Hai kawan...
Kenalkan namaku Ahmad. Aku sekarang duduk di kelas B di
salah satu TK di kotaku. Kalau aku kelas B, berarti usiaku sekitar 5 tahun.
Begitu kali ya...hehehe...Teman-teman, izinkan aku bercerita tentang
kehidupanku ya... Aku ingin berbagi dengan kalian. Boleh ya...
Aku hidup di sebuah keluarga yang katanya lebih dari cukup.
Aku punya ayah dan ibu yang katanya sangat sayang padaku. Aku juga punya
seorang adik perempuan yang bersekolah di sekolah yang sama denganku. Tapi dia
masih di kelompok bermain. Setiap hari kami diantar oleh ibu. Ibulah yang setiap hari mengurusi
setiap keperluanku sebelum ke sekolah. Menyiapkan baju sekolah, bekal ke
sekolah, dan mengantarkanku ke sekolah.
Aku juga punya banyak teman-teman di sekolah. Mereka
sepertinya sangat baik. Soalnya mereka selalu berbagi makanan denganku. Tetapi
aku bingung, kenapa mereka suka memanggilku “orang gila”. Aku bahkan tak
mengerti apa arti dari panggilan itu. Setiap hari mereka selalu mengajakku
ngobrol, tetapi aku tak mengerti apa yang mereka katakan. Aku hanya bisa
mendengar kalimat yang mereka sampaikan kepadaku. Terkadang aku ingin sekali
ngobrol seperti teman-teman yang lain. Tetapi lagi-lagi aku bingung, aku harus
ngomong apa. Pernah suatu hari, aku berusaha mendekati mereka. Mengajak mereka
bermain bersama, tetapi mengapa mereka tak pernah mengerti apa yang
kusampaikan. Mereka malah berkata, “Kamu ngomong apa? Kalau bicara yang jelas,
jangan seperti orang gila kalau ngomong.” Lagi-lagi aku mendengar kata-kata itu
dan akhirnya aku hanya bisa menangis sekeras-kerasnya. Aku rasanya ingin
teriak, “aku hanya ingin bermain dengan kalian!!!”
Bukan hanya teman-temanku yang aneh, guruku pun sepertinya
suka bersikap aneh. Selalu memaksaku menyelesaikan gambar-gambar yang tak pernah kumengerti semua itu gambar apa.
Memaksaku menghitung benda-benda yang ada dihadapanku. Ketika aku tak bisa
menyelesaikannya, maka aku akan mendengar suara bentakan yang sangat keras.
Lagi-lagi aku tak mengerti sebenarnya apa yang diinginkan oleh mereka. Ya,
mungkin kehidupanku yang aneh.
Setiap kali pulang sekolah, Ibu akan menjemputku dan adik
perempuanku. Ibu kembali mengurusi pakaian sekolahku dan menyiapkan makan siang
untukku. Setelah makan, ibu akan memintaku untuk tidur siang. Jika aku ngotot
tak mau tidur siang, maka ibu memberikanku laptop atau ipad yang biasa
digunakannya. Ibu mengizinkanku untuk memainkannya sepuas hati dengan satu
syarat, “jangan ganggu ibu selama dia sedang mengerjakan pekerjaannya”. Oke, aku
akan menjadi anak yang penurut memenuhi keinginannya. Aku sebenarnya tak tahu
apa pekerjaan ibuku. Setiap hari dia terlihat sibuk mengurusi barang-barang
yang datang dan pergi ke rumahku. Kata orang-orang yang biasa datang ke
rumahku, katanya ibuku seorang pengusaha dan ayahku seorang pekerja kantoran
yang harus pulang hingga larut malam. Karena kesibukan mereka, aku hanya bisa
bermain dengan benda kotak yang diberikan oleh ibuku. Aku juga belum bisa
bermain dengan adikku. Dia masih sangat kecil dan terkadang aku tak mengerti
dengan apa yang disampaikannya.
Oh ya, aku juga punya jadwal tidur yang tidak tentu.
Semuanya tergantung pada pekerjaan ibuku. Jika pekerjaan ibuku belum selesai,
maka aku pun akan ikut begadang. Aku begadang bukan untuk menemani ibu, tetapi
karena tak ada yang menemaniku untuk tidur. Ayahku pun selalu pulang larut
malam. Sejak pulang sekolah hingga menjelang tidur aku hanya punya satu sahabat
yang selalu menemaniku, ipad yang isinya adalah game-game yang seru. Terkadang
aku juga bermain dengan sahabatku yang lain, namanya televisi. Aku bisa
menonton film-film kartun yang bahasanya masih terdengar asing di telingaku.
Bahasanya sangat berbeda dengan yang sering kudengar dari orang-orang di
sekitarku. Mungkin ini yang namanya bahasa asing.
Begitulah kehidupanku teman-teman setiap hari. Seperti
itulah yang kujalani setiap hari, di rumah dan di sekolahku. Semoga ceritaku
ini membuat teman-teman bisa tersenyum dan belajar mensyukuri setiap nikmat
yang diberikan oleh Allah. Sampai sekarang pertanyaanku belum terjawab,
“mengapa teman-temanku masih saja selalu memanggilku orang gila? Padahal namaku
adalah Ahmad.” Aku berharap teman-teman yang membaca tulisanku tak memanggilku
orang gila, sama seperti teman-temanku di sekolah. Tetapi panggil aku Ahmad,
sebuah nama yang diberikan oleh orang tuaku yang katanya sangat mencintaiku.
Salam sayang selalu...
Sahabatmu, Ahmad
*Tulisan sederhana, terinspirasi dari kisah salah satu
siswaku yang baru kukenal satu bulan terakhir ini. Saya sengaja menggunakan nama
samaran untuk menjaga identitasnya. Dia anak berkebutuhan khusus yang
bersekolah di sekolah normal. Dia sepertinya sudah kecanduan dengan game-game yang
tersedia di gadgetnya. Ketika pertama kali berkenalan dengannya, dia langsung
berkata, “fire, fire!!!” Setelah saya mencari tahu, ternyata kata-kata itu dia
dapatkan dari salah satu game yang sering dia mainkan. Sekarang dia belum bisa
berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Dia juga terbiasa
menonton film kartun yang menggunakan bahasa asing.
Tadi pagi ada kejadian yang sangat menarik dan memberiku
satu lagi pelajaran moral. Tiba-tiba dia tidak mau menyelesaikan gambar yang
diberikan oleh guru. Biasanya jika saya membujuknya dan menemaninya menggambar
sambil bermain tepuk dia akan mengikuti dengan baik setiap kalimat yang saya
sampaikan. Tetapi hari ini dia tidak mau mengerjakan apapun. Saya mengalami
kebingungan saat menghadapinya karena tak mengerti dengan apa yang
disampaikannya. Dia belum bisa berbicara, meskipun usianya sudah lebih enam
tahun. Akhirnya, aku meminta dia untuk mengambil sendiri apa yang
diinginkannya. Dia lalu berjalan ke meja guru dan langsung memainkan laptop yang
ada di meja tersebut. Saya lalu menariknya dan memberinya pengertian bahwa
sekarang bukan waktunya untuk bermain laptop. Dia lalu menangis histeris dan ingin
memberontak. Saya lalu menggendongnya dan membawanya keluar dari kelas. Saya
sengaja membawanya keluar agar tidak mengganggu proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Dia masih saja menangis dipelukanku dan masih tidak menerima kejadian
tadi. Dia tetap ngotot ingin bermain laptop. Saya pun berusaha untuk
mengajaknya berdamai.
“Ahmad sayang sama Bunda?” tanyaku sambil menatap wajah
polosnya.
Dia hanya menjawabnya dengan mengangguk.
“Kalau begitu Ahmad diam dong. Kalau Ahmad ngga diam, Bunda
pergi saja deh,” kataku sambil menghapus air matanya.
“Jangan pergi!!!” katanya dengan suara terisak-isak.
“Ahmad mau kan Bunda masih disini?” tanyaku kembali.
Dia kembali mengangguk menjawab pertanyaanku.
“Kalau begitu peluk Bunda dulu baru kita makan sama-sama.
Oke?”
Dia lagi-lagi hanya mengangguk dan langsung memelukku.
Ya Allah, rasanya aku ingin menangis dihadapannya.
Sahabatku, pernahkah engkau merasakan pelukan seorang anak
yang merindukan kehadiran ibu dan ayahnya? Dia mengalungkan tangannya di
leherku dan memelukku erat. Saat saya memintanya untuk melepaskannya, dia tidak
mau melepaskannya. Dia masih saja memelukku sambil menangis terisak-isak. Saya
pun berusaha mengajaknya kembali berdamai, “Kalau Ahmad sayang Bunda, sekarang
kita makan sama-sama ya? Nanti setelah makan kita main sama-sama lagi. Gimana?”
Dia pun melepaskan pelukannya dan turun dari pangkuanku. Dia
menarik tanganku dan mengajakku cuci tangan. Dia pun mengambil bekal makanannya
dan membagi makanan yang dibawanya untukku. Dia menyodorkannya kepadaku tanpa
berkata sepatah kata pun.
“Ini buat Bunda?” tanyaku kepadanya.
Lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan kecilnya.
“Terima kasih Ahmad!” jawabku sambil tersenyum.
Dan lagi-lagi hanya anggukan yang kudapatkan.
Anakku, engkau mungkin berbeda dengan anak yang lain tetapi
dihatiku engkau tetap sama dengan yang lain. Engkau mungkin masih anak kecil,
tetapi darimu aku belajar banyak hal. Belajar akan arti sebuah kesabaran dan
rasa syukur. Betapa banyak pasangan yang merindukan kehadiran sang buah hati
dalam kehidupannya, tetapi masih saja ada yang menyia-nyiakan anaknya. Andai
mereka tahu bahwa kelak anak-anak mereka akan menjadi investasi di akhirat.
Anakku, Semoga Allah selalu menjaga dan
menuntun setiap langkahmu.
Aamiin Ya Rabbal ‘alamin...
#Tulisan beberapa bulan yang lalu, tapi baru ketemu lagi...
Ternyata belum diposting di blog...
Semoga Bermanfaat...^_^