Sabtu, 08 Juli 2017

HARI PATAH HATI NASIONAL VS HARI PATAH HATI INTERNASIONAL



Apa yang terlintas pertama kali di pikiran teman-teman saat membaca judul tulisan ini? Percaya tidak percaya, saya mendapatkan ide judul tulisan ini dari status seorang akhwat. Dan yang cukup membuat saya sedih adalah akhwat yang menuliskannya adalah akhwat ngaji. Sebelumnya saya mohon maaf jika tulisan kali ini sedikit frontal. Saya mulai khawatir dengan kondisi “negara api” yang mulai menyerang sehingga mulai menggoyahkan kekuatan para akhwat yang senantiasa berikhtiar menjaga izzahnya.
Setelah beberapa hari status yang berhubungan dengan judul di atas berseliweran di beberapa sosmed. Reaksi teman-teman netizen dengan pernikahan seorang pemuda hafidz dan juga rencana pernikahan Song Couple, lumayan menyita perhatian netizen di beberapa sosmed. Ada beberapa point yang bisa kita petik pelajarannya.


Pertama, ketika pertama kali Si Ikhwan yang di sosmednya kebanyakan tentang rekaman hafalannya tiba-tiba langsung nge-share undangan.  Belajarlah dari kisah mereka sob. Tiap hari nge-share kebaikan langsung kasi undangan, ngga ada yang diumbar. Kisah ini semoga bisa menjadi inspirasi untuk pemuda zaman sekarang tentang bagaimana anak muda harusnya mengisi waktunya dengan kebaikan-kebaikan, bukan dengan pacaran yang jelas-jelas melanggar perintah Allah. Kalau mau belajar lebih banyak lagi,maka belajarlah dari kisah Rasulullah saw dan para sahabat. Belajarnya dimana kak? Ayooo,kita ngaji bareng. Kalau mau belajar  yang banyak lagi  tentang islam, boleh komen disini. Entar saya cariin ustadz atau ustadzah yang bisa berbagi dengan kalian. Tenanggg mereka anak muda juga loo, gaul juga. Tapi in syaa Allah gaulnya di Masjid yang selalu belajar tentang Al Qur’an dan Sunnah.


Nah kembali ke judul di atas, buat para akhwat, jagalah hatimu seperti Fatimah yang senantiasa menjaga hatinya bahkan sampai syaithon tak tahu perasaannya. Semua hanya disampaikannya kepada Allah, bukannya malah mengumbar semua isi hatimu di sosmed. Bayangin aja, sekarang aja kamu ngga bisa menjaga apa yang seharusnya tidak diketahui publik, bagaimana nanti kalau sudah menikah.  Bisa jadi semua masalah rumah tanggamu akan jadi konsumsi teman2 sosmedmu. Maka belajarlah dari sekarang untuk memantaskan diri menjadi calon isteri dan calon ibu yang senantiasa menjaga izzahnya. Dan untuk kaum Adam,ngga usah ngomong suka kalau memang belum siap menikahi. Mending siapin diri menjadi calon imam dan calon ayah yang baik. Kalau merasa malu dianggap ngga bisa punya pacar, ngga apa-apalah. Pilih mana, malu dihadapan manusia atau malu dihadapan Allah? “Tapi kita pacaran islami koq kak? Setiap malam dibangunin tahajjud!!” HALOOOO, ANTUM SEHAT???  Kalau sudah ada pacaran islami, tunggu aja nanti ada mencuri islami, ghibah islami, tabarruj islami,dst.


Kedua, kalau ini saya dapat dari kajian seorang ustadz yang pernah menghabiskan waktunya di jazirah Arab. Nasehat Beliau seperti ini, “Ngga usah merasa bangga dengan menjadi seorang hafidz. Karena yang terpenting selain dari menghafalkan adalah MENGAMALKAN DAN MENGAJARKAN AL QUR’AN. Maka ngga usah merasa puas dengan menghafalkan Al Qur’an, karena di Arab Saudi penghafal Al Qur’an itu adalah sesuatu yang biasa karena disana memang sudah menjadi kebiasaan mereka. Yang susah sekarang ini adalah ketika ikhwa ditanya ANTUM SUDAH PUNYA BINAAN BERAPA ORANG? SUDAH PUNYA BINAAN BERAPA KELOMPOK? ” bagian ini silahkan disimpulkan sendiri ^_^


Ketiga, jodoh itu adalah cermin. Boleh jadi calon isteri si Ikhwan kemarin adalah juga seorang hafidzah atau boleh jadi salah satu syarat yang ada di proposal mereka adalah memang sudah hafal 30 juz. Nah, pertanyaannya sekarang sudah punya hafalan belum?


Keempat, maaf beribu maaf untuk point ini. Sahabatku,  ketika engkau memutuskan untuk HIJRAH, maka itu artinya ENGKAU SIAP MENINGGALKAN SEMUA HAL-HAL YANG BISA MELALAIKANMU DARI MENGINGAT ALLAH. Tanpa teman-teman sadari film-film drakor yang sampai membuat engkau begadang sampai ngga ada tidur adalah bagian dari GHAZWUL FIQR atau PERANG PEMIKIRAN untuk membuatmu jauh dari Al Qur’an. “Koq bisa?” Ketika nonton drakor, apakah waktu sholatmu terjaga? Saya hanya membayangkan ketika sekarang sudah terbiasa nonton drakor,kelak ketika engkau sudah menikah lalu anak-anakmu melihat aktivitasmu kebanyakan nonton drakor lalu kamu mimpi pengen punya anak penghafal Al Qur’an kayak Muzammil? Lagi-lagi saya nanya, “KAMU SEHAT?”

 “Tapi saya ngga bisa kak kalau tidak nonton korea?” Saya tahu bahwa proses hijrah itu butuh waktu,maka berproseslah cepat. Karena engkau sedang berhadapan dengan waktu yang bisa menikammu kapan aja. Siapa yang bisa menjamin bahwa engkau masih hidup esok hari? Biasanya kematian akan menjemput kita seperti kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Maka bayangkan jika malaikat Maut datang menjemputmu ketika engkau sedang menonton drama Korea. Pikirkanlah baik-baik kawan. Hidup itu tentang seni. Seni menyiapkan kematian terbaik dan terindah dimana Allah merindukanmu, penduduk langit senantiasa menggosipimu karena amalan kebaikanmu, dan jannahNya menantimu.


Ahh kamu Baper banget Boni sampai nulis kayak gini....
Iyaaa, saya emang Baper. Bapernya udah akut. BAPERnya, BARisan Pengikut Rasulullah. Itulah mengapa saya membuat tulisan ini. Please jagalah izzahmu ukhti, apalagi jika engkau sudah ngaji. Jika tak ada perubahan dalam diri kita, lalu apa bedanya dengan mereka yang ngga ngaji? Itulah konsekuensi dari sebuah proses HIJRAH. Meninggalkan semua kesenangan duniawi yang terlihat fana demi sebuah kehidupan yang abadi, di kampung surga. Bayangkan jika ada temanmu yang ingin mengikuti proses hijrahmu,lalu tiba-tiba membaca statusmu dan membuat dia merasa tak ada perbedaan kehidupanmu yang dulu dengan sekarang hingga akhirnya dia memutuskan untuk mundur. Dan untuk yang sedang berproses hijrah, jangan menyimpulkan tentang proses hijrah dari status teman-temanmu yang mungkin kemarin khilaf. Belajarlah islam dari Al Qur’an dan sunnah Rassulullah saw karena mereka pun sedang berproses untuk menjadi lebih baik. Sungguh hijrah itu adalah sebuah proses yang berkali-kali. Pertama mungkin hijrah dalam urusan memperbaiki pakaian. Selanjutnya mulai belajar untuk memperbaiki interaksi dengan lawan jenis, lalu belajar meninggalkan tontonan-tontonan yang melalaikan, dan seterusnya.


So, selamat meningkatkan kualitas diri. Semoga ramadhan kemarin masih menyisakan semangat dalam diri-diri kita untuk terus memperbaiki diri dihadapan Allah. Untuk yang baru berniat untuk hijrah,maka sungguh hidayah Allah sudah hadir maka jagalah dia. Sungguh dia sangat mahal. Abaikan komentar orang lain yang tidak suka dengan perubahan kebaikan dalam dirimu. Untuk yang sedang berproses dan diberikan ujian,maka ujian adalah bagian dari kasih sayang Allah untuk menguji seberapa besar cintamu kepada Allah. Untuk yang sedang melihat teman-temannya berproses untuk hijrah, please ngga usah komentar yang menjatuhkan. Sungguh engkau tak pernah tahu apa yang sudah dilaluinya hingga dia berani mengambil keputusan tersebut.


Terakhir, semoga tak ada lagi hari berkabung akhwat nasional karena persoalan yang kayak gini. Fokuslah memantaskan diri untuk Allah,maka Allah yang akan memperbaiki kehidupan masa depanmu. Dan sebaik-baik persiapan kehidupan adalah menyiapkan kehidupan yang khusnul khatimah. So, jaga postingan-postinganmu ya sob karena kelak setiap detik, setiap perbuatan, setiap kata yang engkau tulisakan akan dimintai pertanggungjawaban. Biasakan untuk cerita ke Allah sampai hal-hal yang sepele sekali pun. Seperti sahabat di zaman Rasulullah saw yang mengadukan sendalnya yang putus kepada Allah.


Wallahu a’lam bi shawab
#ditulis ketika sudah mendengarkan cerita proses hijrah seorang sahabat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...