Jumat, 20 November 2015

Tuhan Maha Romantis

"Tuhan Maha Romantis"

Aku menemukan kalimat itu di salah satu tulisan Fahd Pahdepie. Aku merenungi kalimat tersebut. Kalimat singkat tapi cukup dalam buatku.

Ya...
Aku kembali mengingat semua perjalanan hidupku. Memoriku tiba-tiba kembali pada semua masa-masa sulit yang telah kulewati. Mengingat semua kejadian-kejadian di masa lalu dan bagaimana aku melewatinya.

Hingga waktu mengajariku bahwa rencana Allah selalu jauh lebih indah. Allah sudah menyiapkan skenario terbaik untuk hambaNya. Allah tahu waktu terbaik untuk hambaNya.

Allah Maha Romantis...
Allah telah mengungkapkan cintaNya lewat Al Qur'an. Hanya terkadang hati kita yang buta untuk memahami tanda cintaNya.

Allah Maha Romantis...
Allah menunjukkan cintaNya lewat setiap kejadian yang kita alami. Hanya kita yang kadang menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa saja dan tak bisa memetik hikmahnya.

Allah Maha Romantis...
Hanya dengan hati yang bersyukur, maka engkau bisa melihat bahwa ada cinta Allah disana.

Allah Maha Romantis...
Kuserahkan semua urusan skenario hidupku kepadaNya. Urusan besok biarlah tetap menjadi rahasia. Dengan begitu, bukankah hidup akan penuh dengan kejutan? Dan hidup akan jauh lebih bermakna.

Allah Maha Romantis...
Tugasku saat ini adalah taat dan selalu berprasangka baik kepadaNya. Menjaga keyakinan bahwa janji Allah itu pasti. Allah selalu menunjukkan cintaNya dengan cara yang berbeda dan selalu saja membuatku terdiam dan hanya bisa mengucap syukur sebanyak-banyaknya.

Ya...
Tuhanku yang Maha Romantis...
Terima kasih untuk semua cintaMu...
Maafkan hamba yang kadang lalai dan lupa untuk mensyukuri nikmatMu...
Kerinduan berjumpa denganMu, itulah yang membuatku kuat melewati semuanya...
Karena itu kumohon jagalah keyakinan dalam hatiku bahwa perjumpaan denganMu adalah sesuatu yang pasti...
Aamiin ya Rabbal 'alamin

#Makassar, 20 November 2015

Rabu, 11 November 2015

Bunda, Mengapa Mereka Memanggilku “Orang Gila?”



Hai kawan...

Kenalkan namaku Ahmad. Aku sekarang duduk di kelas B di salah satu TK di kotaku. Kalau aku kelas B, berarti usiaku sekitar 5 tahun. Begitu kali ya...hehehe...Teman-teman, izinkan aku bercerita tentang kehidupanku ya... Aku ingin berbagi dengan kalian. Boleh ya...

Aku hidup di sebuah keluarga yang katanya lebih dari cukup. Aku punya ayah dan ibu yang katanya sangat sayang padaku. Aku juga punya seorang adik perempuan yang bersekolah di sekolah yang sama denganku. Tapi dia masih di kelompok bermain. Setiap hari kami diantar  oleh ibu. Ibulah yang setiap hari mengurusi setiap keperluanku sebelum ke sekolah. Menyiapkan baju sekolah, bekal ke sekolah, dan mengantarkanku ke sekolah.

Aku juga punya banyak teman-teman di sekolah. Mereka sepertinya sangat baik. Soalnya mereka selalu berbagi makanan denganku. Tetapi aku bingung, kenapa mereka suka memanggilku “orang gila”. Aku bahkan tak mengerti apa arti dari panggilan itu. Setiap hari mereka selalu mengajakku ngobrol, tetapi aku tak mengerti apa yang mereka katakan. Aku hanya bisa mendengar kalimat yang mereka sampaikan kepadaku. Terkadang aku ingin sekali ngobrol seperti teman-teman yang lain. Tetapi lagi-lagi aku bingung, aku harus ngomong apa. Pernah suatu hari, aku berusaha mendekati mereka. Mengajak mereka bermain bersama, tetapi mengapa mereka tak pernah mengerti apa yang kusampaikan. Mereka malah berkata, “Kamu ngomong apa? Kalau bicara yang jelas, jangan seperti orang gila kalau ngomong.” Lagi-lagi aku mendengar kata-kata itu dan akhirnya aku hanya bisa menangis sekeras-kerasnya. Aku rasanya ingin teriak, “aku hanya ingin bermain dengan kalian!!!”

Bukan hanya teman-temanku yang aneh, guruku pun sepertinya suka bersikap aneh. Selalu memaksaku menyelesaikan gambar-gambar yang  tak pernah kumengerti semua itu gambar apa. Memaksaku menghitung benda-benda yang ada dihadapanku. Ketika aku tak bisa menyelesaikannya, maka aku akan mendengar suara bentakan yang sangat keras. Lagi-lagi aku tak mengerti sebenarnya apa yang diinginkan oleh mereka. Ya, mungkin kehidupanku yang aneh.

Setiap kali pulang sekolah, Ibu akan menjemputku dan adik perempuanku. Ibu kembali mengurusi pakaian sekolahku dan menyiapkan makan siang untukku. Setelah makan, ibu akan memintaku untuk tidur siang. Jika aku ngotot tak mau tidur siang, maka ibu memberikanku laptop atau ipad yang biasa digunakannya. Ibu mengizinkanku untuk memainkannya sepuas hati dengan satu syarat, “jangan ganggu ibu selama dia sedang mengerjakan pekerjaannya”. Oke, aku akan menjadi anak yang penurut memenuhi keinginannya. Aku sebenarnya tak tahu apa pekerjaan ibuku. Setiap hari dia terlihat sibuk mengurusi barang-barang yang datang dan pergi ke rumahku. Kata orang-orang yang biasa datang ke rumahku, katanya ibuku seorang pengusaha dan ayahku seorang pekerja kantoran yang harus pulang hingga larut malam. Karena kesibukan mereka, aku hanya bisa bermain dengan benda kotak yang diberikan oleh ibuku. Aku juga belum bisa bermain dengan adikku. Dia masih sangat kecil dan terkadang aku tak mengerti dengan apa yang disampaikannya.
Oh ya, aku juga punya jadwal tidur yang tidak tentu. Semuanya tergantung pada pekerjaan ibuku. Jika pekerjaan ibuku belum selesai, maka aku pun akan ikut begadang. Aku begadang bukan untuk menemani ibu, tetapi karena tak ada yang menemaniku untuk tidur. Ayahku pun selalu pulang larut malam. Sejak pulang sekolah hingga menjelang tidur aku hanya punya satu sahabat yang selalu menemaniku, ipad yang isinya adalah game-game yang seru. Terkadang aku juga bermain dengan sahabatku yang lain, namanya televisi. Aku bisa menonton film-film kartun yang bahasanya masih terdengar asing di telingaku. Bahasanya sangat berbeda dengan yang sering kudengar dari orang-orang di sekitarku. Mungkin ini yang namanya bahasa asing.

Begitulah kehidupanku teman-teman setiap hari. Seperti itulah yang kujalani setiap hari, di rumah dan di sekolahku. Semoga ceritaku ini membuat teman-teman bisa tersenyum dan belajar mensyukuri setiap nikmat yang diberikan oleh Allah. Sampai sekarang pertanyaanku belum terjawab, “mengapa teman-temanku masih saja selalu memanggilku orang gila? Padahal namaku adalah Ahmad.” Aku berharap teman-teman yang membaca tulisanku tak memanggilku orang gila, sama seperti teman-temanku di sekolah. Tetapi panggil aku Ahmad, sebuah nama yang diberikan oleh orang tuaku yang katanya sangat mencintaiku.
Salam sayang selalu...
Sahabatmu, Ahmad

*Tulisan sederhana, terinspirasi dari kisah salah satu siswaku yang baru kukenal satu bulan terakhir ini. Saya sengaja menggunakan nama samaran untuk menjaga identitasnya. Dia anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah normal. Dia sepertinya sudah kecanduan dengan game-game yang tersedia di gadgetnya. Ketika pertama kali berkenalan dengannya, dia langsung berkata, “fire, fire!!!” Setelah saya mencari tahu, ternyata kata-kata itu dia dapatkan dari salah satu game yang sering dia mainkan. Sekarang dia belum bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Dia juga terbiasa menonton film kartun yang menggunakan bahasa asing. 

Tadi pagi ada kejadian yang sangat menarik dan memberiku satu lagi pelajaran moral. Tiba-tiba dia tidak mau menyelesaikan gambar yang diberikan oleh guru. Biasanya jika saya membujuknya dan menemaninya menggambar sambil bermain tepuk dia akan mengikuti dengan baik setiap kalimat yang saya sampaikan. Tetapi hari ini dia tidak mau mengerjakan apapun. Saya mengalami kebingungan saat menghadapinya karena tak mengerti dengan apa yang disampaikannya. Dia belum bisa berbicara, meskipun usianya sudah lebih enam tahun. Akhirnya, aku meminta dia untuk mengambil sendiri apa yang diinginkannya. Dia lalu berjalan ke meja guru dan langsung memainkan laptop yang ada di meja tersebut. Saya lalu menariknya dan memberinya pengertian bahwa sekarang bukan waktunya untuk bermain laptop. Dia lalu menangis histeris dan ingin memberontak. Saya lalu menggendongnya dan membawanya keluar dari kelas. Saya sengaja membawanya keluar agar tidak mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dia masih saja menangis dipelukanku dan masih tidak menerima kejadian tadi. Dia tetap ngotot ingin bermain laptop. Saya pun berusaha untuk mengajaknya berdamai.
“Ahmad sayang sama Bunda?” tanyaku sambil menatap wajah polosnya.
Dia hanya menjawabnya dengan mengangguk.
“Kalau begitu Ahmad diam dong. Kalau Ahmad ngga diam, Bunda pergi saja deh,” kataku sambil menghapus air matanya.
“Jangan pergi!!!” katanya dengan suara terisak-isak.
“Ahmad mau kan Bunda masih disini?” tanyaku kembali.
Dia kembali mengangguk menjawab pertanyaanku.
“Kalau begitu peluk Bunda dulu baru kita makan sama-sama. Oke?”
Dia lagi-lagi hanya mengangguk dan langsung memelukku.
Ya Allah, rasanya aku ingin menangis dihadapannya.

Sahabatku, pernahkah engkau merasakan pelukan seorang anak yang merindukan kehadiran ibu dan ayahnya? Dia mengalungkan tangannya di leherku dan memelukku erat. Saat saya memintanya untuk melepaskannya, dia tidak mau melepaskannya. Dia masih saja memelukku sambil menangis terisak-isak. Saya pun berusaha mengajaknya kembali berdamai, “Kalau Ahmad sayang Bunda, sekarang kita makan sama-sama ya? Nanti setelah makan kita main sama-sama lagi. Gimana?”
Dia pun melepaskan pelukannya dan turun dari pangkuanku. Dia menarik tanganku dan mengajakku cuci tangan. Dia pun mengambil bekal makanannya dan membagi makanan yang dibawanya untukku. Dia menyodorkannya kepadaku tanpa berkata sepatah kata pun.
“Ini buat Bunda?” tanyaku kepadanya.
Lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan kecilnya.
“Terima kasih Ahmad!” jawabku sambil tersenyum.
Dan lagi-lagi hanya anggukan yang kudapatkan.

Anakku, engkau mungkin berbeda dengan anak yang lain tetapi dihatiku engkau tetap sama dengan yang lain. Engkau mungkin masih anak kecil, tetapi darimu aku belajar banyak hal. Belajar akan arti sebuah kesabaran dan rasa syukur. Betapa banyak pasangan yang merindukan kehadiran sang buah hati dalam kehidupannya, tetapi masih saja ada yang menyia-nyiakan anaknya. Andai mereka tahu bahwa kelak anak-anak mereka akan menjadi investasi di akhirat. Anakku,  Semoga Allah selalu menjaga dan menuntun setiap langkahmu. 

Aamiin Ya Rabbal ‘alamin...

#Tulisan beberapa bulan yang lalu, tapi baru ketemu lagi...
Ternyata belum diposting di blog...
Semoga Bermanfaat...^_^

Selasa, 10 November 2015

Edisi Katarsis Aja...

Alhamdulillah...
Akhirnya bisa merasakan lagi yang namanya sakit. Mungkin sudah saatnya rehat sejenak. Setelah dua bulan kemarin nyaris tak ada waktu untuk memberikan hak pada tubuh ini.

Alhamdulillah...
Masih diberi kesempatan untuk belajar bahwa betapa berharganya nikmat kesehatan. Salah satu nikmat yang kadang lupa disyukuri oleh manusia adalah nikmat kesehatan dan waktu luang.

Alhamdulillah...
Akhirnya bisa tinggal di rumah meskipun tak bisa melakukan apa-apa. Sengaja main blog biar ngga bosan gan. Meskipun Mama sudah menasehati biar istirahat total, no gadget, no novel!!!
Mau gimana lagi. Rasanya aneeehh gitu kalau sehari aja gak produktif. Yaaa, tapi aku harus adil pada diriku sendiri. Dia sudah menuntut haknya untuk beristirahat sejenak.

But...
Mohon maaf buat teman-teman yang sudah buat janji dengan aku minggu ini. In syaa Allah next week aku penuhi semua janji-janjiku minggu ini yang tertunda.

Semoga sakit ini jadi penggugur dosa-dosa yang telah lalu...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Senin, 09 November 2015

Bahagia itu...

Bismillah...

Assalamu 'alaikum...
Kaifa khaluk sahabatku semua?
Semoga selalu dalam lindunganNya...

Kali ini aku ingin berbagi satu hal...
Kemarin ada seorang adik yang bertanya kepadaku, "apa arti bahagia untukku?"
Ahhh adikku, engkau orang kesekian yang bertanya kepadaku...
Hingga akhirnya aku melihat sebuah tulisan teman, "bahagia itu ketika seseorang bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan pasangan yang baik untuknya?"
Cukup lama merenung saat membaca tulisan tersebut. Saya mengingat beberapa teman yang habis curhat tentang pekerjaan dan kehidupan pernikahannya. Hanya sedikit yang menikmati hidupnya, selebihnya penuh dengan keluhan.

Teman yang sudah bekerja, mengeluhkan pekerjaannya. Entah gajinya yang kurang atau atasannya yang terlalu banyak tuntutan dalam pekerjaan. Teman yang sudah menikah merasa menyesal kenapa dulu tidak sekolah dulu baru menikah. Sekarang waktunya habis untuk mengurus keluarga. Ada juga yang mengeluhkan sikap mertuanya yang menuntutnya lebih. Dan masih banyak lagi curhatan yang sebagian besar hanya berisi keluhan. Lalu sampai kapan kalian akan hidup dengan mengeluh? Bukankah hidup ini akan terus berjalan dan kapan kalian bisa belajar untuk mensyukuri hidup kalian? Jika kalian hidup untuk "omongan orang lain", maka tak akan ada kebahagian yang kalian dapatkan. Tak perlu sibuk membandingkan hidupmu dengan orang lain, tapi sibuklah bandingkan hidupmu yang dulu dan sekarang. Apakah sudah menjadi lebih baik atau sama saja?

Kalau boleh flashback, cobalah ingat saat kita masih dalam kandungan. Bukankah saat itu kita menjadi orang yang tak berdaya. Tapi Allah senantiasa mengurus kita selama berada dalam kandungan. Setelah lahir, Allah lagi-lagi memberikan kita banyak nikmat bahkan yang tak pernah diminta.

Pernahkah kita meminta udara yang kita gunakan untuk bernapas? Allah berikan semuanya secara gratis. Cobalah bayangkan andai kita harus membeli udara untuk bernapas, berapa banyak biaya yang dibutuhkan? Cobalah ingat saudara kita yang harus membayar mahal oksigen di rumah sakit.

Cobalah perhatikan penglihatan kita. Berapa kali mata kita berkedip? Apa yang akan terjadi jika mata kita tak berkedip dan melotot terus. Dengan kebesaranNya, Allah mengatur semuanya tanpa kita sadari.

Masih banyak lagi nikmat yang Allah berikan kepada kita. Pendengaran, kaki yang bisa melangkah, kondisi fisik yang sempurna, makanan yang kita makan setiap hari, dan masih banyak lagi. Pertanyaan selanjutnya, sudahkah kita berterima kasih untuk semua nikmat tersebut? Ataukah kita hanya menggunakan untuk bermaksiat? Ataukah kita hanya menggunakannya untuk melakukan sesuatu yang justru membuat Allah murka?

So, buatku bahagia itu adalah BERSYUKUR. Mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan untukku. Jika tak ada rasa syukur, maka tak kan ada rasa puas dalam hati. Dan pastinya kita akan menjadi budak dunia. Itulah sebabnya salah satu doa yang sebaiknya kita lantunkan adalah "Ya Allah letakkan dunia di tanganku dan akhirat di hatiku." Semua itu agar kita tak menjadi manusia yang serakah.

Kedua, bahagia itu adalah mendapatkan RIDHO ALLAH SWT. Apalah gunanya kita hidup jika ternyata Allah tak pernah ridho atas hidup kita? Bukankah kita hidup hanya untuk mendapatkan ridhoNya?

Jika Allah sudah ridho atas hidup kita, maka apapun yang kita minta kepadaNya in syaa Allah DIA akan memberikannya.
Jika Allah tak memberikannya sekarang, maka Allah lebih tahu waktu terbaik untuk hambaNya.
Jika Allah tak memberikanNya hingga di akhir hidup kita, maka Allah sedang menyiapkan untuk di akhirat kelak.

Allah yang paling tahu setiap kebutuhan hambaNya. Allah yang paling tahu kadar kemampuan hambaNya dalam menghadapi setiap ujian. Maka fokuslah mencari keridhoaan Allah.

Tak perlu jadi pahlawan yang sibuk mencari nama baik dihadapan manusia. Tapi belajarlah untuk menjadi PAHALAWAN, orang yang menyibukkan diri dalam kebaikan agar mendapatkan kedudukan terbaik dihadapan Allah.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Wallahu a'lam bishawab...
Makassar, 9 November 2015

#Ya Allah...
Terima kasih untuk semua nikmatMu...
Apapun kondisiku, ajari hamba untuk selalu bersyukur dan bersabar di jalanMu...
Hilangkan semua rasa takut dihatiku, kecuali takut kehilanganMu...
Hilangkan semua kekhawatiran dalam hatiku, kecuali rasa khawatir karena jauh dariMu...
Ya Allah...
Kuserahkan semua urusan hidupku kepadaMu...
Hanya kepada Engkau kugantungkan semua harapan, doa-doa, dan mimpi-mimpiku...
Engkau ridho atas hidupku, itu sudah cukup bagiku...
Ya Allah...
Jika hamba tak bisa melihat akhir dari semua perjalanan ini, maka kumohon syahidkan hamba dijalan ini...
Kerinduan untuk berjumpa denganMu, itulah yang membuatku kuat dan bertahan hingga saat ini...
Semoga ini semua kelak bisa mengantarkanku ke jannahMu...
Aamiin ya Rabbal 'alamin

Kamis, 05 November 2015

Cerita untukmu...

Bismillah...

Apa kabar Bapak?
Rasanya aku sudah lama tak menulis untukmu...
Sudah lama aku tak bercerita lagi untukmu...

Bagaimana kabarmu disana?
Baik-baik aja kan?
Semoga tempat terbaik untukmu disana...

Bapakku yang selalu kurindukan...
Kali ini banyak yang ingin kuceritakan padamu. Aku tahu Allah melarang hambanya untuk berandai-andai. Tapi izinkan aku untuk membayangkan saat ini aku sedang berbaring di lenganmu dan menceritakan banyak hal untukmu.

Bapakku sayang...
Apakah engkau masih ingat betapa dulu engkau selalu melarangku untuk ke luar daerah apapun alasannya? Dan semua kuterima begitu saja, meskipun hati kecilku kadang suka iri dengan teman-teman yang boleh pergi kemana saja. Tapi aku tahu kalau engkau selalu punya alasan untuk anak perempuanmu. Mungkin engkau tak pernah tahu bahwa saat itu aku berdoa dalam hati,"Ya Allah semoga suatu saat aku bisa keliling daerah menikmati sudut bumiMu yang lain." Dan saat ini aku sedang menikmati aktivitas itu, mengunjungi beberapa daerah untuk ngajar. Bapak tenang saja, aku pergi tak pernah sendiri. Setiap kali aku melakukan perjalanan ke daerah, maka wajahmu selalu hadir seolah berkata, "Hati-hati, jaga diri baik-baik, dan selalu ingat untuk berdoa." Ahhh Bapak, aku penasaran bagaimana ekspresimu jika mendengar ceritaku yang satu ini? Apakah engkau bahagia? khawatir? tak senang? Apapun itu, semua ini kulakukan untukmu juga Bapakku sayang.

Bapakku yang selalu kurindukan...
Dua bulan terakhir aku sangat bahagia. Mimpi-mimpi yang pernah kutuliskan satu persatu datang menghampiriku. Aku semakin yakin bahwa "JANJI ALLAH ITU PASTI & CUKUPLAH ALLAH TEMPAT MENGGANTUNGKAN SEMUA HARAPAN DAN DOA-DOA." Aku tak tahu apakah ini anugerah atau musibah? Namun yang kutahu, tugasku hanyalah berprasangka baik kepada Allah. Setiap kali memandangi senyum bahagia Mama, mungkin seperti itu pula senyuman yang terlukis di wajahmu.

Bapakku yang selalu kucintai karena Allah...
Sekarang Mama sudah mendingan, meskipun sudah tak bisa seperti dulu lagi. Hingga saat ini pun Mama masih suka bercerita tentangmu. Bercerita bagaimana dulu perjuangan Bapak membesarkan kami. Dan aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik. Aku tahu kalau sebenarnya Mama sangat merindukanmu. Dan begitulah cara dia mengekspresikan kerinduannya. Sekarang aku harus menyediakan banyak waktuku untuk Mama. Karena waktuku sudah banyak tersita di luar sana. Meskipun Mama masih suka protes dengan semua kesibukanku. Semua itu kulakukan untuk Mama dan Bapak. Suatu saat aku akan meninggalkan semua itu. Aku akan pulang ke kampung halamanku yang sebenarnya. Aku hanya sedang mengusahakan agar kelak kita bisa berkumpul di Jannah-Nya dan inilah mimpi terbesarku.

Bapakku sayang...
Tahukah engkau betapa besar kerinduanku padamu?
Masih banyak hal yang ingin kuceritakan padamu...
Terakhir kali engkau datang tiga bulan yang lalu...
Menyapaku lewat bunga tidurku...
Dan senyumanmu masih saja selalu membuatku tenang...


Bapakku sayang...
Untuk kesekian kalinya "Terima kasih untuk semuanya..."
Masih banyak yang ingin kulakukan untuk membalas semua pengorbananmu untukku...
Meskipun kutahu semua itu tak akan pernah sebanding dengan apa yang sudah engkau berikan untukku...
Bahagialah disana...
Karena tanggung jawabmu telah selesai...
Biarkan Allah yang menuntun langkahku...
Seperti yang pernah engkau katakan padaku,"Apapun itu, ceritakan semuanya pada Allah. Allah akan memberikan semua yang engkau minta. Jangan pernah meminta kepada manusia karena yang engkau dapatkan hanya kekecewaan..."

Bapak...
Semoga Allah selalu menjagamu disana...
Memberikan tempat terbaik disisiNya...
Jika engkau tak pernah menghadiri moment wisudaku...
Kuharap kelak aku bisa membuatmu bangga di hadapan Allah...
Menjadi hamba terbaik di hadapanNya...
Dan semoga itu semua pahalanya mengalir untuk Bapak dan Mama...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Makassar, 4 November 2015
Anakmu yang selalu merindukanmu...

Rabu, 21 Oktober 2015

Pulang dan Teruslah Berjalan...

Sahabatku...
Saat engkau tak sanggup lagi berjalan...
Saat engkau merasa semuanya begitu berat...
Saat engkau merasa semuanya begitu melelahkan...

Pulanglah...
Kembali kepada Tuhanmu...
Tanpa engkau sadari saat itu Allah sedang menyapamu...
Dia menyapamu dengan kasih sayang-Nya...
Tanpa engkau sadari Allah sedang merindukanmu...
Dia merindukan suara rintihan dalam doa-doamu...
Tanpa engkau sadari Allah sedang menuntunmu...
Dia merindukan dirimu kembali ke jalan cinta-Nya...

Pulanglah...
Kembali kepada Tuhanmu...
Dosa setinggi gunung yang engkau bawa kehadapan-Nya...
Kekhilafan yang sering engkau lakukan...
Selalu melupakan-Nya dalam setiap urusanmu...
Hingga engkau terlena dengan fatamorgana dunia...
Namun...
Pintu maaf-Nya selalu terbuka untukmu...
Setitik harapan itu akan selalu ada untukmu...
Begitulah cara Allah menunjukkan cinta-Nya kepadamu...
Memberimu sedikit ujian untuk memanggilmu kembali kepada-Nya...

Sahabatku...
Teruslah berjalan... 
Melewati setiap ujian...
Karena ujian adalah bukti kasih sayang Allah... 

Teruslah berjalan...
Tak usah lagi menoleh ke belakang...
Yakinlah ada sesuatu yang indah menunggumu di depan sana... 

Teruslah berjalan...
Lapangkan hatimu menerima semua ketetapan-Nya...
Lapangkan hatimu menerima semua kata-kata "indah" yang menghampirimu...
Begitulah cara Allah menguatkanmu... 

Teruslah berjalan...
Apa yang kamu rasakan belum seberapa dengan yang pernah didapatkan oleh kekasih Allah...
Hingga giginya tanggal karena dilempari oleh anak-anak di bukit Thaif...
Tapi Allah membalas semuanya dengan indah...
Dari sulbi mereka lahirlah orang-orang yang berjuang di jalan Allah...
Karena itu lapangkan hatimu memaafkan semuanya...
Kelak Allah akan membalas semua kesabaranmu...
Bukankah sabar itu ada batasnya?
Ya...
Sabar itu ada batasnya...
Batasnya adalah langit...
Dan langit tak ada batasnya...

Teruslah berjalan...
Karena inilah jalan orang-orang yang merindu...
Rindu akan perjumpaan dengan-Nya... 

Teruslah berjalan...
Tak usah meminta untuk dimudahkan...
Mintalah untuk dikuatkan...
Mintalah agar diberi punggung yang kuat... 

Teruslah berjalan...
Nikmati setiap episode kehidupanmu...
Bukankah Allah penulis skenario terbaik... 

Teruslah berjalan...
Jika engkau tak bisa melihat indahnya ujung dari perjalanan ini...
Semoga engkau syahid ditengah perjalananmu...
Di jalan cinta para pejuang...

#Makassar, 21 Oktober 2015
Selalu bersyukur dipertemukan dengan orang-orang yang selalu mengingatkanku akan tujuan hidupku...
Orang-orang yang ketika bersamanya, maka bertambahlah cintaku kepadaNya...
Orang-orang yang ketika bersamanya, maka bertambahlah rasa syukurku kepadaNya...
Orang-orang yang senantiasa mengingatkanku tatkala salah dalam melangkah...
Terima kasih untuk semuanya...
Sungguh aku mencintai kalian karena Allah...
Jika kita tak bisa melihat indahnya ujung perjalanan dakwah ini...
Semoga kita bisa syahid di jalan cinta para pejuang...
Untukmu orang-orang yang dikirimkan oleh Allah dalam kehidupanku...
Sahabat surgaku...
Sungguh ujung dari semua perjalanan ini adalah perjumpaan dengan Allah kelak...
In syaa Allah, Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Sabtu, 17 Oktober 2015

Lagi-lagi Tulisan Ini Untukmu...

Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 Wita. Seharusnya aku sudah istirahat dari tadi biar bisa bangun lebih awal. Tapi apa daya, pekerjaan menumpuk dan menari-nari dihadapanku. Memintaku untuk segera diselesaikan.

But...
Rehat sejenak dengan menulis. Seperti biasa, menulis adalah salah satu cara untuk melepaskan semua kepenatan. Malam ini aku ingin bercerita tentang satu kejadian yang cukup membuatku hanya bisa terdiam dan tak bisa berkata-kata.

Kejadiannya beberapa hari yang lalu...
Seperti biasa, aku melakukan aktivitasku di kampus. Berangkat pagi karena aku ada jadwal ngajar pagi itu.  Setiap kali berangkat ke kampus aku pasti menyampaikan jam berapa aku akan pulang kepada Mama.

"Hari ini pulang jam berapa," tanya Mamaku.
"Jam 5 pi kayaknya Ma. Banyak kerjaan bela. Mauka juga ke sekolah, mau kontrol dulu adek-adek. Nanti saya telponki," jawabku sambil memakai sepatu.
"Jangan pulang malam nah. Hati-hati." Nasehat yang sudah kuhafal sejak kecil, "Gak boleh pulang malam."
"Iye' saya kabari jeki itu."
Aku langsung pamitan ke Mama dan mencium tangannya. Seperti biasa Mama selalu mengantarkanku sampai ke pintu gerbang. Aku bisa melihatnya dari kaca spion. Ahh Mama, bahkan sampai aku dewasa pun sayangmu tak pernah berubah untukku.

Hari itu aku menghabiskan waktuku di kampus. Aku sampai lupa mengabari Mamaku kalau aku benar-benar telat pulang. Yaa, satu kebiasaan burukku adalah malas pegang HP kalau sudah keasyikan bekerja. HP itu lebih lama tersimpan di tas dan dalam kondisi disilent. Aku memang selalu membiasakan menonaktifkan nada dering HP karena aku gak suka ada gangguan kalau lagi ngajar. Dan aku sudah membuat aturan itu pada mahasiswa, so aku juga harus memberi contoh.

Dan hari itu aku memang seharian tidak memegang HP. Hingga jam menunjukkan pukul 17.00 Wita, aku pun bersiap pulang. Aku iseng membuka HP dan terlihat lima panggilan tak terjawab dari Mama. Aku pun langsung menghubungi Mama kembali dan tidak diangkat. Aku pun bergegas untuk pulang. Aku takut ada apa-apa dengan Mama, soalnya dia sendiri di rumah.

Sesampai di rumah ternyata lagi ramai. Kakak dan keponakan pada ngumpul. Aku masuk rumah dan seperti biasa bocah-bocah kesayangan menyambutku. Bocah-bocah yang selalu membuatku melupakan semua kelelahan hari itu. Aku melihat Mama lagi di dapur. Syukurlah, Mama baik-baik saja. Aku melihat Mama sedang menggoreng perkedel kesukaanku.

"Makan dek," kakakku mengajakku makan.
"Sudahma kak, tadi makanka di Prodi. Duluan meki," jawabku singkat.
"Astagaaa, ini Mama buat perkedel cuma buat kita loo dek," kata kakakku sambil menatapku penuh arti.

Aku terdiam dan menatap Mamaku yang masih sibuk menggoreng perkedelnya.
"Maaf Ma, tadi ada acara di prodi dan disediakan makan siang. Nantipi saya makan. Tenang meki." jawabku cepat.

Mama tetap diam dan tak menjawab sedikit pun.
Aku kembali ke kamar. Aku ingin secepatnya bertemu bidang datarku. Kakakku datang menghampiriku dan bercerita bagaimana Mama hari itu memasak untukku.

"Tadi itu Mama cerita kalau sekarang kamu sibuk sekali. Selalu pulang maghrib. Katanya kamu capek sekali, makanya dia masak tadi itu buat kamu nah. Bukan buat kita-kita..." cerita kakakku saat itu.

Mendengar semua itu, aku segera menunaikan sholat maghrib. Sehabis sholat aku langsung menuju meja makan dan menikmati makanan yang ada.

Tiba-tiba...
"Katanya sudah makan?" tanya Mama yang tiba-tiba muncul dihadapanku.
"Sedikitji tadi kumakan di kampus Ma. Ada kuliat ta' bikin perkedel. Langsungka lapar lagi," jawabku sambil memasang senyuman terbaikku.
Dan senyuman itu pun kembali terlukis di wajahnya.

Malam itu aku makan dengan perasaan bersalah yang sangat dalam. Aku berusaha menikmati makanan itu dengan lahap sambil menahan sesak di dadaku. Aku sudah menggoreskan luka di hati Mamaku. Ya Allah, maafkan hamba yang tak pandai bersyukur. Akhirnya aku makan berdua dengan Mama malam itu. Ternyata Mama hanya ingin makan berdua denganku. Itulah mengapa dia menelponku beberapa kali.

Sejak kejadian itu aku selalu berusaha untuk makan di rumah. Meskipun lagi kenyang, aku harus makan di rumah. Meskipun pulang malam, aku harus tetap makan. Melupakan semua program diet demi menyenangkan hati malaikatku yang selalu menungguku pulang. 

Mama...
Entah ini tulisanku yang keberapa tentangmu. Kata-kataku tak pernah habis untukmu. Jika ada yang bertanya, "Kamu sebenarnya mau jadi apa?". Maka aku akan menjawab, "Aku ingin jadi seperti Mamaku." Aku tak perlu jauh-jauh mencari contoh diluar sana. Dia sudah ada di depan mataku. Aku melihat perjuangannya mendidik dan membesarkan kami bersama dengan Bapak. Mama yang menghabiskan seluruh hidupnya mengabdi pada bapak. Mama yang menghabiskan seluruh waktunya untuk anak-anaknya. Mama yang memenuhi pikirannya tentang kondisi anak-anaknya. Bahkan sampai hal-hal yang luput dari perhatianku, malah diperhatikan oleh Mama.

Mamaku sayang...
Maafkan anakmu ini yang kadang tak tahu cara berterima kasih...
Aku tak pernah memintamu melakukan semua itu...
Apa yang kulakukan saat ini semuanya untukmu...
Aku ingin membahagiakanmu di masa tuamu...


Mamaku yang selalu kucintai karena Allah...
Maafkan anakmu yang masih saja selalu membuatmu khawatir...
Bahkan hingga aku dewasa...
Cukup sudah engkau mengkhawatirkanku...
Sudah saatnya aku yang mengkhawatirkanmu...

Mamaku sayang...
Melihatmu tersenyum...
Mendengar tawa kecilmu...
Adalah kebahagiaan untukku...
Semua itu adalah tanda bahwa engkau baik-baik saja...

Mamaku sayang...
Sehatlah selalu untukku...
Masih banyak yang ingin kulakukan bersamamu...
Masih banyak mimpi-mimpiku yang ingin kuraih bersamamu...

Mamaku sayang...
Sampai kapan pun aku selalu membutuhkanmu...
Doa-doamu...
Mencium tanganmu...
Berbaring di pangkuanmu...
Pelukan hangatmu...
Dan ketika engkau mencium keningku setiap kali aku pamit...
Semua itu adalah kekuatan yang Allah berikan lewat dirimu...

Entah bagaimana aku harus membalasnya...
Sampai kapan pun aku tak akan pernah bisa membalasnya...
Apa yang kulakukan saat ini semuanya untukmu...
Jika semua ini bernilai pahala, semoga pahalanya pun mengalir untukmu...
Untukmu yang selalu mengalirkan doa-doanya untuk anak-anaknya yang jauh...

Mamaku sayang...
Sehatlah selalu untukku...
Dan teruslah menemaniku...
Hingga kelak tiba waktunya aku akan benar-benar pulang...
Pulang ke tempat asalku...
Ke tempat seharusnya aku kembali...

#Makassar, 17 Oktober 2015

Jumat, 16 Oktober 2015

Karena Ini Adalah Kehidupan...

Banyak hal di dunia ini yang tidak sejalan dengan keinginanmu...
Banyak hal di dunia ini kadang tidak sesuai dengan harapanmu...
Banyak hal di dunia ini dimana kebaikanmu justru menjadi bumerang dalam hidupmu...

Tak semua di dunia ini akan berjalan seperti yang kamu inginkan...
Tak selamanya perjalanan menuju mimpi akan semulus seperti ketika berada di jalan tol...
Akan banyak belokan tajam menanti dihadapan sana...
Tapi Tuhan akan berkata, "Bersabarlah, ini hanya belokan. Ada sesuatu yang indah menunggumu di depan sana..."

Boleh jadi saat engkau sedang berjalan, akan ada banyak hal yang mengalihkan perhatianmu...

Kondisi yang lebih nyaman dan jauh dari kata "berjuang"...
Kebencian orang-orang yang ingin melihatmu jatuh...
Komentar orang-orang yang tak pernah tahu kondisi sebenarnya...
Komentar orang-orang yang menjudge dirimu sesuka hatinya...

Itulah kehidupan...
Kehidupan untuk sebuah tujuan perjalanan yang indah...
Bukankah Allah sudah mengatakan bahwa jalan menuju surga tak semudah yang engkau bayangkan...
Disana ada kata "berjuang"...
Jalan yang yang hanya bisa ditempuh oleh para pencinta sejati...
ya...
Inilah jalan cinta para pejuang...
Maka bersabarlah duhai hati...
Berikan senyuman terbaikmu kepada mereka yang bahagia melihatmu ketika jatuh...
Berikan senyuman terindahmu kepada mereka yang selalu bahagia mendapatkan celahmu...

Ada banyak hal di dunia ini yang hanya bisa dijawab oleh waktu...
Maka biarkanlah skenario Allah yang berjalan...
Bukankah tugas kita hanyalah "taat dan selalu berprasangka baik kepadaNya..."
Cukup engkau jalankan peran yang diberikanNya...
Jalani semuanya dengan ikhlas dan lakukan yang terbaik...
Dengan satu harapan...
Kelak engkau akan mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik dihadapanNya, bukan dihadapan manusia...
Teruslah berjalan...
Lepaskan semua kebencianmu...
Bebaskan semua kemarahanmu...
Dan...
Memaafkan semuanya...
Bukankah cara terbaik untuk balas dendam adalah dengan memaafkan?

Memaafkan...
Bukan hal yang mudah seperti semudah mengatakannya...
Terkadang butuh waktu untuk menyembuhkan semuanya...
Tapi ingatlah kawan...
Engkau berhak bahagia...
Engkau tak perlu izin dari orang lain untuk bahagia...
Bebaskan hatimu...
Lepaskan semua rasa sakit di hatimu...
Bukankah hidup ini seperti sebuah menuliskan cerita...
Menulislah di lembaran baru...
Tak perlu engkau baca terus kisah perjalanan yang telah engkau tuliskan...
Keluarlah...
Berjalanlah...
Lihatlah dunia di sekitarmu...
Dunia ini tak sesempit yang ada di sekitar rumahmu...
Masih banyak hal terbaik yang bisa engkau tuliskan dalam buku kehidupanmu...
Maka mulailah menulis cerita yang indah...
Dengan satu harapan...
Engkau bisa mengakhiri semuanya dengan happy ending...

Wallahu a'lam bi shawab


# Makassar, 16 Oktober 2015
Tulisan ini untuk sahabat-sahabatku yang sedang berproses untuk memaafkan...
Kalian berhak untuk bahagia...
Dan cara bahagia yang paling sederhana adalah dengan bersyukur...
Teruntuk orang-orang yang selalu menghabiskan waktunya mengurusi hidup orang lain, teruskanlah...
Jika itu membuatmu bahagia, maka lakukanlah sesuka hatimu...
Andai aku boleh meminta, aku ingin meminta waktu kalian...
Waktu yang kalian habiskan untuk mencari kesalahan orang lain...
Tahukah Anda, amanahmu jauh lebih banyak dari waktu yang Anda miliki...
Maka manfaatkanlah waktu Anda sebaik mungkin...
Jangan engkau habiskan untuk mencari celah orang lain...

Rabu, 07 Oktober 2015

Belajar, Diajar, Mengajar...

Bismillah...

Belajar...
Diajar...
Mengajar...
Tiga aktivitas yang kujalani saat ini...
Ketika dulunya menjadi sebuah kewajiban, sekarang menjadi sebuah passion yang kujalani.

Menjadi seorang tenaga pendidik adalah profesi yang tak pernah ada dalam daftar cita-citaku. Aku masih ingat saat masih duduk di bangku SMP. Setiap kali teman-temanku membahas tentang profesi guru, aku tak pernah mau berkomentar. Karena aku memang tak pernah tertarik dengan profesi yang satu itu.

Hingga Allah mengubah jalan takdirku justru ketika bekerja di sebuah perusahaan. Dipertemukan dengan orang-orang yang membuatku bertanya pada diriku, "sebenarnya apa yang kamu cari di dunia ini Bonita?"

Berani keluar dari zona nyaman...
Ya, aku meninggalkan semua mimpiku bekerja di perusahaan besar. Memulai sesuatu hal yang baru dan ingin kupelajari dari awal. Ternyata bukan hal yang mudah memulai sesuatu yang dulunya tak pernah kita sukai. Anggapan orang-orang bahwa anak psikologi pasti sudah bisa memahami dunia orang lain, cukup menjadi beban moral untukku. Tetapi semua itu menjadi cambuk untuk mendalami lagi psikologi perkembangan anak.

Belajar...
Cara mengahadapi anak-anak yang tidak mau bermain bersama temannya...
Cara menghadapi anak-anak yang sangat aktif tanpa harus membuatnya berhenti mengembangkan kreativitasnya...
Cara menghadapi anak-anak yang kurang kasih sayang dengan orang tuanya di rumah...
Cara menghadapi anak-anak yang berusaha mencari perhatian orang dewasa...
Cara menghadapi anak yang sedang menghadapi masa puber...
Cara menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis dari anak-anak yang kadang dilupakan oleh orang dewasa...

Diajar...
Senantiasa terus mencari orang-orang yang mau berbagi ilmu...
Senantiasa terus mencari orang-orang yang mau berbagi pengalaman...
Senantiasa berada di lingkungan orang-orang yang suka berbagi ilmu...

Mengajar...
Menyampaikan semua hal yang kuketahui, meskipun hanya satu ayat...
Membagi ilmu yang bermanfaat pada siapa pun...
Menjadi manusia bermanfaat dimana pun, kapan pun, dan siapa pun...
Melakukan apa yang harus kulakukan...

Dan hal terakhir yang harus kulakukan adalah BERSYUKUR...
Belajar mensyukuri setiap nikmat yang diberikan oleh Allah untukku...
Entah kelak akan seperti apa...
Entah kelak mimpi-mimpiku yang lain akan terwujud atau tidak...
Tugasku hanyalah selalu berprasangka baik pada Allah...
Apapun itu, Allah lebih tahu yang terbaik untukku...

Belajar...
Diajar...
Mengajar...
Tiga aktivitas yang sangat kucintai saat ini...
Dan sejatinya aku pun masih terus belajar...
Belajar menjadi lebih baik dihadapan Allah...
Teringat nasehat Sang Murabbi, "Teruslah berbagi ilmu. Dengan berbagi ilmu maka begitulah cara Allah membuatmu belajar. Saat engkau sedang berbagi ilmu, maka boleh jadi engkau akan mendapatkan ilmu baru dari orang yang engkau ajar."

Wallahu a'lam bi shawab

#Makassar, 7 Oktober 2015
Teruntuk siswa-siswaku yang telah menjadi guru kehidupanku...
Yang selalu memanggilku,"Bunda Nitaaa..."
Terima kassih banyak untuk semuanya nak...
Kalian adalah guru terbaik yang dikirimkan oleh Allah untukku...
Guru yang mengajariku ilmu kesabaran, ketulusan, keikhlasan, dan mengerti akan arti hidup yang sebenarnya...
Hanya satu harapanku...
Mungkin Bunda tak selalu bersama dengan kalian...
Tetapi semoga kelak salah satu dari kalian menarikku ke Jannah-Nya...
Satu hal yang kalian harus tahu, "Bunda selalu menyayangi kalian karena Allah..."
Semoga kelak kalian menjadi anak-anak yang bermanfaat di bumi Allah...
Aamiin Ya Rabbal 'alamin...


Jumat, 18 September 2015

A New Day Has Come...

Bismillah...

Hai pagiku...
Apa kabarmu?
Tersenyumlah...
Kamu berhak untuk bahagia bukan...
Karena bahagiamu tidak ditentukan oleh orang-orang di sekitarmu...
Bukankah Allah memberimu hati...
Dan dengan hati itu engkau berhak untuk bahagia...









Hai matahariku...
Terima kasih engkau masih menyambutku pagi ini...
Memberiku sebuah harapan...
Bahwa cahaya kehidupan itu selalu ada...
Bukankah Sang Maha Hidup memintaku untuk tak berputus asa dari rahmat-Nya?


Hai langitku...
Terima kasih hari ini aku masih bisa memandangimu...
Memberiku sebuah harapan...
Bahwa sabar itu tak ada batasnya...
Karena Ash-Shobur telah berjanji bahwa mintalah kepadaKu lewat sabar dan shalat...

Finally...
Berterima kasihlah pada mereka yang telah dikirimkan oleh Allah dalam hidupmu...
Mereka dikirim bukan tanpa alasan...
Mereka dikirim dalam hidupmu untuk menjadi guru dalam hidupmu...
Karena sejatinya kita adalah manusia pembelajar...
Yang sedang belajar di Universitas Kehidupan...
Berhentilah menatap lembaran cerita masa lalumu...
Saatnya engkau menuliskan cerita yang baru...
Tuliskan pada lembaran yang baru...
Tutup sudah cerita yang lama...
Because...
A new day has come... ^_^


#Makassar, 18 September 2015
Special thanks untuk orang-orang yang pernah menjadi guru dalam kehidupanku...
Terima kasih telah memberi warna dalam hidupku...
Terima kasih telah mengajariku akan arti kehidupan...
Terima kasih telah mengajariku betapa berharganya waktu yang kalian berikan untukku...
Terima kasih telah mengajariku bahwa aku tak boleh menyia-nyiakan orang-orang yang menyayangiku sepenuh hati...
Terima kasih telah mengajariku bahwa sebaik-baik menggantungkan harapan hanyalah kepada Allah swt...
Terima kasih telah mengajariku bahwa aku hanyalah manusia biasa yang ingin belajar untuk taat...
Terima kasih telah mengajariku bahwa hidup adalah sebuah proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik...

Minggu, 06 September 2015

Titik Akhirku...

Bismillah...

Banyak waktu yang telah kulewati...
Tapi hingga saat ini pun aku belum menemukan jawabannya...
Ada apa dibalik semua ini...
Entah pelajaran apa yang ingin DIA berikan untukku...

Mungkin inilah titik akhir dari semuanya...
Meskipun hanya sebuah kemungkinan...
Tapi waktuku tak banyak...

Hanya satu hal yang kusesalkan....
Mengapa engkau lebih percaya pada mereka?
Mereka yang sedikit pun tak tahu tentang hidupku...
Mungkin ini sudah cukup jadi jawaban untuk semuanya...
Tak perlu memaksakan sesuatu yang memang tak bisa untuk dipaksakan...

Lalu dimana doa itu?
Masihkah engkau yakin kepadaNya?
Bukankah janjiNya pasti?
Ya...
Karena itulah aku kuat melewati semua jalan ini...
Ada atau tanpa dirimu bagiku sama saja...
Karena sejatinya aku tak pernah memiliki apapun di dunia ini...
Sekalipun itu dirimu...

Maafkan aku...
Inilah aku...
Aku sudah melakukan apa yang harus kulakukan...
Dan aku memilih untuk kembali ke titik zero...
Melepaskan semuanya...
Menghamba sepenuhnya kepadaNya...

Tuhan...
Kasih sayangMu...
Selalu saja membuatku terenyuh...
Dan tak bisa berkata-kata...

Terima kasih untuk semuanya...
Banyak hal yang ingin kuceritakan...
Tapi sudahlah...
Toh engkau lebih percaya pada mereka...
Dibanding pada diriku yang sudah sangat percaya padamu...
Silahkan engkau teruskan semua prasangkamu...
Karena waktuku tak banyak untuk mengurusi semua itu...

Makassar, 6 September 2015

#Islam mengajarkan untuk tabayyun kepada saudaranya...
Bukannya malah menyebarkan cerita tidak penting...
Tapi...
Apapun itu terima kasih untuk semuanya...
Tidak semua hal harus engkau tahu tentang sahabatmu bukan?
Wallahu a'lam bi shawab

Sabtu, 06 Juni 2015

Kita dan Hari Ini Saja

Datang dan pergi...
Silih berganti...
Satu persatu mereka datang dalam kehidupanmu...
Ada yang sekedar lewat...
Ada yang mampir sebentar lalu pergi lagi...
Ada yang tinggal lama dan akhirnya pergi juga...

Itulah bagian dari kehidupan...
Orang-orang yang hadir dalam hidupmu sungguh tak ada yang kebetulan...
Mereka dikirim Allah untuk menjadi guru dalam hidupmu...

Entah hanya sebentar atau lama...
Jangan pernah menyimpan mereka di hatimu...
Jangan pernah menyimpan harapan pada mereka...
Karena sejatinya mereka hadir hanya untuk memberimu pelajaran kehidupan...
Cukuplah Allah di hatimu...
Agar ketika mereka pergi, engkau tetap bisa tersenyum bahagia dan berterima kasih pada mereka...
Karena sejatinya berharap pada manusia akan selalu membuatmu kecewa...
Cukuplah kepada Allah engkau gantungkan semua harapanmu...

Cerita hari ini cukup antara kita dan hari ini saja...
Besok ulangi lagi, "kita dan hari ini saja..."
Lusa ulangi lagi,"kita dan hari ini saja..."
Karena sejatinya tak ada yang tahu apa yang akan terjadi beberapa detik ke depan...
Bahkan dalam hitungan detik, banyak hal yang berubah dalam kehidupan seseorang...
Dan semua itu diluar kendalimu...
Yang harus engkau lakukan adalah berusaha menjadi lebih baik dihadapan Tuhan di setiap waktu...
Menyiapkan bekal terbaik untuk kehidupan yang abadi...

#Catatan untuk sahabatku...
Terima kasih untuk orang-orang yang sudah menjadi guru dalam kehidupanku... ^_^

Catatan Rindu untuk Mama

Dulu...
Saya berpikir kalau membahagiakan orang tua itu dengan punya prestasi tinggi dan berkelimpahan materi...
Lulus kuliah tepat waktu dan jadi lulusan terbaik...
Toh Bapak pun ternyata tidak bisa melihat semua itu...

Dan saya pun berpikir bahwa Allah masih memberiku kesempatan membahagiakan Mamaku...
Belajar baik-baik biar biar bisa membahagiakan Mama di masa tuanya....
Dan sekarang saat saya mulai bisa memenuhi dulu permintaannya meskipun sedikit, ternyata kondisi fisiknya sudah tidak bisa...
Banyak pantangan karena faktor usia dan kesehatan...
Mungkin inilah teguran dari Allah kalau saya melupakan satu hal...
Membahagiakan orang tua tidak selalu bisa kulakukan dengan materi...
Membuatnya tersenyum dan bahagia di masa tuanya itulah yang seharusnya kulakukan sejak dulu...
Tidak membebaninya dengan masalah-masalah yang kuhadapi...
Sampai sekarang satu nasehat kakak yang selalu kuingat adalah Jangan pernah memberikan mama kabar menyedihkan atau kabar buruk...
Sampaikan saja hal-hal yang membuatnya selalu bahagia dan tersenyum...
Dan saya selalu berusaha melakukan nasehat itu...
Sudah saatnya mama menikmati masa tuanya, tanpa memikirkan kami anak-anaknya...
Sudah saatnya kamilah yang membahagiakannya...
Sayangnya sampai saya dewasa pun, mama masih suka memikirkanku...

Maafkan anakmu ini Mama...
Kalau pun saya belum bisa membuatmu bangga di dunia, semoga kelak saya bisa membuatmu bangga dihadapan Allah...
Semoga setiap kebaikan yang kami lakukan anak-anakmu yang bernilai pahala, semoga pahalanya pun mengalir untukmu...
Untuk Mamaku sayang, semoga Allah selalu menjagamu...

#Catatan rindu untuk Mamaku disana ^_^

Kamis, 14 Mei 2015

Bapak...

Dua minggu terakhir, aku sudah dua kali memimpikanmu. Entah apa maksudnya. Dan mimpi terakhir masih teringat jelas dalam ingatanku. Aku bisa melihat wajahmu dengan jelas. Tersenyum dari jauh melihatku. Dan aku hanya bisa duduk terdiam memandangi wajahmu.

Bagi sebagian orang, mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi bagiku, mimpi bertemu denganmu adalah ruang untuk melepas semua kerinduanku.

Bapak...
Aku sangat merindukanmu...
Wajahmu...
Suara tawamu...
Nasehatmu...
Hangatnya pelukanmu...
Tanganmu yang sudah terasa kasar karena bekerja demi anak-anakmu...
Namun tak pernah bosan untuk kucium setiap kali aku akan bepergian...

Bapak...
Bagaimana kabarmu disana?
Apakah engkau baik-baik saja?
Banyak yang ingin kuceritakan padamu...
Banyak yang ingin kelepaskan dipangkuanmu...

Bapak...
Aku rindu berbaring di lenganmu...
Aku rindu saat engkau membelai lembut kepalaku...
Sambil menasehatiku...
Atau sekedar menemaniku melewati hari-hari...

Bapak...
Setiap kali aku ingin menyerah...
Wajahmu selalu terbayang...
Teringat kembali semua harapan dan doa-doamu untuk kami anak-anakmu...

Bapak...
Apakah aku sudah membuatmu bangga dihadapan Allah?
Apakah aku sudah bisa membuatmu bahagia disana?

Bapak...
Akhir-akhir ini, Mama selalu bercerita tentangmu...
Di setiap moment yang kulewati bersama Mama, akan ada engkau disana...
Aku suka melihat mata Mama setiap kali dia bercerita tentangmu...
Dan aku merasa mengalami De Javu...
Kenangan berdua denganmu seperti terulang kembali...
Mungkin itu yang membuatku selalu merindukanmu...

Bapak...
Aku hanya ingin sekedar berbaring di lenganmu...
Aku hanya ingin melepaskan semuanya...
Semua hal yang kusimpan sendiri selama ini...
Aku akan selalu berusaha memenuhi permintaanmu...
"Selama kamu masih bisa menghadapi semuanya sendiri, Hadapi! Jangan pernah bergantung pada manusia! Ada Allah tempat menggantungkan semua harapan!"
Tapi...
Apakah aku bisa bertahan?
Semoga...
Aku akan berusaha menepati janjiku...

Bapak...
Rindu sekalikaaaaaaa....
Sangat merindukanmuuuuu...
Terima kasih untuk semuanya...
Maafkan aku jika rasa bersalah itu masih selalu datang...
Rasa bersalah karena aku belum bisa membahagiakanmu semasa hidupmu...
Aku belum menjadi apa-apa disaat kepergianmu...
Tetapi kepergianmu adalah pelajaran paling berharga yang engkau berikan untukku...
Pelajaran akan cinta...
Kepada siapa harus kutautkan cintaku...
Terima kasih untuk cintamu...
Moment terakhir bersamamu akan selalu menjadi cerita terindah dalam hidupku...
Berharap, Allah akan mempertemukan kita di surgaNya kelak...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Anakmu...
Yang selalu mencintaimu karena Allah...

#Makassar, 14 Mei 2015
Ruang Rindu

Sabtu, 09 Mei 2015

Karena Ada Banyak Hal di Dunia ini yang Tak Membutuhkan Penjelasan...

Bismillah...

Banyak hal yang ingin kuceritakan...
Banyak hal yang ingin kusampaikan...
Tetapi aku masih memilih untuk diam...

Hingga akhirnya dia datang menyampaikan banyak hal...
Dan lagi-lagi aku memilih diam...
Aku lebih memilih untuk mendengarkan saja semuanya...

Tahukah engkau...
Banyak hal di dunia ini yang tak membutuhkan penjelasan...
Kelak...
Semuanya akan terjawab dengan sendirinya...
Mungkin bukan hari ini...
Besok...
Lusa...
Tahun depan...
Atau memang tak pernah ada jawaban...

Maafkan aku jika diamku justru membuatmu kebingungan...
Suatu hari...
Jika memang sudah tiba waktu yang tepat...
Aku akan menjelaskan semuanya untukmu...

Saat ini aku hanya punya satu hal...
KESABARAN...
Kesabaran menunggu jawaban terbaik dariNya...
Bukankah janji Allah itu pasti kawan?

#Makassar, 9 Mei 2015
Teruntuk salah satu sahabatku...
Diamku bukan berarti aku tak peduli...
Tetapi ada banyak hal di dunia ini yang tak membutuhkan penjelasan...

Rabu, 06 Mei 2015

Tujuh Tahun Berlalu...

Bismillah...

6 Mei 2008 - 6 Mei 2015
Tujuh tahun berlalu...
Aku masih mengingat semua kejadian itu...
Saat aku harus melepaskanmu pergi untuk selamanya...
Melepaskanmu di saat aku belum jadi apa-apa...

Bapak...
Tadi pagi aku mendapat cerita baru tentangmu dari Mama...
Mama bercerita tentang masa kecil kami bersamamu...
Bagaimana perjuanganmu membesarkan anak-anakmu...
Dan aku hanya bisa terdiam mendengarkannya...
Aku tak mau menangis dihadapan Mama...
Aku akan memenuhi janjiku padamu...
Akan selalu membuat Mama tersenyum dan bahagia...

Bapak...
Aku merindukanmu...
Rindu...
Sangat rindu...
Bagaimana caranya untuk melepaskan semua kerinduan ini?

Bapak...
Banyak hal yang ingin kuceritakan padamu...
Banyak yang telah kulewati tanpamu...
Aku hanya ingin bercerita...
Atau aku tak pernah sanggup untuk bercerita...
Aku hanya ingin memelukmu...
Walau sesaat...
Melepaskan semua kerinduanku padamu...

Bapakku yang selalu kucintai karena Allah...
Terima kasih telah mengajariku tentang kehidupan...
Terima kasih telah memberiku kenangan yang indah selama kebersamaan kita...
Terima kasih untuk semua cinta yang telah engkau berikan untukku...
Semoga Allah memberikan tempat terbaik untukmu disisiNya...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Senin, 02 Februari 2015

Pengen Nulis Aja...

Bismillah...

Hari ini aku pengen nulis tentang apa yang kurasakan. Ada kedamaian dan kebahagiaan saat memulai tulisan ini. Senyum-senyum sendiri sambil mengingat semua hal yang baru saja kualami kemarin.

Setelah beberapa bulan dari Jakarta, aku merindukan teman-teman seperjuanganku di kampus dalam lingkaran kecilku. Aku sadar bahwa kami tak bisa bersama lagi. Kami sudah tersebar dengan amanah masing-masing. Ada yang masih sekolah di kampung orang, ada yang kembali ke kampung halamannya, dan ada yang sudah ikut suaminya.

Beberapa bulan lalu, aku merasakan kerinduan pada mereka yang pernah mengisi hari-hariku di kampus. Saudara-saudaraku yang kutemui saat Allah menyapaku dengan hidayah-Nya. Aku belum intens berkomunikasi lagi dengan mereka karena orang-orang yang kutemui hampir sebagian besar adalah wajah-wajah baru.

Hingga akhirnya, kemarin Allah mempertemukanku dengan saudara-saudaraku kembali. Kami bertemu dalam satu agenda untuk teman-teman kampus. Selama berada di acara tersebut, aku seperti mengenang kembali masa-masa saat bersama mereka. Kami yang tak pernah bertemu sebelumnya hingga akhirnya dipertemukan dalam satu amanah dan sampai menjadi seperti saudara sendiri. Bahkan aku bertemu dengan orang-orang baru. Orang-orang yang kusebut dia sebagai saudara seiman. Kami belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi sudah seperti kenal bertahun-tahun.

Aku menyebut semuanya itu dengan ukhuwah.
Yaaa, kami berbeda, kami datang dari latar belakang yang berbeda, tetapi kami punya mimpi yang sama. Kami punya cita-cita dan tujuan yang sama. Perjumpaan dengan Allah adalah mimpi yang tak bisa ditawar lagi.

Dalam moment kemarin, selain dapat saudara-saudara baru, banyak pelajaran moral yang juga kudapatkan.
Pertama, iman itu fluktuatif. Dia kadang di atas dan kadang di bawah. Salah satu cara menjaga iman kita adalah senantiasa berkumpullah dengan orang-orang shaleh. Selalu berinteraksi dengan orang-orang yang selalu mengingatkanmu kepada Allah. Seperti sebuah nasehat orang bijak, "Sahabat itu adalah jika engkau melihatnya, maka bertambahlah imanmu kepada-Nya."

Kedua, dalam agenda kemarin ada banyak ibu-ibu yang hadir. Mereka datang sambil membawa anaknya. Bahkan ada teman yang membawa anaknya yang baru berusia dua bulan. Masya Allah, semangatnya luar biasa. Mereka tetap ingin menjalankan amanahnya, tanpa harus melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Mereka betul-betul sudah memahami bahwa madrasah pertama seorang anak adalah ibunya. Mereka tidak mau melepaskan tanggung jawab mendidik anak pada pengasuh. Dan saat aku bertanya pada mereka bagaimana mereka mengatur waktu, aku hanya bisa terdiam takjub mendengarkan ceritanya. Menjadi seorang isteri dan ibu memang melelahkan, tetapi jika semuanya dijalani dengan hati maka semua akan terasa indah. Manajemen waktu yang baik harus dimiliki jauh sebelum menikah. Membiasakan diri dalam kesibukan dan tidak berleha-leha akan banyak membantumu saat kelak sudah menikah. Yaaa, lumayan juga taujih munakahat dari seorang ibu yang baru kukenal di acara itu. Belajar kan gak mesti di bangku sekolah, belajar lewat pengalaman orang pun juga bisa.

Ketiga, begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah hingga kadang kita lupa mensyukurinya. Sungguh nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah adalah nikmat islam, iman, dan ihsan di dalam hati kita. Pada salah satu materi, aku sempat terdiam dan kembali merenung. Aku mengingat perjalanan hidupku.

Mengingat kapan pertama kali aku baligh dan saat itulah amalanku mulai dicatat. Mengingat saat aku pertama kali Allah menyapaku lewat hidayah-Nya. Dan itulah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah untukku. Mengingat masa-masa perjuanganku saat harus mempertahankan hidayah itu. Sebuah keputusan besar dalam hidupku adalah memilih jalan hidup yang akan kujalani. Berhadapan dengan orang-orang yang tidak siap menerima perubahanku. Hingga akhirnya satu persatu orang-orang yang pernah menentang pilihanku dulu, sekarang berubah 180 derajat. Begitulah Allah dengan cara-caranya yang indah.

Yaaa, aku kembali mengingat semua itu. Mengingat perjalanan hidup yang telah kulalui dan aku bersyukur Allah memilihku mengenal jalan para perindu surga-Nya Allah. Mengingat dosa-dosa yang telah kulakukan. Aku tak bisa membayangkan seperti apa wajahku dihadapan Allah saat ini.

Aku bahkan bertanya pada diriku, "Bagaimanakah akhir kehidupanku kelak?
Apakah gelar khusnul khatimah bisa kudapatkan?
Apakah gelar syahid bisa kuperoleh?
Siapakah yang akan menemaniku saat malam pertama di kuburanku?
Dosa-dosakukah atau amalan kebaikanku?
Pantaskah aku mendapat syafaat dari kekasih Allah, Rasulullah saw?
Shalawat saja aku masih enggan?
Pantaskah aku mendapatkan naungan dari Allah di padang masyhar?
Dengan tangan apa aku akan menerima buku catatan amalku?
Apakah aku pantas berjumpa dengan Allah?

Astaghfirullahal 'adzim...
Hamba mohon ampunanMu ya Rabb...
Apakah hati ini masih bergetar saat mendengar atau menyebut nama Allah?

Hingga akhirnya, taujih dari seorang kakak membuatku menyimpan berjuta harapan.
"Setiap hamba Allah memiliki kesempatan yang sama di hadapan-Nya. Begitu pun kesempatan untuk belajar menjadi lebih baik di hadapan-Nya"

Yaaa...
Aku punya banyak kesalahan. Kesalahan ataupun kekhilafan yang pernah kubuat sendiri. Dan aku ingin belajar menjadi lebih baik lagi. Tentunya lebih baik dihadapan Allah.

Lewat tulisan ini pula, aku ingin berterima kasih kepada orang-orang yang selalu mendoakanku, mengingatkanku, dan mengajakku pada kebaikan. Mama, Bapak, kakak-kakakku, dan keponakanku yang selalu menghadirkanku dalam doa-doanya...
Murabbi-murabbi yang pernah dikirmkan oleh Allah untukku...
Saudara-saudaraku yang pernah menemani akhir pekanku dalam lingkaran kecilku...
Adik-adikku yang sudah mau menerima segala kekuranganku...
Orang-orang yang telah menyesatkanku dalam kebaikan dan menemaniku menjemput hidayah Allah...
Orang-orang yang pernah hadir dalam hidupku dan telah menjadi guru kehidupanku...
Hanya Allah yang bisa membalas setiap kebaikan teman-teman...
Semoga keberkahan hidup selalu meliputi keluarga mereka...

Lewat tulisan ini pula, aku ingin meminta maaf kepada orang-orang pernah kusakiti tanpa sengaja atau pun merasa tersakiti dengan kata-kata atau perilakuku.
Wallahi, tak ada sedikit pun niat di dalam hati ini untuk menyakiti teman-teman semua. Namun, aku hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari kekhilafan. Mungkin saat itu kondisi imanku yang lagi menurun hingga kadang melakukan kekhilafan. Boni mohon dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya.

Hidup hanya sekali...
Dan aku tak ingin menyia-nyiakan sisa usia yang diberikan oleh Allah untukku. Aku ingin terus berjalan menuju satu mimpi berjumpa dengan-Nya. Berjalan menyiapkan bekal terbaikku. Karena aku tak punya banyak waktu di dunia ini. Seperti nasehat seorang kakak, "Buatlah amalmu lebih banyak dari usiamu".

Wallahu a'lam bi shawab...
#Ruang Perenungan, 2 Februari 2015

Senin, 26 Januari 2015

Sebuah Cerita Tentang Mimpi...

Kemarin aku bertemu dengan teman lama. Kami lama ngobrol, hingga kami sampai pada satu  topik yang cukup membuatku terdiam dan tak mau berkomentar banyak.

Saat dia bertanya apa rencanaku ke depannya.
"Sekarang apa rencanamu selanjutnya selain ngajar Boni? Kamu ada kegiatan di luarkah?" Tanya sahabatku itu sambil memandangiku.

"Rencana sih banyak. Tapi untuk sekarang, mau sekalika buat sekolah," jawabku.

"Hhaaa? Tidak salah dengarja tho'?" Tanyanya dengan nada heran.

"Tidak, kenapai? Ada yang salahkah?" Tanyaku kembali.

"Astagaaaa, mikir jeki kah baru bilang begitu?"

"Iya, mikirja. Kan baru namanya rencana. Cita-citaku dari dulu itu kasina. Mau sekalika bikin sekolah seperti yang kupahami selama ini."

"Astagaaa Boni..Boni.. Sekolah tinggi-tinggi baru cuma mau urusi anak kecil. Sia-sianya mi itu sekolahmu."

"Hhhmmm sia-sia ya? Kalau begitu saya ubah pade mimpiku, mauka jadi Ibu Rumah Tangga saja. Gimana?" Tanyaku kembali. Aku sengaja mengatakan hal ini untuk melihat reaksinya.

"Adddeehhh, terserah kamu deh. Anehmu deh. Ruginya itu kamu sekolah baru hanya urusi anak kecil. Mending kamu kembangkan karirmu, apalagi peluangmu kayaknya besar. Astagaaa, mikirki dulu kasina."

Yaaa, itu hanya sebagian kecil komentar yang kudapatkan dari teman-teman dan orang-orang terdekatku. Menertawakan beberapa rencana atau pun mimpi yang ingin kubangun.

Tetapi berdebat dengan mereka hanya akan menghabiskan waktuku. Memilih diam adalah pilihan terbaik saat ini. Aku tak pernah tahu seperti apa cara Allah mewujudkan mimpi-mimpiku, tetapi aku yakin Allah punya banyak cara untuk membantuku.

Anak kecil, aku teringat saat aku masih duduk di bangku SMA. Betapa bencinya aku dengan dunia mereka. Dunia yang kadang hanya membuatku repot dan aku tidak menyukai suara tangisan mereka.

Tetapi begitulah Allah, rencananya selalu jauh lebih indah daripada rencana manusia. Allah justru memberikan rezeki dengan lulus kuliah di jurusan dimana aku harus mempelajari dunia mereka. Dan disinilah aku pertama kali jatuh cinta pada dunia anak-anak dan pendidikan. Hingga akhirnya waktu jualah yang membuatku sadar betapa pentingnya peran seorang perempuan dalam sebuah keluarga. Betapa pentingnya peran perempuan dalam mendidik anak-anak.

Setiap perempuan kelak akan menjadi seorang ibu. Ibu bagi anak ideologis maupun biologisnya. Suka atau tidak suka, perempuan akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Itulah mengapa perempuan itu harus cerdas. Di Jepang, anak-anak dididik oleh ibu yang setara dengan professor. Tetapi di Indonesia sungguh jauh berbeda. Guru-guru Paud dan TK hampir sebagian besar hanya lulusan SMA yang tidak dibekali dengan pelatihan atau pun ilmu tambahan tentang pendidikan anak. Anak-anak justru baru bertemu professor saat di bangku kuliah. Sementara masa golden age anak berada pada usia lima tahun pertama. Apakah Anda mau menyia-nyiakan masa emasnya berlalu begitu saja dan membiarkan orang lain yang yang mengisinya? Sungguh masa anak-anak itu hanya sekali dalam hidupnya.

Ya Allah...
Hamba tak pernah tahu bagaimana caranya Engkau akan mewujudkan semuanya...
Cukuplah aku percaya bahwa janjimu itu pasti, itu sudah cukup bagiku...
Bukankah Engkau akan menolong hambaMu yang senantiasa menolong agamaMu?
Dan semua ini semata-mata untukMu ya Rabb...
Izinkan hamba menyiapkan bekal terbaik hamba sebelum hamba kembali kepadaMu...
Aamiin ya Rabbal 'alamin...

Notes:
Aku sudah memenuhi semua permintaanmu...
Kali ini aku ingin meminta izin...
Izinkan aku mewujudkan mimpi-mimpiku...

Permohonan Maafku...

Lagi pengen nulis...
Nulis apa aja...
Gak ada konsep...
Gak ada ide...
Hanya pengen menulis...
Menyalurkan pesan kejenuhan yang mulai hadir...

Hampir satu bulan berhadapan dengan yang namanya Mr. Kurikulum...
Dan dia seperti hantu yang terus membayangiku...
Hingga di dalam mimpi pun dia selalu hadir menemuiku...
Seakan ingin menyampaikan pesan bahwa dia harus dikelarin minggu ini...

Oke baiklah...
Aku akan berdamai denganmu...
Biar aku bisa pulang menemui Mamaku...
Dan aku bisa menikmati liburan panjangku...
Sambil menanti jadwal selanjutnya...

Teman-temanku yang sudah ikut-ikutan menjadi korbannya dia...
Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya...
Telepon kadang gak diangkat...
SMS balasnya telat...
Bahkan kadang udah gak sempat aku balas...
Whatsapp jadi slow respon...
BBM ke-read tapi lama baru aku jawab...
Bahkan ada yang sampai lupa aku balas...
Sungguh Boni mohon maaf yang sebesar-besarnya...
Sepertinya jadi kayak sok sibuk banget ya...
Tapi begitulah adanya saat ini...
Aku lagi menikmati kehidupanku di dunia nyata...
Berinteraksi dengan banyak orang...
Berdiskusi dengan orang-orang di sekitarku...
Hingga kadang gadget hanya sebagai teman sambil lalu...

Sekali lagi aku mohon maaf yang sebesar-besarnya...
Ada amanah yang harus segera kuselesaikan...
Dan mengharuskanku fokus padanya...
Terima kasih kepada Mama dan kakak-kakakku yang selalu memahami kondisiku...
Dan juga jazakumullah khairn katsiran pada saudara lingkaran kecilku...
Selalu memberikan suntikan semangatnya...
Semoga teman-teman mau membuka pintu maaf yang selebar-lebarnya untukku...
Manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan...

#Makassar, 26 Januari 2015

Jumat, 23 Januari 2015

Karena Tidak Semuanya Butuh Penjelasan

"Dia marah sama kamu?"

"Maksudnya?" Tanyaku dengan nada heran.

"Dia marah sama kamu karena sikapmu yang kemarin."

Aku tersenyum mendengar cerita sahabatku. Salah satu sahabat terbaikku dalam setiap kondisi.

Aku diam sambil berusaha mengingat sikapku yang kemarin-kemarin.
Finally, aku akhirnya teringat dengan kejadian yang dimaksud oleh sahabatku. Dan aku pun menjawab, "oohhh yang itu. Tidak apa-apa kalau dia marah k'. Sampaikan maafku kalau dia marah atas tindakanku yang kemarin. Diamku tempo hari bukanlah kemarahan. Aku hanya takut, jika aku menyampaikan semuanya, justru akan membuat semuanya menjadi semakin keruh."

Terkadang kita berada dalam kondisi dimana engkau yang seharusnya marah, tetapi tidak memilih pilihan tersebut. Namun, orang-orang di sekitarmu justru menyalahkan tindakanmu. Dan engkau tetap memilih diam, tanpa memberikan penjelasan atas tindakanmu.

Situasi yang serba salah. Di saat engkau bisa melakukan pembelaan dan memiliki kesempatan untuk memberikan alasan atas tindakamu, tetapi engkau malah tidak melakukan hal tersebut. Lebih memilih diam dan melapangkan hati untuk menerima kondisi yang tak seharusnya kamu alami.

Yaaa, banyak hal di dunia ini yang tidak membutuhkan penjelasan. Tak perlu membuang-buang waktumu untuk menjelaskan tentang dirimu kepada orang lain. Seperti nasehat Ali Bin Abi Thalib, "Tak perlu engkau menjelaskan apa-apa tentang dirimu kepada orang lain. Karena orang yang mempercayaimu tidak membutuhkannya dan orang yang membencimu tidak menyukainya."

Ada banyak hal yang tak membutuhkan penjelasan...
Cukup menjawabnya dengan senyuman...
Meskipun semua orang menyalahkanmu...
Asalkan engkau yakin dengan tindakanmu...
Bahwa engkau melakukan semua itu karena semata-mata cintamu kepada Allah...
Tak perlu engkau mengejar cintanya manusia...
Allah ridho atas kehidupanmu...
Itu sudah cukup jadi alasan bagimu...
Untuk terus berjalan menuju masa depanmu...

Apakah engkau pernah ke pantai dan menghitung jumlah butiran pasir yang ada disana?
Entah ada berapa butiran pasir yang sanggup engkau hitung...
Sepuluh?
Dua puluh?
Lima puluh?
Atau mungkin hanya lima butiran pasir yang sanggup engkau hitung?

Seperti itulah kehidupan...
Banyak hal yang tak perlu engkau ketahui detail-detailnya...
Karena memikirkan sesuatu sedetail-detailnya akan membuatmu pusing sendiri...
Tak perlu engkau habiskan waktumu untuk menebak apa yang akan terjadi...
Cukup engkau nikmati semua yang ada dihadapanmu...
Dan tunggulah kejutan indah dari Tuhanmu...
Sungguh berprasangka baik kepada Allah itu jauh lebih baik...
Dan membuat hatimu tenang...
Wallahu a'lam bi shawab...

#Ruang Perenungan, 23 Januari 2015

Selasa, 20 Januari 2015

Tulisan Ustadz Salim A. Fillah

Tulisan ini ‬copas dari sebelah untuk para JOSH (jomblo sampai halal)
Semoga Bermanfaat... ^_^

PERTAMA: Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya. Tahu darimana?
Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran: Maryam dan Asiah.
Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami dan Asiah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? NO!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.

KEDUA: Bagaimana pandangan tentang jodoh?
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.

KETIGA: Bagaimana tentang nasib dalam perjodohan?
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya.
Beda CARA, beda RASA dan tentu saja, beda keBERKAHannya.

KEEMPAT: Bagaimana tentang hal nafkah rezeki?
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.

KELIMA: Bagaimana cara menjemput jodoh?
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.

KEENAM: Bagaimana tentang taaruf?
Dalam urusan jodoh, ta'aruf adalah proses seumur hidup.
Rumus terpenting: Jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.

KETUJUH: Bagaimana cara mengenali calon pasangan yang baik?
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni interaksinya ke Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.

KEDELAPAN: Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dan lain-lain. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat. Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensinya satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.

KESEMBILAN: Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar.
Silakan pilih: Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya berlalu.
Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup.
Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.

KESEPULUH: Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?
Sekian.

Oleh ustadz Salim A. Fillah

"Hanya ada satu yang pasti di dunia ini, KEMATIAN"

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...