Senin, 17 Juli 2017

SETIAP ANAK ADALAH BINTANG



Sebelum memulai materi, saya ingin mengajak bunda-bunda “SholCan” (Sholeh dan Cantik) untuk melakukan kegiatan di bawah ini.

  1. Tuliskan atau cobalah mengingat KEKURANGAN dari anak Anda 
  2.  Tuliskan atau cobalah mengingat KELEBIHAN anak Anda
  3. Tuliskan atau cobalah mengingat pengalaman yang pernah membuat Anda marah/jengkel/kecewa yang berhubungan dengan anak Anda 
  4.  Tuliskan pengalaman atau cobalah mengingat yang pernah membuat Anda bahagia yang berhubungan dengan anak Anda.

Bagaimana bunda? Jika saya boleh mengajukan pertanyaan kembali, mohon dijawab pertanyaan di bawah ini:
  1. Lebih mudah mana, mengingat kelebihan atau kekurangan anak Anda? 
  2. Lebih mudah mana, mengingat kejadian yang membuat Anda tersenyum atau marah kepada anak Anda?

Jika lebih mudah mengingat kelebihan-kelebihan dibanding kekurangannya dan lebih mudah mengingat kejadian yang menyenangkan dibanding yang membuat Anda marah, maka bersyukurlah.Berarti Anda sudah bisa fokus pada kelebihan anak Anda. Tetapi jika lebih mudah mengingat semua kekurangannya, apalagi hal-hal yang membuat Anda sampai marah, maka mari kita sama-sama belajar untuk melihat anak-anak kita dari sisi yang lain.


10 TANDA KEHANCURAN SEBUAH BANGSA“Penelitian Dr. Thomas Lickona”

Berikut ini saya paparkan terlebih dahulu tentang sepuluh tanda kehancuran sebuah bangsa  dari hasil penelitian Dr. Thomas Lickona yang saya kutip dari buku “Fitrah Based Education” karya Ustadz harry Santosa.
1.      Meningkatnya perilaku kekerasan di kalangan pelajar
2.      Penggunaan bahasa yg buruk (ejekan, celaan)
3.      Pengaruh teman lebih kuat dibanding orang tua & guru
4.      Perilaku free sex, merokok, & narkoba
5.      Merosotnya perilaku moral / pribadi egois
6.      Rendahnya rasa hormat pada orang tua, guru, & orang lain
7.      Menurunnya patriotisme
8.      Meningkatnya perilaku merusak kepentingan publik
9.      Ketidakjujuran terjadi dimana-mana
10.    Berkembangnya rasa saling curiga & memusuhi (SARA)


Apakah dari sepuluh tanda tersebut sudah ada di sekitar kita bunda?Jika jawabannya tidak, maka bersykurlah Allah masih menjaga anak-anak kita.Akan tetapi, kondisi ini tidak membuat bahwa tugas kita berhenti.Sungguh tugas kita masih banyak, maka senantiasalah bertawakal kepada Allah. Lalu jika jawabannya ya, maka mari kita perbanyak doa-doa kita agar Allah senantiasa menjaga anak-anak kita karena hanya DIA-lah sebaik-baik penjaga.


KODRAT YANG HILANG PADA DIRI ANAK
Setelah mengetahui sepuluh tanda kehancuran sebuah bangsa, maka sekarang kita akan telusuri apa penyebabnya. Ada yang pernah membaca teori tabularasa yang mengatakan bahwa “anak itu seperti kertas putih, maka akan jadi apa dia kelak itu karena coretan orang tuanya di atas kertas tersebut”.Ini adalah teori lama dan lagi-lagi dikemukakan oleh orang Barat.Saatnya kita kembali kepada Al Qur’an dan hadits termasuk dalam urusan mendidik anak-anak kita.Ketika urusan hari-hari kita selalu berdasarkan tuntunan Al Qur’an dan hadits, lalu mengapa ketika ingin mencari solusi tentang persoalan anak-anak kita sibuk mencari teori-teori lain dan melupakan Al Qur’an?


Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya
(QS. Ar Rum (30) : 30)


Selain itu dalam saebuah hadits juga dikatakan bahwa
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah raberkata Nabi saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu Yahudi, Nashrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?” (HR. Bukhari)


Dari kedua sumber di atas, maka sudah jelas bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Pemaknaan “fitrah” disini ada dua, berdasarkan dari beberapa ulama.Pertama, fitrah artinya anak sudah dilahirkan dalam kondisi Islam, maka yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nashrani, atau Majusi adalah orang tuanya.Kedua, fitrah disini diartikan bahwa anak dilahirkan sudah membawa potensi-potensi kebaikan dalam dirinya.Allah sudah memberikan bekal kepada setiap anak dengan potensi kebaikan.Yang menjadikan potensi tersebut tidak muncul adalah karena orang tuanya atau lingkungan sekitarnya dimana dia tinggal.Apakah Anda sudah yakin bahwa anak lahir sudah membawa potensi kebaikan?Sesekali coba perhatikan bayi yang sedang menangis. Kira-kira apakah seorang ibu pernah mengajari anaknya ketika baru lahir tentang bagaimana cara menangis? Bagaimana cara tersenyum, tertawa, dsb? Bukankah semua bekal itu sudah dimiliki anak sejak lahir dan orang tua tak pernah mengajarinya?Maka yakinlah bahwa Allah sudah memberikan “bekal” ke dalam diri setiap anak dengan potensi-potensi kebaikan berupa minat, bakat, dan kecerdasan.Tugas kitalah sebagai orang tua untuk menumbuhkan semua potensi tersebut, bukan mematikannya. Lalu apa saja fitrah tersebut? Berikut ada delapan fitrah yang dibahas oleh Ustadz Harry Santosa dalam bukunya “Fitrah Based Education” atau Pendidikan Berbasis Fitrah.


1.    FITRAH BERAGAMA
Banyak orang tua atau pun pendidik yang masih memisahkan kehidupan sehari-hari dari agama. Seolah-olah agama hanyalah berisi ritual ibadah. Sebagai contoh, ketika di sekolah menjelang ujian, anak malah dibantu untuk menyontek.Seolah-olah menyontek bukan bagian dari yang diatur oleh agama kita.Padahala jelas-jelas bahwa menyontek adalah salah satu contoh mencuri di dunia pendidikan.Maka apapun aktivitas anak-anak kita, pasti selalu berhubungan dengan agama kita.Islam sudah mengatur segalanya dengan sedemikian rupa untuk menjadi jalan kita agar selamat dunia dan akhirat.


2.    FITRAH BELAJAR
Akademik is number one!!!Hingga ADAB TERLUPAKAN. Inilah yang paling sering ditemukan.Orang tua hanya menghargai anak-anaknya yang rangkingnya masuk tiga besar.Anak yang tidak rangking di kelasnya, maka ditekan untuk belajar hingga diikutkan berbagai macam kursus yang belum tentu diminati oleh anak.Orang tua sibuk meningkatkan kemampuan akademik anaknya, hingga lupa mengajari tentang adab.Maka tanpa disadari kitalah yang sebenarnya mematikan fitrah belajar anak.


3.    FITRAH BAKAT
Anak tidak diberikan kesempatan mengembangkan bakatnya. Anak yang dihargai hanya yang RANGKING!!!Orang tualah yang menentukan profesi anaknya kelak.


4.    FITRAH PERKEMBANGAN
Sebagian besar orang tua, khususnya yang memiliki anak yang duduk di bangku TK dipaksakan untuk bisa CALISTUNG.Padahal secara psikis, usianya belum siap untuk menguasai kemampuan tersebut.Ada juga yang menerapkan pola asuh yang memanjakan anak-anaknya sehingga membuat anak terlambat dewasa.Inilah yang menyebabkan lahirnya “generasi galau”.


5.    FITRAH SEKSUALITAS
Pola asuh yang tidak mempertegas tentang jenis kelamin anak, ayah yang hanya sibuk mencari nafkah hingga lupa bahwa dia juga punya tanggung jawab mendidik anak-anaknya, hingga ibu yang melupakan perannya sebagai MADRASAH PERTAMAbisa menyebabkan anak mengalami kasus LGBT.


6.    FITRAH ALAM
Setiap tahun universitas meluluskan mahasiswanya. Sayangnnya, banyak alumni yang tidak tahu harus kemana setelah lulus kuliah. Bahkan tidak tahu bagaimana membangun kampung halamannya.Maka jangan heran jika setiap tahun jumlah pengangguran meningkat.


7.    FITRAH KEARIFAN & REALITAS MASYARAKAT
Pengasuhan yang tak lagi bisa mampu menjawab permasalahan sosial karena lupa dengan peran masing-masing. Anak-anak juga tumbuh mernjadi pribadi yang anti sosial, tidak peka dengan kondisi yang terjadi di lingkungan masyarakat.Hal ini bisa disebabkan karena pola asuh keluarga atau anak jarang dibawa berwisata ke panti asuhan atau panti jompo.Tempat hiburan yang dikenal anak-anak adalah mall atau pun bioskop.Orang tua jarang membawa anak-anaknya untuk berwisata hati.


8.    FITRAH ZAMAN
Pengaruh gadget yang membuat anak lupa waktu hingga tanpa kita sadari sampai merusak fitrah anak.Gadget bukannya menjadi teman dalam pengasuhan, malah menjadi musuh.Gadget bukannya malah menumbuhkan fitrah anak, tetapi malah merusak fitrah anak. Contoh kasuus, anak yang diberikan kebebasan dalam bermain gadget hingga dia bisa menonton apa saja yang tak pantas untuk dia.


MASA GOLDEN AGE YANG TERABAIKAN

Setelah memahami delapan fitrah perkembangan pada anak, maka sudah seharusnya tumbuh keyakinan dalam diri kita bahwa setiap anak sudah memiliki potensinya masing-masing.Setiap anak adalah bintang di bidangnya masing-masing.Tugas kita adalah menumbuhkan fitrah tersebut dengan memberikannya banyak kesempatan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.Benih padi tidak bisa menjadi tanaman jagung, benih jagung tidak bisa menjadi tanaman padi. Orang tua bisa menuntun, tetapi tidak bisa mendikte apa yang sudah menjadi KODRAT ANAK. Karena itu, anak sudah memiliki fitrahnya, orang tua-lah yang harus banyak bersabar dalam menumbuhkan fitrahnya.


Sekarang kita bahas tentang cara menumbuhkan fitrah tersebut. Caranya dengan memberikan banyak stimulasi, khususnya ketika anak dalam masa-masa keemaasan perkembangannya. Masa golden age tersebut di usia sejak lahir sampai 8 tahun. Pada saat itu otak anak seperti spons.Pernah melihat spons yang disiram air? Ketika spons tersbeut diperas, maka banyak air yang keluar. Seperti itulah otak anak.Apa yang dilihat, didengar, hingga yangn dirasakannya diserap oleh otaknya. Oleh karena itu, berikanlah teladan yang baik karena anak adalah peniru yang ulung.Anak bukan pendengar yang baik. 1000 kali Anda menyuruh dia sholat tidak akan mempan dibanding dengan Anda memberikan contohnya langsung dengan mengajak dia sholat berjama’ah.


PENDIDIKAN YANG MENANAMKAN ATAU MENUMBUHKAN?

Ini pertanyaan terakhir dari saya, mau menerapkan pendidikan yang menanamkan atau menumbuhkan?
Pendidikan yang menanamkan adalah pendidikan yangn dikendalikan oleh orang tua. Anak mengikuti semua obsesi orang tua, tanpa pernah bertanya kepada mereka tentangapa yang mereka minati atau apa yang mereka tidak sukai. Sementara pendidikan yang menumbuhkan adalah orang tua memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk menumbuhkan fitrah anak yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka.Membantu anak untuk menemukan minat dan bakat mereka hingga mereka tumbuh menjadi bintang di bidangnya masing-masing. Hingga tak ada lagi kalimat yang terlontar bahwa Si A lebih hebat dari Si B, tetapi yang ada adalah Si A ahli di bidang IT sementara si B ahli di bidang olahraga. Tak ada lagi orang tua yang sibuk menutup lubang, tetapi lebih sibuk menggali lubang.Artinya, tak ada lagi orang tua yang sibuk mencari-cari kekurangan anaknya dan berusaha menutupinya.Tetapi yang ada adalah orang tua sibuk menggali terus potensi-potensi kebaikan dari anak yang boleh saja masih tertutupi atau belum kelihatan karena anak belum diberikan kesempatan untuk mencoba.Karena pendidikan seharusnya tidakmenyamaratakan anak, tetapi memahami keistimewaan anak dan mengembangkannya.

Wallahu a’lam bi shawab

DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an
Santosa, Harry. Fitrah Based Education. Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur, 2016.
Setiawan, Bukik. Anak Bukan Kertas Kosong. Jakarta: PandaMedia, 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...