Apa yang terlintas pertama kali di pikiran teman-teman saat
membaca judul tulisan ini? Percaya tidak percaya, saya mendapatkan ide judul
tulisan ini dari status seorang akhwat. Dan yang cukup membuat saya sedih adalah
akhwat yang menuliskannya adalah akhwat ngaji. Sebelumnya saya mohon maaf jika
tulisan kali ini sedikit frontal. Saya mulai khawatir dengan kondisi “negara
api” yang mulai menyerang sehingga mulai menggoyahkan kekuatan para akhwat yang
senantiasa berikhtiar menjaga izzahnya.
Setelah beberapa hari status yang berhubungan dengan judul
di atas berseliweran di beberapa sosmed. Reaksi teman-teman netizen dengan
pernikahan seorang pemuda hafidz dan juga rencana pernikahan Song Couple,
lumayan menyita perhatian netizen di beberapa sosmed. Ada beberapa point yang
bisa kita petik pelajarannya.
Pertama, ketika pertama kali Si Ikhwan yang di sosmednya kebanyakan
tentang rekaman hafalannya tiba-tiba langsung nge-share undangan. Belajarlah dari kisah mereka sob. Tiap hari
nge-share kebaikan langsung kasi undangan, ngga ada yang diumbar. Kisah ini
semoga bisa menjadi inspirasi untuk pemuda zaman sekarang tentang bagaimana
anak muda harusnya mengisi waktunya dengan kebaikan-kebaikan, bukan dengan
pacaran yang jelas-jelas melanggar perintah Allah. Kalau mau belajar lebih
banyak lagi,maka belajarlah dari kisah Rasulullah saw dan para sahabat. Belajarnya
dimana kak? Ayooo,kita ngaji bareng. Kalau mau belajar yang banyak lagi tentang islam, boleh komen disini. Entar saya
cariin ustadz atau ustadzah yang bisa berbagi dengan kalian. Tenanggg mereka
anak muda juga loo, gaul juga. Tapi in syaa Allah gaulnya di Masjid yang selalu
belajar tentang Al Qur’an dan Sunnah.
Nah kembali ke judul di atas, buat para akhwat, jagalah
hatimu seperti Fatimah yang senantiasa menjaga hatinya bahkan sampai syaithon
tak tahu perasaannya. Semua hanya disampaikannya kepada Allah, bukannya malah
mengumbar semua isi hatimu di sosmed. Bayangin aja, sekarang aja kamu ngga bisa
menjaga apa yang seharusnya tidak diketahui publik, bagaimana nanti kalau sudah
menikah. Bisa jadi semua masalah rumah
tanggamu akan jadi konsumsi teman2 sosmedmu. Maka belajarlah dari sekarang
untuk memantaskan diri menjadi calon isteri dan calon ibu yang senantiasa
menjaga izzahnya. Dan untuk kaum Adam,ngga usah ngomong suka kalau memang belum
siap menikahi. Mending siapin diri menjadi calon imam dan calon ayah yang baik.
Kalau merasa malu dianggap ngga bisa punya pacar, ngga apa-apalah. Pilih mana,
malu dihadapan manusia atau malu dihadapan Allah? “Tapi kita pacaran islami koq
kak? Setiap malam dibangunin tahajjud!!” HALOOOO, ANTUM SEHAT??? Kalau sudah ada pacaran islami, tunggu aja
nanti ada mencuri islami, ghibah islami, tabarruj islami,dst.
Kedua, kalau ini saya dapat dari kajian seorang ustadz yang
pernah menghabiskan waktunya di jazirah Arab. Nasehat Beliau seperti ini, “Ngga
usah merasa bangga dengan menjadi seorang hafidz. Karena yang terpenting selain
dari menghafalkan adalah MENGAMALKAN DAN MENGAJARKAN AL QUR’AN. Maka ngga usah
merasa puas dengan menghafalkan Al Qur’an, karena di Arab Saudi penghafal Al
Qur’an itu adalah sesuatu yang biasa karena disana memang sudah menjadi
kebiasaan mereka. Yang susah sekarang ini adalah ketika ikhwa ditanya ANTUM
SUDAH PUNYA BINAAN BERAPA ORANG? SUDAH PUNYA BINAAN BERAPA KELOMPOK? ” bagian
ini silahkan disimpulkan sendiri ^_^
Ketiga, jodoh itu adalah cermin. Boleh jadi calon isteri si
Ikhwan kemarin adalah juga seorang hafidzah atau boleh jadi salah satu syarat
yang ada di proposal mereka adalah memang sudah hafal 30 juz. Nah,
pertanyaannya sekarang sudah punya hafalan belum?
Keempat, maaf beribu maaf untuk point ini. Sahabatku, ketika engkau memutuskan untuk HIJRAH, maka
itu artinya ENGKAU SIAP MENINGGALKAN SEMUA HAL-HAL YANG BISA MELALAIKANMU DARI MENGINGAT
ALLAH. Tanpa teman-teman sadari film-film drakor yang sampai membuat engkau
begadang sampai ngga ada tidur adalah bagian dari GHAZWUL FIQR atau PERANG
PEMIKIRAN untuk membuatmu jauh dari Al Qur’an. “Koq bisa?” Ketika nonton
drakor, apakah waktu sholatmu terjaga? Saya hanya membayangkan ketika sekarang
sudah terbiasa nonton drakor,kelak ketika engkau sudah menikah lalu anak-anakmu
melihat aktivitasmu kebanyakan nonton drakor lalu kamu mimpi pengen punya anak
penghafal Al Qur’an kayak Muzammil? Lagi-lagi saya nanya, “KAMU SEHAT?”
“Tapi saya ngga bisa
kak kalau tidak nonton korea?” Saya tahu bahwa proses hijrah itu butuh
waktu,maka berproseslah cepat. Karena engkau sedang berhadapan dengan waktu
yang bisa menikammu kapan aja. Siapa yang bisa menjamin bahwa engkau masih hidup
esok hari? Biasanya kematian akan menjemput kita seperti kebiasaan yang kita
lakukan sehari-hari. Maka bayangkan jika malaikat Maut datang menjemputmu
ketika engkau sedang menonton drama Korea. Pikirkanlah baik-baik kawan. Hidup itu
tentang seni. Seni menyiapkan kematian terbaik dan terindah dimana Allah merindukanmu,
penduduk langit senantiasa menggosipimu karena amalan kebaikanmu, dan jannahNya
menantimu.
Ahh kamu Baper banget Boni sampai nulis kayak gini....
Iyaaa, saya emang Baper. Bapernya udah akut. BAPERnya, BARisan
Pengikut Rasulullah. Itulah mengapa saya membuat tulisan ini. Please jagalah
izzahmu ukhti, apalagi jika engkau sudah ngaji. Jika tak ada perubahan dalam
diri kita, lalu apa bedanya dengan mereka yang ngga ngaji? Itulah konsekuensi
dari sebuah proses HIJRAH. Meninggalkan semua kesenangan duniawi yang terlihat
fana demi sebuah kehidupan yang abadi, di kampung surga. Bayangkan jika ada
temanmu yang ingin mengikuti proses hijrahmu,lalu tiba-tiba membaca statusmu
dan membuat dia merasa tak ada perbedaan kehidupanmu yang dulu dengan sekarang hingga
akhirnya dia memutuskan untuk mundur. Dan untuk yang sedang berproses hijrah,
jangan menyimpulkan tentang proses hijrah dari status teman-temanmu yang
mungkin kemarin khilaf. Belajarlah islam dari Al Qur’an dan sunnah Rassulullah saw
karena mereka pun sedang berproses untuk menjadi lebih baik. Sungguh hijrah itu
adalah sebuah proses yang berkali-kali. Pertama mungkin hijrah dalam urusan
memperbaiki pakaian. Selanjutnya mulai belajar untuk memperbaiki interaksi
dengan lawan jenis, lalu belajar meninggalkan tontonan-tontonan yang
melalaikan, dan seterusnya.
So, selamat meningkatkan kualitas diri. Semoga ramadhan
kemarin masih menyisakan semangat dalam diri-diri kita untuk terus memperbaiki
diri dihadapan Allah. Untuk yang baru berniat untuk hijrah,maka sungguh hidayah
Allah sudah hadir maka jagalah dia. Sungguh dia sangat mahal. Abaikan komentar
orang lain yang tidak suka dengan perubahan kebaikan dalam dirimu. Untuk yang
sedang berproses dan diberikan ujian,maka ujian adalah bagian dari kasih sayang
Allah untuk menguji seberapa besar cintamu kepada Allah. Untuk yang sedang
melihat teman-temannya berproses untuk hijrah, please ngga usah komentar yang
menjatuhkan. Sungguh engkau tak pernah tahu apa yang sudah dilaluinya hingga
dia berani mengambil keputusan tersebut.
Terakhir, semoga tak ada lagi hari berkabung akhwat nasional
karena persoalan yang kayak gini. Fokuslah memantaskan diri untuk Allah,maka
Allah yang akan memperbaiki kehidupan masa depanmu. Dan sebaik-baik persiapan
kehidupan adalah menyiapkan kehidupan yang khusnul khatimah. So, jaga
postingan-postinganmu ya sob karena kelak setiap detik, setiap perbuatan,
setiap kata yang engkau tulisakan akan dimintai pertanggungjawaban. Biasakan untuk
cerita ke Allah sampai hal-hal yang sepele sekali pun. Seperti sahabat di zaman
Rasulullah saw yang mengadukan sendalnya yang putus kepada Allah.
Wallahu a’lam bi shawab
#ditulis ketika sudah mendengarkan cerita proses hijrah
seorang sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar