Sebelum memulai materi,
saya ingin mengajak bunda-bunda “SholCan” (Sholeh dan Cantik) untuk melakukan
kegiatan di bawah ini.
- Tuliskan atau cobalah mengingat KEKURANGAN dari anak Anda
- Tuliskan atau cobalah mengingat KELEBIHAN anak Anda
- Tuliskan atau cobalah mengingat pengalaman yang pernah membuat Anda marah/jengkel/kecewa yang berhubungan dengan anak Anda
- Tuliskan pengalaman atau cobalah mengingat yang pernah membuat Anda bahagia yang berhubungan dengan anak Anda.
Bagaimana
bunda? Jika saya boleh mengajukan pertanyaan kembali, mohon dijawab pertanyaan
di bawah ini:
- Lebih mudah mana, mengingat kelebihan atau kekurangan anak Anda?
- Lebih mudah mana, mengingat kejadian yang membuat Anda tersenyum atau marah kepada anak Anda?
Jika
lebih mudah mengingat kelebihan-kelebihan dibanding kekurangannya dan lebih
mudah mengingat kejadian yang menyenangkan dibanding yang membuat Anda marah,
maka bersyukurlah.Berarti Anda sudah bisa fokus pada kelebihan anak Anda.
Tetapi jika lebih mudah mengingat semua kekurangannya, apalagi hal-hal yang
membuat Anda sampai marah, maka mari kita sama-sama belajar untuk melihat
anak-anak kita dari sisi yang lain.
10 TANDA KEHANCURAN SEBUAH BANGSA“Penelitian Dr. Thomas Lickona”
Berikut ini saya paparkan terlebih dahulu tentang
sepuluh tanda kehancuran sebuah bangsa dari hasil penelitian Dr. Thomas Lickona yang saya kutip dari buku “Fitrah Based Education”
karya Ustadz harry Santosa.
1.
Meningkatnya perilaku kekerasan
di kalangan pelajar
2.
Penggunaan bahasa yg buruk
(ejekan, celaan)
3.
Pengaruh teman lebih kuat
dibanding orang tua & guru
4.
Perilaku free sex, merokok,
& narkoba
5.
Merosotnya perilaku moral /
pribadi egois
6.
Rendahnya rasa hormat pada
orang tua, guru, & orang lain
7.
Menurunnya patriotisme
8.
Meningkatnya perilaku merusak
kepentingan publik
9.
Ketidakjujuran terjadi
dimana-mana
10.
Berkembangnya rasa saling
curiga & memusuhi (SARA)
Apakah dari sepuluh tanda
tersebut sudah ada di sekitar kita bunda?Jika jawabannya tidak, maka bersykurlah
Allah masih menjaga anak-anak kita.Akan tetapi, kondisi ini tidak membuat bahwa
tugas kita berhenti.Sungguh tugas kita masih banyak, maka senantiasalah
bertawakal kepada Allah. Lalu jika jawabannya ya, maka mari kita perbanyak
doa-doa kita agar Allah senantiasa menjaga anak-anak kita karena hanya DIA-lah
sebaik-baik penjaga.
KODRAT YANG HILANG PADA DIRI ANAK
Setelah mengetahui sepuluh
tanda kehancuran sebuah bangsa, maka sekarang kita akan telusuri apa
penyebabnya. Ada yang pernah membaca teori tabularasa yang mengatakan bahwa
“anak itu seperti kertas putih, maka akan jadi apa dia kelak itu karena coretan
orang tuanya di atas kertas tersebut”.Ini adalah teori lama dan lagi-lagi
dikemukakan oleh orang Barat.Saatnya kita kembali kepada Al Qur’an dan hadits
termasuk dalam urusan mendidik anak-anak kita.Ketika urusan hari-hari kita
selalu berdasarkan tuntunan Al Qur’an dan hadits, lalu mengapa ketika ingin
mencari solusi tentang persoalan anak-anak kita sibuk mencari teori-teori lain
dan melupakan Al Qur’an?
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas)fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”
(QS. Ar Rum
(30) : 30)
Selain itu dalam saebuah hadits
juga dikatakan bahwa
Telah menceritakan kepada kami Adam telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin
‘Abdurrahman dari Abu Hurairah raberkata Nabi saw bersabda: “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang
akan menjadikan anak itu Yahudi, Nashrani, atau Majusi sebagaimana binatang
ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?” (HR. Bukhari)
Dari kedua sumber di atas, maka
sudah jelas bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Pemaknaan
“fitrah” disini ada dua, berdasarkan dari beberapa ulama.Pertama, fitrah
artinya anak sudah dilahirkan dalam kondisi Islam, maka yang menjadikan anak
tersebut Yahudi, Nashrani, atau Majusi adalah orang tuanya.Kedua, fitrah
disini diartikan bahwa anak dilahirkan sudah membawa potensi-potensi kebaikan
dalam dirinya.Allah sudah memberikan bekal kepada setiap anak dengan potensi
kebaikan.Yang menjadikan potensi tersebut tidak muncul adalah karena orang
tuanya atau lingkungan sekitarnya dimana dia tinggal.Apakah Anda sudah yakin
bahwa anak lahir sudah membawa potensi kebaikan?Sesekali coba perhatikan bayi
yang sedang menangis. Kira-kira apakah seorang ibu pernah mengajari anaknya
ketika baru lahir tentang bagaimana cara menangis? Bagaimana cara tersenyum,
tertawa, dsb? Bukankah semua bekal itu sudah dimiliki anak sejak lahir dan
orang tua tak pernah mengajarinya?Maka yakinlah bahwa Allah sudah memberikan
“bekal” ke dalam diri setiap anak dengan potensi-potensi kebaikan berupa minat,
bakat, dan kecerdasan.Tugas kitalah sebagai orang tua untuk menumbuhkan semua
potensi tersebut, bukan mematikannya. Lalu apa saja fitrah tersebut? Berikut
ada delapan fitrah yang dibahas oleh Ustadz Harry Santosa dalam bukunya “Fitrah
Based Education” atau Pendidikan Berbasis Fitrah.
1. FITRAH
BERAGAMA
Banyak
orang tua atau pun pendidik yang masih memisahkan kehidupan sehari-hari dari agama. Seolah-olah agama hanyalah
berisi ritual ibadah. Sebagai contoh, ketika
di sekolah menjelang ujian, anak malah dibantu untuk menyontek.Seolah-olah
menyontek bukan bagian dari yang diatur oleh agama kita.Padahala jelas-jelas
bahwa menyontek adalah salah satu contoh mencuri di dunia pendidikan.Maka
apapun aktivitas anak-anak kita, pasti selalu berhubungan dengan agama
kita.Islam sudah mengatur segalanya dengan sedemikian rupa untuk menjadi jalan
kita agar selamat dunia dan akhirat.
2. FITRAH
BELAJAR
Akademik is number one!!!Hingga ADAB TERLUPAKAN. Inilah yang paling sering ditemukan.Orang tua hanya menghargai anak-anaknya
yang rangkingnya masuk tiga besar.Anak yang tidak rangking di kelasnya, maka
ditekan untuk belajar hingga diikutkan berbagai macam kursus yang belum tentu
diminati oleh anak.Orang tua sibuk meningkatkan kemampuan akademik anaknya,
hingga lupa mengajari tentang adab.Maka tanpa disadari kitalah yang sebenarnya mematikan fitrah belajar
anak.
3. FITRAH
BAKAT
Anak tidak diberikan kesempatan mengembangkan
bakatnya. Anak yang dihargai hanya yang RANGKING!!!Orang tualah yang menentukan
profesi anaknya kelak.
4. FITRAH
PERKEMBANGAN
Sebagian
besar orang tua, khususnya yang memiliki anak yang duduk di bangku TK
dipaksakan untuk bisa CALISTUNG.Padahal secara psikis, usianya belum siap untuk
menguasai kemampuan tersebut.Ada juga yang menerapkan pola asuh yang memanjakan
anak-anaknya sehingga membuat anak terlambat dewasa.Inilah yang menyebabkan
lahirnya “generasi galau”.
5. FITRAH
SEKSUALITAS
Pola
asuh yang tidak mempertegas tentang jenis kelamin anak, ayah yang hanya sibuk
mencari nafkah hingga lupa bahwa dia juga punya tanggung jawab mendidik
anak-anaknya, hingga ibu yang melupakan
perannya sebagai MADRASAH PERTAMAbisa menyebabkan anak
mengalami kasus LGBT.
6. FITRAH
ALAM
Setiap
tahun universitas meluluskan mahasiswanya. Sayangnnya, banyak alumni yang tidak
tahu harus kemana setelah lulus kuliah. Bahkan tidak tahu bagaimana membangun kampung
halamannya.Maka jangan heran jika setiap tahun jumlah pengangguran meningkat.
7. FITRAH
KEARIFAN & REALITAS MASYARAKAT
Pengasuhan yang tak lagi bisa mampu menjawab
permasalahan sosial karena lupa dengan peran masing-masing. Anak-anak juga tumbuh mernjadi pribadi yang anti sosial, tidak peka
dengan kondisi yang terjadi di lingkungan masyarakat.Hal ini bisa disebabkan
karena pola asuh keluarga atau anak jarang dibawa berwisata ke panti asuhan
atau panti jompo.Tempat hiburan yang dikenal anak-anak adalah mall atau pun
bioskop.Orang tua jarang membawa anak-anaknya untuk berwisata hati.
8. FITRAH
ZAMAN
Pengaruh
gadget yang membuat anak lupa waktu hingga tanpa kita sadari sampai merusak
fitrah anak.Gadget bukannya menjadi teman dalam pengasuhan, malah menjadi
musuh.Gadget bukannya malah menumbuhkan fitrah anak, tetapi malah merusak
fitrah anak. Contoh kasuus, anak yang diberikan kebebasan dalam bermain gadget
hingga dia bisa menonton apa saja yang tak pantas untuk dia.
MASA
GOLDEN AGE YANG TERABAIKAN
Setelah memahami delapan fitrah perkembangan pada
anak, maka sudah seharusnya tumbuh keyakinan dalam diri kita bahwa setiap anak
sudah memiliki potensinya masing-masing.Setiap anak adalah bintang di bidangnya
masing-masing.Tugas kita adalah menumbuhkan fitrah tersebut dengan
memberikannya banyak kesempatan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan
potensi yang mereka miliki.Benih padi tidak bisa menjadi
tanaman jagung, benih jagung tidak bisa menjadi tanaman padi. Orang tua bisa menuntun, tetapi tidak bisa mendikte apa yang
sudah menjadi KODRAT ANAK. Karena itu, anak sudah memiliki fitrahnya, orang tua-lah yang harus banyak bersabar
dalam menumbuhkan fitrahnya.
Sekarang kita bahas tentang
cara menumbuhkan fitrah tersebut. Caranya dengan memberikan banyak stimulasi,
khususnya ketika anak dalam masa-masa keemaasan perkembangannya. Masa golden
age tersebut di usia sejak lahir sampai 8 tahun. Pada saat itu otak anak
seperti spons.Pernah melihat spons yang disiram air? Ketika spons tersbeut
diperas, maka banyak air yang keluar. Seperti itulah otak anak.Apa yang
dilihat, didengar, hingga yangn dirasakannya diserap oleh otaknya. Oleh karena
itu, berikanlah teladan yang baik karena anak adalah peniru yang ulung.Anak bukan
pendengar yang baik. 1000 kali Anda menyuruh dia sholat tidak akan mempan dibanding
dengan Anda memberikan contohnya langsung dengan mengajak dia sholat
berjama’ah.
PENDIDIKAN
YANG MENANAMKAN ATAU MENUMBUHKAN?
Ini
pertanyaan terakhir dari saya, mau menerapkan pendidikan yang menanamkan atau
menumbuhkan?
Pendidikan yang
menanamkan adalah pendidikan yangn dikendalikan oleh orang tua. Anak mengikuti
semua obsesi orang tua, tanpa pernah bertanya kepada mereka tentangapa yang
mereka minati atau apa yang mereka tidak sukai. Sementara pendidikan yang
menumbuhkan adalah orang tua memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk
menumbuhkan fitrah anak yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka.Membantu
anak untuk menemukan minat dan bakat mereka hingga mereka tumbuh menjadi bintang
di bidangnya masing-masing. Hingga tak ada lagi kalimat yang terlontar bahwa Si
A lebih hebat dari Si B, tetapi yang ada adalah Si A ahli di bidang IT sementara
si B ahli di bidang olahraga. Tak ada lagi orang tua yang sibuk menutup lubang,
tetapi lebih sibuk menggali lubang.Artinya, tak ada lagi orang tua yang sibuk
mencari-cari kekurangan anaknya dan berusaha menutupinya.Tetapi yang ada adalah
orang tua sibuk menggali terus potensi-potensi kebaikan dari anak yang boleh
saja masih tertutupi atau belum kelihatan karena anak belum diberikan kesempatan
untuk mencoba.Karena pendidikan seharusnya
tidakmenyamaratakan anak, tetapi memahami keistimewaan anak dan
mengembangkannya.
Wallahu
a’lam bi shawab
DAFTAR PUSTAKA
Al
Qur’an
Santosa,
Harry. Fitrah Based Education. Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur,
2016.
Setiawan,
Bukik. Anak Bukan Kertas Kosong. Jakarta: PandaMedia, 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar