Selasa, 27 Desember 2016

Latihan Hidup



Setiap kali memberikan ujian pada mahasiswa, saya biasanya membagi dua bagian. Ada yang masuk gelombang pertama dan kedua. Soal-soal yang mereka dapatkan, ada yang sama tapi ada juga yang tidak. Setiap kali gelombang pertama selesai melakukan ujian, maka mahasiswa gelombang kedua akan banyak bertanya tentang pertanyaan yang muncul dalam ujian.
Pada kondisi ini, gelombang pertama biasanya kurang suka karena mendapat kesempatan pertama ujian. Mereka tak punya waktu banyak untuk belajar seperti teman-temannya yang mendapatkan kesempatan gelombang kedua. Berbeda dengan mahasiswa gelombang kedua, mereka justru punya banyak kesempatan untuk belajar. Selain itu, mereka juga punya kesempatan untuk tahu bentuk soal yang muncul dalam ujian dari teman-temannya yang sudah ujian duluan.
Dalam kehidupan ini, terkadang kita menjadi mahasiswa tersebut. Saat menjadi mahasiswa gelombang pertama, Allah tak memberikan kita kesempatan untuk belajar dalam menghadapi ujian. Ada banyak kemungkinan jika berada dalam posisi ini. Pertama, kita menjadi pribadi yang selalu siap karena kita sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari untuk semua kemungkinan bentuk ujian yang akan datang. Pribadi yang seperti ini akan keluar dari ruang ujian dengan wajah tersenyum bahagia karena berhasil melewatkan ujian kehidupan. Kedua, pribadi yang tidak siap dan shock ketika menghadapi ujian karena tidak pernah mempersiapkan diri sebelumnya. Orang yang seperti ini akan menghadapi ujian dengan wajah kusut dan keluar dari ruang ujian dengan ekspresi menyalahkan diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan mahasiswa gelombang kedua?
Orang-orang  yang berada dalam kondisi ini punya banyak kesempatan belajar. Mereka bahkan bisa banyak mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang yang pernah mengalami sebelumnya. Hingga kemudian ketika mereka berhadapan dengan kondisi yang sama, maka mereka benar-benar siap untuk menghadapinya. Namun, ada pula yang mengabaikan pelajaran hidup dari penglaman orang lain. Ini hanya persoalan pilihan, apakah kita mau banyak mengambil hikmah dari kehidupan orang lain atau sekedar mengandalkan pengalaman pribadi?
Sungguh Allah telah memberikan banyak pelajaran tentang ujian hidup ini lewat kisah para nabi dan rasul. Seperti yang pernah dialami oleh Rasulullah saw ketika menyampaikan ajaran Islam kepada kaum kafir Quraisy. Rasulullah saw dikatakan gila, pendusta, hingga dilempari kotoran. Sungguh ujian yang dihadapi oleh Rasulullah saw jauh lebih berat dari apa yang kita hadapi, maka tak ada alasan untuk mengeluh. Rasulullah saw pernah ditanya oleh Sa’d bin Abi Waqqash r.a:
Ya Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab, Para Nabi kemudian orang-orang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah, maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya
Menyiapkan diri itu penting agar kita siap menghadapi ujian apa pun. Lalu bagaimana kita mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian? Jawabannya dengan selalu menjaga kedekatan dengan Allah. Saat kita selalu menghadirkan Allah dalam setiap kehidupan kita, maka ujian apapun akan terlewati. Karena keyaknan kita bahwa Allah selalu punya skenario indah dibalik setiap ujiannya.
****
Pernahkan Anda mengalami suatu kejadian yang berulang?
Pernahkah Anda mengalami suatu masalah yang yang sepertinya berulang?
Tahukah Anda bahwa Anda sedang menghadapi ujian remedial dari Allah?
Hari ini kita diuji dalam urusan keluarga. Ketika ujian tersebut terselesaikan, tiba-tiba datang lagi ujian dalam urusan keluarga. Kondisi ini berulang beberapa kali hingga kemudian kita berhasil melewatinya dan tak ada lagi ujian dalam urusan keluarga.
Di kondisi lain, anda diuji dengan kehadiran seseorang dalam hidup dan menguji hati. Hingga kemudian berhasil melewatinya, namun datang lagi orang lain yang memberikan ujian hati.
Boleh jadi Allah sedang memberikan ujian remedial dalam urusan yang Anda hadapi. Sungguh Allah menguji pada titik terlemah hambaNya. Ketika titik terlemah kita ada dalam urusan keluarga, maka tunggulah ujian dalam urusan keluarga. Ketika titik terlemah kita ada dalam urusan hati, maka tunggulah ujian dalam urusan hati. Ujian itu kadang berulang-ulang, karena menurut Allah kita belum lulus dan harus melakukan remedial. Hingga kita lulus dari titik terlemah tersebut, maka Allah akan kembali menguji titik terlemah lain. Begitulah seterusnya dan boleh jadi Allah akan kembali menguji titik terlemah yang sudah pernah kita lewati, namun tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Semua ini semata-mata untuk membuat kita menjadi hamba yang kuat dan kelak bisa mendapat predikat lulus sebagai hamba terbaik dihadapanNya.
Setiap ujian yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya, ujian yang berulang-ulang, sesungguhnya adalah sebuah latihan untuk menghadapi kehidupan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Boleh jadi kadar latihan yang pertama belum terlalu besar. Hingga akhirnya Allah memberikan latihan hidup yang lebih besar karena Allah melihat kita sudah mampu untuk menghadapi ujian tersebut. Latihan yang berulang inilah yang membentuk pribadi tangguh dalam universitas kehidupan.
Saat Allah memberikan semua latihan hidup tersebut, maka saat itu Allah sedang bicara pada kita. Allah sedang menunjukkan besarnya kasih sayangnya kepada kita. Bukankah seorang ibu akan menegur anaknya jika melakukan kesalahan? Semua itu karena seorang ibu selalu ingin melihat kebaikan kepada anaknya. Begitu pula cara Allah menunjukkan kasih sayangNya kepada hambaNya. Terkadang Allah menegur lewat ujian, entah ujian kesabaran atau kesyukuran.
Allah juga tak pernah memberikan kita jawaban di awal ujian. Allah hadir dengan menyapa kita lewat pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita. Maka tugas kita hanyalah melewati setiap ujian tersebut dalam ketaatan dan berprasangka baik kepadaNya.
So selamat mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian hidup di Universitas Kehidupan dimana Allah langsung yang mentarbiyah hamba-hambaNya.
Wallahu a’lam bi shawab

Jumat, 23 Desember 2016

KETIKA TUHAN BICARA

Bismillah...

KETIKA TUHAN BICARA

BAB I PELAJARAN MASA LALU
A. Memaafkan Diri Sendiri
B. Remedial dari Allah
C. Kaca Spion Masa Lalu
D. Kesempatan Kedua
E. Noda Kecil Catatan Hidup
F. Memilih Jalan Pulang
G. Menantang Matahari
H. Latihan Hidup

BAB II BE YOUR SELF
A. Cermin Akhlak
B. Kata Pembunuh itu "KATANYA"
C. Manusia Tahu Diri
D. Busuknya Dosa
E. Hati yang Peka
F. Penumpang Kehidupan

BAB III HIDUP ITU BERGERAK
A. Nilai A dari Allah
B. Lampu Lalu Lintas Kehidupan
C. Jalan Berliku Kehidupan
D. Janji yang Pasti
E. Mencari Cinta Sejati
F. Berisik dihadapan Allah
G. Link di Surga

Senin, 05 Desember 2016

SEPENGGAL KISAH #212

Kawan...
Hari itu cuaca cukup panas, tapi tak kutemukan wajah-wajah mengeluh. Setiap kali bertemu orang baru, aku selalu mendapatkan senyuman. Padahal kenal pun tidak. Hari itu aku belajar tentang ukhuwah.

Kawan...
Hari itu aku tak ingin melewatkan sedikit pun moment-moment penting yang hadir dihadapanku. Sebagian yang datang langsung mengambil posisi untuk menunaikan sholat. Sebagian lagi saling bertanya, "apa yang bisa aku lakukan nanti? Bagi makanan? Bagi minuman? Atau pungut sampah?" Dari semua yang kulihat, satu hal yang tak pernah lepas dari mereka. Lisan yang senantiasa berdzikir menyebut asma Allah. Hari itu aku belajar bahwa setiap peran kebaikan, meskipun hanya sebesar biji dzarrah pun akan dinilai ibadah oleh Allah...

Kawan...
Hari itu aku melihat semangat yang luar biasa dari wajah-wajah yang hadir dihadapanku. Bukan hanya anak muda, orang tua, anak-anak pun ikut mengambil bagian. Di sepanjang jalan, beberapa orang selalu siap membagi makanan dan minuman. Ada juga yang menggunakan kendaraan untuk membagikan makanan ke orang-orang. Hingga sampai di tempat akhir pun, masih ada juga makanan dan minuman yang tersedia. Dengar-dengar ada yang sampai masak bareng hanya karena tak ingin ketinggalan untuk mengambil bagian di hari itu. Hari itu aku belajar bahwa cinta adalah pembuktian.

Kawan...
Hari itu aku melihat orang-orang yang berjalan menyapa petugas keamanan yang sedang bertugas...
Bahkan sampai ada yang menawari mereka makanan dan minuman...
Sesekali kulihat beberapa orang memungut sampah yang ditemuinya di jalan...
Lagi-lagi dzikir itu tak pernah lepas dari lisan mereka...
Hari itu aku belajar bahwa cinta adalah gerak...

Kawan...
Hari itu ketika menjelang sholat ashar, tiba-tiba langit gelap. Namun tak sedikit pun kulihat wajah-wajah khawatir akan turun hujan. Beberapa orang langsung berkomentar, "Masya Allah mau turun hujan!". Yaa, karena hujan adalah rahmat. Karena hujan adalah berkah. Dan hari itu adalah hari Jumat, sementara turun hujan. Bukankah disaat-saat itu adalah waktu terbaik untuk memanjatkan doa bukan?
Hari itu aku belajar bahwa hanya cinta kepada Allah yang bisa mengubah kemarahan menjadi doa untuk kebaikan negeri ini...

Kawan...
Hari itu semua duduk bersama mengabaikan semua perbedaan dan kepentingan...
Semua mendoakan kebaikan negeri ini...
Semua mendoakan kedamaian negeri ini...
Hari itu aku belajar bahwa sebaik-baik tempat meminta hanyalah kepada Allah...
Termasuk ketika ingin meminta keadilan...

Kawan...
Tahukah engkau apa yang membuat dadaku sesak?
Ketika berjalan, ingatanku melayang ke masa 1400 tahun yang lalu...
Pada sesosok manusia mulia yang sudah berjuang menegakkan agama Allah agar kita bisa merasakan cahaya islam saat ini...
Sesosok manusia mulia yang dikatakan gila, pendusta, namun tetap saja berjuang menyampaikan ayat-ayat Allah...
Sesosok manusia mulia yang dilempari oleh orang-orang di bukit Thaif hingga giginya tanggal, namun masih saja mendoakan mereka agar kelak dari keturunan mereka lahir anak-anak yang berjuang di jalan Allah...

Kawan...
Ketika berjalan ingatanku masih saja terus mengingat semua perjalanan hidupnya...
Beliau yang merindukan umatnya yang belum pernah ditemuinya...
Hingga akhirnya aku bertanya, "Masihkah ada rindu dihatiku untuk berjumpa dengannya kelak di akhirat?
Masihkah diri ini menjadikan Beliau sebagai teladan dalam menjalani hidup?
Hari itu aku belajar bahwa kerinduan untuk berjumpa Allah dan RasulNya bisa menjadi energi kehidupan...

Kawan...
Perjuangan hari ini belum seberapa dibanding apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw...
Maka tak seharusnya masih ada keluhan...
Perjuangan hari ini adalah sebuah jawaban dimana posisimu...
Perjuangan hari ini semoga menjadi langkah-langkah kecil untuk berjumpa dengan Rabb...

Kawan...
Tahukah engkau, aku bertemu dengan anak-anak kecil yang meneriakkan takbir  ALLAHU AKBAR!!!!
Tahukah engkau, saat menyaksikan itu sebuah harapan hadir dihadapanku...
Merekalah kelak yang akan meneruskan perjuangan ini...
Maka tugas kita adalah menyiapakan mereka...
Merekalah yang kelak akan memegang tongkat estafet perjuangan hari ini...

Kawan...
Kita sudah terlalu lama berada di zona nyaman...
Kita sudah terlalu lama berada di wilayah yang masih saja sibuk mencari perbedaan...
Sudah saatnya kita menyatukan kembali cita-cita...
Cita-cita tertinggi adalah berjumpa dengan Allah dan RasulNya...
Menjadikan Allah tujuan hidup...
Menjadikan Rasulullah saw teladan hidup...
Menjadikan Al Qur'an pedoman hidup...
Maka teruslah bekerja...
Teruslah berkarya...
Biarlah Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang melihat kerja-kerjamu...

Wallahu a'lam bi shawab...

#kenangan212
#aksibelaalquran

Rabu, 26 Oktober 2016

RESENSI NOVEL "MATAHARI" TERE LIYE



Judul Novel                : Matahari
Penulis                        : Tere Liye
Penerbit                      : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit              : Juli 2016
Tempat Terbit            : Jakarta
Tebal                          : 390 halaman
Harga                         : Rp 97.000,00

SINOPSIS

Namanya Ali, 15 tahun, kelas sepuluh. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.

Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.

Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.

Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.

***

Novel ini bercerita tentang petualangan tiga sahabat, yaitu Raib, Seli, dan Ali. Ketiganya memiliki kelebihan masing-masing. Raib yang bisa menghilang, Seli yang bisa mengeluarkan petir, dan Ali yang bisa berubah menjadi beruang besar. Pada novel ini diceritakan tentang pengalaman ketiganya saat melakukan petualangan ke klan Bintang. Saat melakukan petualangan ini mereka menemui banyak rintangan. Salah satunya saat dalam perjalanan menuju klan Bintang, mereka harus menghadapi ular dan kelelawar raksasa.

Ketika tiba di klan Bintang, mereka bertemu dengan Faar yang pada akhirnya banyak memberikan banyak pelajaran dan menolong mereka selama berpetualang. Mereka yang pada awalnya hanya berniat untuk melakukan sebuah perjalanan petualangan, malah menjadi buronan dewan kota. Disinilah bagian yang menegangkan di saat mereka harus menghadapi pasukan klan Bintang dan robot-robot yang dibuat dengan teknologi canggih.

Penyatuan tiga karakter dalam novel ini menambah keseruan ceritanya. Raib yang kadang masih ragu dengan kekuatan dalam dirinya, Ali yang terkesan santai tetapi selalu memberikan energi positif untuk teman-temannya, dan Seli yang terkadang penakut namun selalu datang di saat-saat genting untuk menolong temannya.    

Tere Liye yang selalu memberikan banyak pelajaran moral di setiap novelnya, maka di novel ini pun banyak hikmah yang bisa dipetik. Pelajaran pertama, pada halaman 174 – 175 yang menceritakan tentang pertemuan Faar dengan ketiga sahabat petualang Raib, Ali, dan Seli. Faar yang terkejut karena rasa ingin tahu mereka yang besar mendorong mereka untuk berpetualang. Pada bagian ini, penulis seperti ingin memberikan pelajaran untuk remaja zaman sekarang yang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan gadgetnya atau pun melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Masa remaja seharusnya diisi dengan menambah banyak pengalaman hidup agar kelak lebih siap menghadapi kehidupan. Pada bagian ini juga, penulis memberikan pelajaran bahwa segala sesuatu yang datangnya dari hati akan kembali ke hati. Setiap kebaikan yang diberikan kepada orang lain, maka sejatinya kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri. Seperti quotes di bagian ini, “Tidak ada yang perlu dicemaskan dari orang baik hati, bukan?

Pelajaran kedua, pada halaman 338 yang menceritakan saat Ali berusaha memberikan semangat kepada Raib. Ali yang berusaha untuk terus berpikir positif dan tidak patah semangat berhasil mengembalikan semangat Raib bahwa mereka bisa melewati ujian tersebut.

Pelajaran ketiga, pada halaman 357 – 359 yang menceritakan tentang buku kehidupan dan buku kematian. Ada kalimat yang sangat menarik, “Keyakinan yang teguh, yang bahkan lebih kuat dibanding kekuatan itu sendiri, akan membawamu jauh sekali. Dilengkapi dengan ketulusan dan kebaikan hati, kau akan menghiasi halaman-halaman selanjutnya Buku Kehidupan”. Pada bagian ini, penulis sepertinya ingin memberikan pesan kepada pembaca untuk selalu mengisi waktu dengan kebaikan-kebaikan karena sejatinya saat ini kita sedang menuliskan buku kehidupan kita. Meyakini bahwa setiap manusia diberikan kekuatan diri atau potensi oleh Allah swt. Potensi tersebut hendaknya kita gunakan dalam kebaikan karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Kelak buku kehidupan tersebut akan menjadi sebuah sejarah kehidupan kita yang akan diwariskan pada anak cucu di kemudian hari. Hingga mereka bisa belajar dari setiap pengalaman kehidupan yang telah kita tuliskan.

Pelajaran keempat, pada halaman 362 yang menceritakan kisah Raib yang bertanya kepada Ali tentang cara melatih kekuatannya agar menjadi lebih baik. Jawaban Ali yang inilah yang pada akhirnya membuat Raib yakin akan kekuatan yang dimilikinya, “Kamu tahu Ra, ayahku pernah bilang, Hidup ini adalah petualangan, Ali. Semua orang memiliki petualangannya masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik.” Pada bagian ini, penulis sepertinya ingin memberikan pesan kepada pembaca untuk selalu memberikan hal terbaik dalam setiap perjalanan hidup.

Pelajaran kelima, pada halaman 389 yang menceritakan perpisahan tiga sahabat petualang dengan Faar. Saat mereka hendak berpisah, Faar memberikan sebuah nasehat bijak, “Jangan cemaskan sesuatu yang belum terjadi Nak. Kita selalu bisa mengubah jalan cerita dengan ketulusan.” Lagi-lagi penulis memberikan pelajaran bahwa tak ada ruginya jika kita selalu memberikan kebaikan dan ketulusan kepada orang lain dalam hidup ini.

Lagi-lagi Tere Liye berhasil memberikan banyak pelajaran moral dalam novelnya. Riset yang sangat mendalam sangat tergambar dari caranya dalam mendeskripsikan suatu kejadian yang sangat banyak berhubungan dengan ilmu fisika. Hal ini membuat novel ini tak hanya sekedar bahan bacaan fiksi, tetapi banyak pengetahuan yang dimasukkan untuk memperkuat cerita dalam novel ini.

KELEBIHAN NOVEL
Novel ini banyak membahas tentang ilmu fisika yang kadang susah untuk dipahami di ruang kelas. Bagi orang-orang yang kurang begitu menyukai pelajaran tersebut, maka buku ini bisa menjadi pilihan bacaan untuk memahami fenomena alam yang sering terjadi dan berhubungan dengan ilmu fisika. Novel ini juga sudah menambah pilihan bacaan untuk kalangan remaja. Kelebihan lain dari novel ini adalah ada pelajaran moral di setiap kejadian yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Hal inilah yang menjadi kekuatan novel ini sehingga tidak menjadi bahan bacaan yang hanya sekedar novel, tapi banyak pelajaran moral yang sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

KEKURANGAN NOVEL
Desain cover dari novel yang kurang menarik, padahal isi novelnya sangat bagus. Apalagi novel ini lebih diperuntukkan bagi kalangan remaja.


Jumat, 07 Oktober 2016

Untuk Seorang Adik

Bismillah...

Aku lupa kapan tepatnya. Aku hanya mengingat sesosok perempuan yang membuka acara seminar saat itu. Ngobrol tak pernah, hanya sesekali bertanya terkait dengan acara saat itu. Setelah acara itu pun aku harus langsung balik ke Makassar dan tak ada lagi komunikasi.

Hingga akhirnya takdir mengantarkanku untuk mengisi seminar ke Kabupaten Bantaeng. Tiba-tiba dua orang perempuan menghampiriku. Pertama, bernama Rina. Aku mengenalnya karena dia pernah mengunjungiku di hotel untuk mengajakku jalan-jalan. Sayangnya, aku sudah cukup lelah untuk itu. Mudah-mudahan masih ada kesempatan untuk memenuhi kesempatan yang tertunda kemarin ya dek. Kedua, aku belum tahu namanya tapi pernah melihatnya. Akhirnya, dia menyapaku, "Kak, saya yang kemarin jadi MC di acara seminar yang di Bulukumba!!!".

Jujur saja, sangat terkejut saat mengetahui mereka datang rame-rame dari Bulukumba. Aku seperti menemukan saudara lama yang baru berjumpa kembali.

Hingga akhirnya ada skenario sharing, jujur aku tak pernah tahu rencana itu. Sempat melihat keraguan di wajahmu, tapi aku pun ingin belajar dari semua pengalaman hijrahmu. Ketika cerita itu mengalir dari lisanmu, tak pernah kubayangkan seperti itu kisah pencarian cinta sejatimu dek.

Yaaa....
Perkenalkan, salah satu adikku Sitti Nisma Razak. Sosoknya yang sederhana, santun, lembut, dan sesekali kocak juga. Pertemuan denganmu bukanlah kebetulan, tetapi sebuah skenario dari Allah. Mungkin ada yang pernah dapat kenalan baru tapi serasa sudah kenal lama? Dan aku menemukan itu pada dirimu, saudari perempuan yang dikirimkan oleh Allah untukku. Mungkin inilah yang disebut oleh ustadz Salim A. Fillah bahwa "ketika dua orang bersaudara karena Allah ketika mereka bertemu dan langsung bisa cocok, itu karena adanya kesamaan ruhiyah di antara mereka. Dan ketika mereka berselisih, maka boleh jadi salah satu di antaranya atau keduanya sedang mengalami kefuturan."

Pertemuan denganmu adalah salah satu nikmat yang harus kusyukuri dari Allah. Sejak mendengar kisah hijrahmu dek, semakin membuatku belajar untuk tidak menyia-nyiakan setiap nikmat dari Allah. Maka teruslah berbagi, boleh jadi akan ada yang mendapat hidayah dari kisah perjalanan hidupmu. Kita tak pernah tahu di bagian mana orang-orang akan tersentuh. Maka teruslah berdakwah karena tugas kita hanyalah menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Selebihnya biarlah menjadi urusan Allah karena DIA-lah yang punya hak priogratif untuk memberikan hidayah.

Ikatan yang ada di antara kita adalah ukhuwah karena Allah. Dan di dalam ikatan ini rasanya seperti kadang manis, asam, atau pahit. Bagaimana pun rasanya, aku hanya selalu berharap diri ini adalah salah satu dari yang engkau sebutkan dalam lantunan doa-doa panjang untuk saudari-saudarimu. Bukankah kita memperbanyak saudara agar kelak akan ada yang tetap mendoakan kita ketika waktunya telah tiba?

Ketika kelak engkau sudah sampai di surgaNya Allah dan engkau belum menemukanku, kumohon carilah diriku yang hina ini. Tariklah aku ke surga bersamamu dek. Karena sungguh sejak Allah mempertemukan kita, maka ketika itu pula aku mencintaimu karena Allah. Berharap kita tak hanya bersama di dunia, tapi hingga di surgaNya kelak.

Wallahu a'lam bi shawab

#Proyek menulis ini untuk adikku, Nisma. Maafkan diriku yang lalai ini dek karena baru sempat memenuhi janjiku padamu. Semoga tidak mengurangi ukhuwah di antara kita.
Teruslah menulis...
Aku selalu menunggu tulisan-tulisan penuh hikmah darimu dek
Uhibbukifillah adik sholehah ^_^

Jumat, 19 Agustus 2016

BELAJAR DARI SEMANGAT PERJUANGAN OWI & BUTET



Baru-baru ini, Indonesia mendapat kado terindah di ulang tahun kemerdekaannya. Atlet bulu tangkis ganda campuran berhasil memberikan kado medali emas dan membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di olimpiade Rio Da Janeiro 2016, Tantowi Ahmad & Liliyana Natsir. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari perjuangan mereka hingga mendapatkan gelar sebagai pemenang. 

Pertama, jadilah investor kebaikan di bidang kita masing-masing. Maksimalkan semua potensi di bidang kita masing-masing. Teringat taujih seorang ustadz, “Untuk membuat Indonesia terbang tinggi, maka kita butuh sayap-sayap yang kuat. Sayap-sayap itu adalah kerja sama orang-orang Indonesia di semua bidang. Hingga tak ada lagi kotak-kotak. Dalam artian orang yang ahli di bidang ekonomi, tak mau bekerja sama dengan orang-orang di bidang pendidikan, politik, dsb.” So, dimana pun kita berkarya mengisi kemerdekaan, maka maksimalkan semua potensi Anda disana. Tak perlu  menghabiskan waktu untuk saling menyalahkan, tetapi terus bersinergi dalam kebaikan untuk memberikan yang terbaik.

Kedua, untuk mencapai satu tujuan kita tetap butuh orang lain. Pemain sehebat Owi & Butet tetap butuh seorang pelatih. Meskipun mereka sudah hebat, mereka tetap butuh seorang pelatih untuk melihat kekurangannya. Mereka tetap butuh seorang pelatih yang selalu mensupport mereka disaat mereka sedang turun semangatnya. Pun begitu dalam kehidupan kita. Sehebat apapun kita, kita tetap butuh orang lain untuk selalu mengingatkan dan saling menguatkan dalam perjalanan kehidupan ini. Itulah kekuatan berjamaah. Dan pelatih itu kusebut Sang Murobbi. Seseorang yang sudah memberikan waktu, pikiran, dan ilmunya hanya untuk binaannya. Rela memberikan waktunya hanya untuk mendengarkan curhatan tidak penting bahkan terkadang rela meninggalkan anaknya yang sakit hanya untuk berbagi ilmu dengan orang-orang yang tak punya hubungan darah denganmu. Semoga Allah selalu menjaga guru-guru yang pernah dikirimkan oleh Allah dalam kehidupanku.

Ketiga, hidup ini adalah sebuah pilihan. Mau menjadi seperti Owi dan Butet atau hanya menjadi penonton yang “jago” berkomentar. Alhamdulillah, kalau komentarnya positif, tapi kalau komentarnya malah menjatuhkan? So, hidup itu terkadang soal pilihan mau menjadi pemain kehidupan atau hanya menjadi penonton. Maka pilihlah menjadi pemain kehidupan, pemain yang siap menghadapi setiap tantangan dengan penuh keyakinan bahwa janji Allah itu pasti. Ketika orang lain memilih menjadi orang yang selalu meminta bukti, maka jadilah orang yang memberikan bukti. Ketika orang lain memilih untuk menjadi komentator terbaik dalam hidupmu, maka jadilah pemain terbaik dalam kehidupanmu. Jangan habiskan waktumu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Cukup bandingkan hidupmu hari ini dengan kemarin, adakah perubahan yang lebih baik atau sama saja? Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi kawan. Hidup hanya sekali, maka buatlah menjadi berarti.

Keempat, saya sempat menonton wawancara Owi & Butet setelah kemenangan. Salah satu hal yang menarik buat saya, ketika mereka bercerita tentang semua pengorbanannya. Ketika mereka ditanya, “apa yang akan kalian lakukan setelah kemenangan ini?”. Jawaban Butet simple, “saya ingin menikmati semua kemenangan ini dulu karena banyak pengorbanan yang sudah kami lakukan untuk sampai di titik ini.” Yaa, hidup itu tentang sebuah pengorbanan karena untuk meraih sebuah kesuksesan dibutuhkan kesabaran yang tak berujung. Bukankah sabar itu batasnya adalah langit dan langit tak ada batasnya. Dan kemenangan seorang pejuang kehidupan adalah ketika dia bisa menikmati istirahatnya di surgaNya Allah. 

Sekali lagi selamat untuk Owi & Butet yang sudah memberikan kado terindah di Milad Indonesia tahun ini. Kita mungkin tak saling mengenal, tapi semangat kalian sudah menginspirasi banyak anak muda di negeri ini untuk mengukir jejak-jejak positif di bidang mereka masing-masing. 

“... bisa jadi kenyataan hari esok adalah impian kita hari ini...” (Hasan Al Banna)

Wallahu a’lam bi shawab

Rabu, 17 Agustus 2016

MERDEKA ITU...

Membaca postingan teman-teman tentang makna kemerdekaan, jadi geli sendiri bacanya. Ternyata macam-macam makna kemerdekaan buat mereka. Bagi yang masih berkutat dengan tugas akhir, maka merdeka itu adalah ketika bisa lepas dari yang namanya skripsi, tesis, atau pun disertasi yang ngga kelar-kelar. Bagi yang masih harus masuk kerja, maka merdeka itu adalah ketika bisa menikmati liburan sehari dan lepas sejenak dari rutinitas kerjaan yang menumpuk. Ada juga nih yang nulis, "merdeka itu adalah ketika bisa tidur sepuasnya tanpa gangguan tugas atau pun kerjaan". Nahhh para jomblo pun ngga mau ketinggalan. Ada yang nulis, merdeka itu ketika gw bisa MERried alias married dengan kamu. Kalau ini kayaknya lagi baper tingkat dewa. But sedikit komen ya sob, buat kamu yang lagi baper, merdeka itu ketika hati kamu benar-benar merdeka hanya untuk Allah sob. In syaa Allah hidupmu bakalan tenang karena semuanya hanya untuk Allah. Udah yaaa, lanjut lagi dehhh...

Nahhh, ketika semua orang beramai-ramai menulis tentang makna kemerdekaan, saya teringat dengan kisah salah satu sahabat Rasulullah saw yaitu Bilal bin Rabah. Kisah ketika Beliau disiksa oleh kaum kafir Quraisy dibawah teriknya matahari. Saat itu kaum kafir menyiksanya agar Bilal meninggalkan agama islam yang baru saja dipeluknya. Namun, apa yang dilakukan oleh Bilal. Semakin beliau disiksa, maka lisannya terus saja mengucapkan “ahad... ahad... ahad..!!!”. Bilal lebih memilih mati daripada harus meninggalkan agama Allah. Sedikit pun Bilal tak takut mati saat itu. Bilal malah lebih takut jika harus menyekutukan Allah swt.

Belajar dari kisah Bilal Bin Rabah, maka merdeka itu ketika semua cintamu hanya untuk Allah...
Merdeka itu ketika seluruh hidupmu telah engkau berikan hanya untuk mengabdi kepadaNya...
Merdeka itu ketika engkau tak lagi diperbudak oleh dunia...
Bilal memang seorang budak, tetapi Beliau adalah budak Allah bukan budak dunia...

Dan merdeka itu adalah ketika kaki ini sudah berada di surgaNya Allah...
Merdeka itu ketika bisa berjumpa dengan Allah, alasan untuk semua perjalanan dan perjuangan panjang karenaNya...
Merdeka itu ketika bisa berjumpa dengan teladan kita Rasulullah saw, sosok yang selalu menguatkan lewat kisah perjuangannya ketika semangat mulai menurun...

Maka teruslah berbuat baik menyiapkan bekal terbaik untuk sebuah perjalanan panjang menuju kampung halaman, kampung surga...
Maka teruslah berkarya mengisi kemerdekaan, menjadi manusia bermanfaat untuk orang di sekitar kita demi mendapatkan ridhoNya...
Maka teruslah bergerak melangkah ke depan, karena hidup hanya sekali maka buatlah menjadi berarti...

Karena untuk membuat perubahan besar harus dimulai dari hal-hal yang kecil dan harus kita yang memulainya terlebih dahulu tanpa ada kata nanti, nanti, dan nanti...

Wallahu a'lam bi shawab

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...