan calon pemimpin negara kita. Buat teman-teman yang jadi tim sukses atau pun aktif di dunia politik, pastinya akan terbagi pikirannya. Para simpatisan kedua calon pun harus bisa mengendalikan diri di sosmed. Banyak postingan yang bisa membuat kita terpancing, bahkan sampai harus memutuskan tali silaturahim dengan saudara atau teman. Jangan sampai hal ini terjadi di bulan ramadhan ini. Bukankah ramadhan mengajarkan kepada kita untuk lebih peduli dengan orang-orang sekitar, termasuk menjalin silaturahim dengan saudara.

Moment kedua yang paling ditunggu adalah piala dunia. Moment inilah yang paling ditunggu oleh para pencinta bola. Orang-orang yang menanti kehadirannya bukan hanya kaum adam, kaum hawa pun tidak mau ketinggalan. Bahkan orang-orang yang tadinya tidak suka bola, tiba-tiba jadi suka bola. Dan lagi-lagi moment ini hadir di bulan ramadhan. Orang-orang yang tadinya gak pernah tahajjud, tiba-tiba bisa bangun tengah malam. Tapi niatnya untuk nonton bola. Ada juga yang sudah niat bangun tengah malam, tetapi niatnya tetap untuk nonton bola. Lebih parah lagi, gara-gara nonton bola tengah malam sampai-sampai sholat shubuhnya kebablasan alias lewat. Bukan cuma sholat shubuhnya yang lewat, siangnya pun menjadi tidak produktif. Lebih banyak diisi dengan tidur hingga yang sunnah pun tak bisa dilakukan. Gimana mau melakukan yang sunnah, yang wajib aja lewat.

Kalau buat mahasiswa tingkat akhir, ada lagi bumbu ramadhan yang lain, Si Mr.T alias tesis. Kehadirannya sungguh membuat hampir semua perhatian kita tertuju kepadanya. Malam hari harus begadang kerjain revisi, siangnya kejar-kejaran dengan dosen. Alhamdulillah kalau langsung ACC, tapi kalau minta revisi lagi siap-siap dah begadang lagi. Saat ngerjain tesis, mikirin belum tilawah. Saat tilawah, mikirin tesis. Serba salah kan. Janjian dengan dosen pun kadang menjadi ujian tersendiri. Sudah bela-belain datang, malah dibatalin. Mau marah, lagi puasa. Lagi-lagi hanya bisa mengelus dada, bersabar, bersabar, dan bersabar. Yaaa, ramadhan ini bisa jadi sarana latihan buat teman-teman pejuang tugas akhir untuk menambah stok kesabarannya.
Bukankah kesabaran itu ada batasnya?
Ya, kesabaran emang ada batasnya. Batasnya adalah langit dan langit itu gak ada batasnya gan... ^_^

Masih ada nih bumbu lain di bulan ramadhan. Kalau bumbu yang satu ini biasanya disajikan buat teman-teman atau ibu-ibu yang suka nonton. Semua stasiun TV berlomba-lomba menayangkan acara-acara yang bisa menemani para penontonya berbuka dan bersantap sahur. Dari acara tabligh akbar, sinetron, hingga acara lawakan. Ada yang mengganjal di hati ane nih gan. Miris banget melihat teman-teman yang menghabiskan waktunya menonton acara-acara yang sama sekali gak ada manfaatnya. Setelah sahur dan menanti adzan shubuh, banyak yang mengisinya dengan menonton acara lawakan yang kadang menjadikan kekurangan orang sebagai bahan tertawaan. Mereka lupa bahwa dalam sahur itu ada keberkahan. Andai kita bisa mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti tilawah atau membaca buku-buku yang bisa menambah keilmuan dan rasa cinta kita kepada Allah. Bukan cuma saat sahur, menjelang berbuka pun kejadian tersebut kembali terulang. Ada lagi nih yang doyan nonton sinetron hingga berjam-jam. Saya jadi mikir aja nih kalau sinetronnya tayangnya 2 jam, lalu kita bisa mengisinya dengan tilawah. Teman-teman pasti bisa khatam dalam sebulan ini. Bukannya ane melarang teman-teman buat nonton, tetapi pintar-pintarlah memilih tontonan. Pilihlah tontonan bermanfaat yang bisa menambah wawasan dan rasa cinta kita kepada Allah.

Sahabatku yang kucintai karena Allah...
Tatkala ramadhan belum datang, kita begitu merindukan kehadirannya.
Dan ketika Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk berjumpa, justru kita melewatkannya begitu saja.
Cobalah engkau ingat saudara-saudaramu yang pernah menemanimu di ramadhan tahun lalu?
Masihkah dia ada menemanimu saat ini?
Ataukah dia sudah tak ada karena Allah lebih dahulu memanggilnya dibanding dirimu?
Cobalah ingat kembali wajah orang-orang yang masih bisa engkau jumpai di ramadhan tahun kemarin dan sekarang tak bisa lagi bersamanya...
Mungkinkah dia orang tuamu...
Mungkinkah dia saudaramu...
Dan Allah masih memberi kita kesempatan untuk bertemu bulan yang penuh berkah ini.
Sudahkah kita mensyukuri nikmat kesempatan ini?
Lalu masih patutkah kita kufur terhadap nikmatnya?

Sahabatku yang kucintai karena Allah...
Masih ada kesempatan untuk memperbaiki ramadhan kita. Masih ada kesempatan untuk memaksimalkan ibadah-ibadah kita di bulan ramadhan ini. Manfaatkan waktu dengan banyak melakukan hal-hal yang disukai-Nya.

Ketika ada yang mengeluh, "Mengapa saya begitu susah melakukan ibadah di bulan ramadhan? Pengennya tidur terus!"
Sahabatku, sudahkah engkau meminta agar diberi kemudahan untuk beribadah? Sudahkah engkau meminta agar diberi kemudahan untuk melakukan kebaikan?
Terkadang kita melupakan bahwa Allah-lah Sang Pemilik hati dan raga kita. Allah-lah yang menggerakkan hati-hati kita untuk melakukan kebaikan. Allah jugalah yang mengatur setiap urusan kita. Jika engkau sudah meminta, maka paksalah dirimu untuk melakukan kebaikan. Yaaa, terkadang kita harus menyakiti diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Bukan hal yang mudah melawan kemalasan, apalagi jika disibukkan dengan urusan-urusan dunia. Ketika keterpaksaan itu telah engkau lakukan, lama kelamaan akan lahir suatu kebiasaan. Kebiasaan inilah yang akan menumbuhkan rasa cinta, hingga terasa ada yang hilang jika kita tak melakukannya. Dan semua ini bisa kita latih di bulan ramadhan ini agar kita siap menghadapi 11 bulan berikutnya. Saya teringat dengan nasehat guru saya, "Jika engkau ingin mengetahui seperti apa kehidupanmu di 11 bulan berikutnya, maka lihatlah aktivitasmu di bulan ramadhan. Jika engkau berhasil mentarbiyah dirimu dengan banyak beribadah, maka in syaa Allah engkau bisa melewati 11 bulan berikutnya."

Alhamdulillah, hari ini Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati ramadhan bersama keluarga. Masih bisa menikmati ramadhan bersama orang-orang yang kita cintai. Masih bisa beribadah dengan tenang dan nyaman di bulan ramadhan. Pernahkah teman-teman memikirkan nasib saudara-saudara kita di Palestina? Mereka melewati ramadhan dalam suasana mencekam. Makanan untuk sahur dan berbuka pun seadanya, bahkan mungkin tak ada. Berkumpul dengan orang-orang yang dicintai pun tak bisa karena sudah ada yang syahid. Lalu bagaimana dengan kita yang diberikan banyak kemudahan untuk memanfaatkan moment ramadhan, tetapi malah membiarkannya berlalu begitu saja?

Sahabatku yang kucintai karena Allah...
Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang menyenangkan. Tulisan ini adalah teguran buat saya pribadi dan saya bersyukur jika bisa juga bermanfaat buat teman-teman. Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kita kembali betapa berharganya bulan ramadhan ini. Jangan sampai dia terlewat begitu saja dan kita tak bisa mendapatkan apa-apa. Dia berlalu begitu saja sama seperti bulan-bulan lainnya.

Wallahu a'lam bi shawab...
Maafkan Bonita yang masih terus belajar menjadi lebih baik...

#Jakarta, 9 Juli 2014

Senin, 07 Juli 2014

Manusia Biasa...

Bismillah...

Aku hanya manusia biasa...
Yang dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana yang sangat peduli dengan kedekatanku dengan Tuhanku...
Aku hanya manusia biasa...
Yang tumbuh dalam keluarga yang sangat peduli dengan sopan santun dan tata krama...

Aku hanyalah seorang anak yang juga ingin memberikan yang terbaik untuk orang tuanya...
Aku hanyalah seorang adik yang juga ingin belajar menjadi adik yang baik...

Aku hanyalah seorang perempuan yang ingin belajar menjadi muslimah yang taat...
Aku hanyalah seorang perempuan yang ingin belajar menjadi muslimah sholehah...
Aku hanyalah seorang perempuan yang kelak ingin menjadi penghuni syurga-Nya...

Lagi-lagi aku hanya manusia biasa...
Kamu tahu kan apa itu manusia biasa?
Manusia yang tak luput dari khilaf dan dosa...
Manusia yang kadang bahkan sering melakukan kekhilafan...
Manusia yang lebih banyak lupanya daripada ingatnya...

Satu hal yang kusyukuri...
Aku punya Allah, Sang Maha Pengampun...
Allah, yang memaafkan setiap kekhilafan hamba-Nya...
Dan memberikanku kesempatan untuk menjadi lebih baik...

Jika yang engkau lihat hanya kesempurnaan, sungguh engkau sudah tertipu...
Sungguh semua itu hanya karena Allah masih menyayangiku dengan menutup aib-aibku...
Sekali saja aib itu terbuka dihadapanmu, mungkin engkau tak mau lagi bertemu denganku...
Melihat wajahku pun engkau sudah tak sudi...

Lagi-lagi aku hanya manusia biasa...
Manusia biasa yang sedang belajar cara mencintai Tuhan-nya...
Manusia biasa yang sedang belajar menjadi muslimah yang taat...
Manusia biasa yang sedang belajar menggapai ridho-Nya...

Aku tetap hanyalah seorang manusia biasa...
Manusia biasa yang lebih banyak khilafnya...
Namun ingin terus belajar untuk lebih baik dihadapan-Nya...
Apakah itu tak cukup?
Entahlah...

#Jakarta, 6 Juli 2014
Banyak orang yang suka menilai hanya dari apa yang dilihatnya dari luar...
Menilai dari apa yang tampak dihadapannya...
Mereka tak pernah tahu usaha yang dilakukan orang tersebut untuk menjadi seperti apa yang dilihatnya...
Memberikan penilaian sesuka hati...
Tanpa pernah tahu perjuangan yang telah dilewatinya untuk menjadi seperti sekarang...
Toh aku tak perlu peduli...
Karena aku tak akan pernah sanggup membuat orang suka dengan tindakan, keputusan atau pun prinsipku...

Teringat saat pertama kali hidayah itu datang menyapaku...
Memutuskan meninggalkan semuanya dan memulai dari awal...
Dan saat itulah sujud-sujud panjang menjadi sebuah kenikmatan tersendiri...
Menikmati saat mengadu kepada-Nya...
Kadang ingin mundur dan berhenti di tengah jalan...
Dan DIA mengirimkan orang-orang untuk menguatkanku...

Jumat, 04 Juli 2014

Tahun Ketiga...

Bismillah...

Tahun ini adalah tahun ketiga menikmati bulan Ramadhan di perantauan. Tak perlu lagi engkau tanyakan bagaimana rasanya.

Rasanya campur aduk. Di satu sisi merasa sedih. Pertama kalinya menikmati ramadhan tidak bersama dengan keluarga. Makan sahur pun dinikmati dengan berusaha menelan makanan karena harus menahan air mata. Apalagi ketika mengingat moment kebersamaan dengan mama dan bapak. Rasanya.... :'(
Di sisi lain ada perasaan bersyukur karena Allah masih memberikan kesempatan untuk bertemu bulan ramadhan.

Dan sekarang sudah tahun ketiga...
Mendengar cerita teman-temanku yang melewati hari pertama ramadhannya yang penuh dengan air mata, membuatku senyum-senyum sendiri. Teringat dengan pengalaman sendiri saat 3 tahun lalu. Kondisiku hampir sama dengan mereka.

Sekarang semuanya sudah bisa kunikmati...
Dan aku harus belajar menikmati semuanya...
Tak selamanya aku akan terus berada dengan keluargaku...
Tak selamanya aku akan terus berada di tengah-tengah mereka...

Semua butuh proses...
Dan inilah proses tarbiyah yang diberikan Allah untukku...
Proses untuk belajar menjadi lebih baik, lebih mandiri, lebih dewasa...
Dan tentunya proses belajar akan kehidupan...

Setiap kondisi biasanya akan memiliki dua sisi...
Menyenangkan atau menyedihkan...
Bahagia atau sedih...
Semua kembali pada pilihanmu, engkau mau memilih yang mana...

Apakah akan terus menangisi keadaanmu?
Atau memilih untuk menerima semuanya dengan berdamai?

Dan aku memilih BERSYUKUR...
Itulah pelajaran berharga yang kudapatkan dalam tiga tahun belakangan ini...
Betapa banyak nikmat yang diberikan oleh Allah untukku...
Bertemu bulan ramadhan adalah satu kesyukuran terbesar untukku...
Betapa banyak orang-orang yang kusayangi telah tiada dan tak bisa lagi menikmati ramadhan, bulan yang penuh berkah...
Bulan dimana tidur pun bernilai ibadah...
Bulan dimana setiap saat adalah waktu mustajab untuk berdoa...

Jika aku memilih menangisi kondisiku yang jauh dari keluarga, lalu kapan aku akan bersyukur?
Betapa banyak orang-orang yang melewati ramadhan tanpa sanak keluarganya...
Mereka tak memiliki ayah dan ibu...
Dan aku masih memiliki Ibu yang selalu menelpon dan menanyakan kabarku...
Aku masih memiliki saudara yang memberikanku semangat untuk bertahan di rantau...
Apalagi yang tak bisa membuatku untuk belajar bersyukur?

BERSYUKUR...
BERSABAR...
Dua pelajaran yang diberikan oleh Allah untukku selama menjalani jihad ilmu ini. Setiap kali ingin mengeluh, aku selalu teringat wajah Ibu, kakak, dan sahabat-sahabatku. Nasehat mereka hampir sama, " orang-orang yang sukses saat ini juga melewati apa yang kujalani sekarang. Semua butuh proses, maka bersabarlah. Karena kelak engkau akan tersenyum jika mengenang semuanya. Belajarlah untuk bersyukur. Mensyukuri setiap kondisi karena kasih sayang Allah tak pernah lepas darimu dalam setiap langkahmu."

Terima kasih ya Allah untuk semuanya...
Izinkan aku menikmati Ramadhan-Mu dengan memberikan yang terbaik untuk-Mu...
Aku tak pernah tahu, apakah ini ramadhan terakhirku?
Apakah Engkau masih mengizinkanku menikmati ramadhan ini hingga hari kemenangan tiba?

Wallahu a'lam bi shawab...

#Jakarta, 4 Juli 2014
Edisi muhasabah diri...

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...