Bismillah...
Mulai hari ini aku mau menjalankan proyek pribadiku, menulis tentang orang-orang yang kusayangi. Tulisanku selama ini tentang Mama dan Bapak. Tiba-tiba aku pengen menulis tentang enam lelaki yang selalu mengisi hidupku. Semoga suatu hari mereka membacanya.
Tulisan pertamaku ini aku ingin bercerita tentang kakakku yang kedua. Bukan berarti dia yang paling kusayang, tetapi ada kejadian yang baru saja kualami bersamanya. Jadi momentnya lagi pas banget.
Amri Mahmud, kakakku yang kedua. Aku biasa memanggilnya Daeng Ame'. Saat kecil aku tak memiliki waktu yang banyak bersamanya. Saat memoriku sudah bisa merekam dengan baik, dia sudah kuliah ke Makassar. Hal yang paling kuingat adalah ketika aku membutuhkan buku pelajaran yang tak bisa kudapatkan di Sinjai, maka dia yang akan membelikannya untukku. Tak banyak yang bisa kuingat karena jarak usia kami yang cukup jauh dan kami tidak tumbuh bersama melewati masa anak-anakku.
Daeng Ame', orang pertama yang mengizinkanku kuliah ke Jawa. Sejak SMA aku pengen merantau, tetapi selalu terkendala di izin. Bapak tak pernah memberiku izin kuliah ke Jawa kalau gak ada yang menemani. Namun, saat aku dinyatakan lulus di UNJ maka Daeng Ame' yang pertama kali mendukungku. Dia pula yang membantuku membujuk Mama untuk mengizinkanku. Pesannya untuk menjaga diri selama di Jakarta selalu diulang-ulang.
Mungkin benar kata orang-orang bahwa jarak yang akan mengajarkan kita kalau kita sangat menyayangi orang-orang yang kita tinggalkan. Di saat kami dipisahkan oleh jarak, justru kami semakin dekat. Aku yang dulunya lebih memilih menyimpan semua masalah, menjadi lebih terbuka sama dia. Setiap kali menelpon dia selalu menanyakan dua hal, bagaimana kabar kuliahku dan sudah ada calonkah? Hahahaha...
Ahhh kakakku sayang, mengapa engkau tak pernah percaya bahwa adikmu ini tak punya pacar sama sekali. Dia selalu mengira kalau aku punya pacar tetapi tak pernah mau cerita. Hingga akhirnya aku meyakinkan dia bahwa anggapannya selama ini salah dan akhirnya dia percaya juga.
Daeng Ame', kakakku yang sejak dulu ingin sekali melihatku menikah. Sejak kepergian Bapak, Dia selalu memikirkan diriku yang katanya menjadi tanggung jawabnya dia. Aku terharu mendengar penuturannya. Sampai segitunyakah engkau memikirkan diriku. Sementara aku tak pernah memikirkan hal yang satu itu. Aku selalu meyakinkan dia kalau jodoh, rezeki, dan usia itu rahasia Allah. Biarlah Allah yang mengaturnya. Aku selalu mengingat nasehatnya, "Dulu saya menikah dek, belum ada pekerjaanku. Tetapi saya bismillah saja semua untuk ibadah. Alhamdulillah, dua bulan setelah menikah rezeki dari Allah berdatangan. Maka jaga terus keyakinanmu sama Allah. Membangun rumah tangga itu tak mudah. Tak ada orang yang bisa langsung sukses dalam rumah tangga, tapi kalau kamu yakin sama Allah, maka Dia akan memberikanmu kemudahan."
Yaaa, boleh dibilang dirimu yang paling sering memberiku taujih pernikahan. Ckckckck...
Daeng Ame', salah satu orang yang kurang mendukungku saat aku berhijrah. Apalagi saat aku memutuskan melebarkan jilbabku. Aku masih ingat saat engkau bertanya aku masuk aliran apa. Lagi-lagi waktu yang menjawab semuanya. Akhirnya engkau menjadi salah satu orang yang menjagaku bahkan hingga dalam hal-hal yang kecil.
To the point. Kalau ada yang tidak disukainya langsung disampaikan. Tetapi akhir-akhir ini aku merasa dirimu semakin bijak. Engkau mengajakku berdiskusi dan meminta pendapatku dalam segala hal membuatku merasa bahwa engkau sudah melihatku sebagai perempuan dewasa. Bukan lagi adik kecilmu yang harus selalu engkau jaga.
Kakakku sayang...
Hari ini ada kejadian yang menarik buatku. Saat aku sedang membuat slide presentasi, tiba-tiba dia memintaku untuk memijitnya. Dia sangat kelelahan setelah seharian bekerja. Aku pun melakukannya. Aku hanya tersenyum saat memijitnya. Aku sedang berpikir kapan terakhir kali aku melakukan hal ini kepadamu. Seingatku waktu aku masih SMP atau SMA. Dan sekarang tiba-tiba engkau ingin aku melakukannya. Ahhh, kakakku. Tahukah engkau betapa bahagianya diriku. Aku kadang berpikir ingin terus menjadi perempuan kecilmu. Memijitmu sambil mengusiliku. Yaaa, mungkin kamu yang paling usil setelah Daeng Iping. Paling suka menjahiliku hingga membuatku kesal. Hari ini aku seperti menjadi anak kecil yang dulu diminta oleh bapak untuk dipijit.
Kejadian tadi mengingatkanku pada Bapak. Bapak yang dulu selalu memintaku berdiri di betisnya. Saat itu aku belum mengerti betapa lelahnya dia bekerja seharian demi menyekolahkan kita. Dan sekarang aku melihat itu kembali darimu.
Daeng Ame' yang selalu kusayangi karena Allah...
Satu hal yang selalu kuingat adalah saat engkau menemaniku di moment wisudaku. Aku yang tak pernah mau ikut wisuda, tiba-tiba engkau memintaku demi Mama. Engkau berusaha agar aku tak merasakan kehilangan Bapak. Aku tahu kesibukanmu saat itu, tetapi engkau meluangkan waktumu untuk menemaniku.
Daeng Ame' yang kusayang...
Terima kasih untuk semuanya...
Terima kasih selalu ada ketika aku merindukan Bapak...
Terima kasih selalu mendukungku...
Terima kasih sudah jadi teman diskusiku...
Terima kasih telah membantuku melewati masa-masa sulit...
Hanya Allah yang bisa membalas setiap kebaikan dan kasih sayangmu...
Semoga Allah selalu menjaga keluarga kecil kakak...
Aamiin Ya Rabbal 'alamin...
#Makassar, 4 Desember 2014
Kakakku yang selalu kucintai karena Allah...
Jika kelak engkau membaca tulisan ini, aku tak tahu apakah aku masih di sampingmu ataukah aku telah kembali. Satu pintaku, kumohon hadirkan aku terus dalam doa-doamu. Boni mohon maaf untuk kesalahan yang pernah kubuat atau pun yang pernah membuatmu marah.
Boni sayang K'Ame' karena Allah... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar