Sabtu, 22 November 2014

Karena Hidup Adalah Pilihan...

Hidup adalah pilihan. Entah sudah berapa kali saya mendengar kalimat itu dari orang-orang terdekatku. Orang-orang yang begitu peduli dengan kehidupanku. Kehidupan yang sekarang atau pun nanti.

Terkadang kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang membuat kita bingung sendiri. Memilih A, tentunya banyak konsekuensi yang akan kita hadapi. Pun begitu ketika memilih pilihan B. Konsekuensinya pun tetap ada. Apapun pilihan hidup yang kita pilih, pastinya akan ada konsekuensi yang harus kita hadapi.

Begitulah pilihan hidup yang kujalani saat ini. Tentunya saya sudah memikirkan banyak hal sebelumnya, hingga aku memilih beberapa pilihan hidup yang pernah ada dihadapanku.

Salah satu sahabatku pernah memintaku melakukan sesuatu hal yang diluar dugaanku. Dia memintaku untuk mengecilkan jilbab yang kupakai. Dia mengutarakan beberapa alasannya hingga dia berani menyampaikan hal tersebut.

Aku hanya bisa terdiam dan menanggapinya dengan senyuman saat dia menyampaikan semua itu. Kamu bukan orang pertama yang mengatakan hal itu kawan. Sudah ada beberapa orang yang memintaku untuk melakukan hal tersebut. Dan aku hanya bisa menarik nafas panjang mendengarkan komentar-komentar mereka.

Sahabatku...
Andai engkau tahu perjuanganku hingga aku bisa seperti ini. Aku tak ingin menceritakannya lewat tulisan ini. Bukan hal yang mudah ketika akhirnya aku memutuskan untuk berjilbab seperti yang diwajibkan oleh Allah dalam Al Qur'an. Menghadapi orang-orang yang menentang keputusanku dan memintaku berpikir kembali. Mereka takut jika aku masuk aliran sesat yang saat itu sering dibahas di TV-TV. Saat itu hanya berteman dengan sujud-sujud panjang dalam shalat. Memohon kekuatan dan meminta agar Allah menetapkan hati ini di jalan-Nya.

Sahabatku...
Aku berjilbab semata-mata untuk menjalankan perintah Allah. Pun begitu dengan pilihan hidupku yang lain, semuanya karena Allah. Termasuk ketika aku memilih untuk tidak pacaran. Semuanya semata-mata karena Allah. Ada yang pernah bertanya, "Bagaimana caranya kamu akan memilih calonmu kelak kalau kamu tidak pacaran? Sekarang itu harus pacaran dulu kalau mau menikah!"

Lagi-lagi ini masalah pilihan. Aku berusaha memilih jalan yang disukai oleh Tuhanku. Aku memilih jalan yang diridhoi-Nya. Jika kelak waktunya tiba, biarlah Allah yang mengatur proses pertemuannya seperti apa. Aku banyak belajar dari orang-orang terdekatku tentang bagaimana mereka melewati proses ta'arufnya. Masya Allah, Dari merekalah aku belajar akan kekuasaan Allah.

Ada beberapa sahabat terdekatku yang menganggap diriku terlalu berlebihan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa aku ini terlalu ekstrim. Ada juga yang menyesalkan pilihan hidupku yang satu ini.

Buat orang-orang terdekatku, terima kasih untuk semua perhatiannya. Perhatian kalian adalah bentuk kasih sayang kalian kepadaku.
Tetapi maaf...
Aku tak bisa melakukan seperti permintaan kalian...
Bukan hal yang mudah bagiku untuk bertahan dalam prinsip yang bagi sebagian besar orang terlalu ekstrim. Tetapi itulah yang diajarkan oleh Bapakku sejak aku kecil. Bapaklah yang mengajariku bagaimana perempuan harus menjaga diri dari lawan jenis. Hingga akhirnya aku belajar memahami bahwa dalam sebuah pernikahan, bukan hanya persoalan menikah atau tidak. Tetapi bagaimana kita melewati proses menuju pernikahan, apakah dengan cara yang diridhoi oleh Allah atau tidak?

Keridhoan Allah...
Itulah yang kucari di muka bumi ini. Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan keridhoannya sementara aku melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh Allah dan salah satu contohnya adalah pacaran?

Ya...
Bagi sebagian besar orang, prinsip ini dianggap terlalu keras. Bagiku bukan keras, tetapi tegas terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Bagaimana mungkin aku melanggar sesuatu yang jelas-jelas sudah diatur semua dalam Islam? Bukankah ada proses ta'aruf yang bisa engkau lewati untuk bisa mengenal calonmu. Betapa banyak sahabatku yang menanti dalam ketidakpastian dan menyiksa diri mereka sendiri. Dan lagi-lagi perempuan yang selalu menjadi korban. Mungkin nanti aku akan berbagi tentang hal ini di tulisanku yang lain.

Melalui tulisan sederhana ini, aku ingin berterima kasih kepada orang-orang yang peduli denganku. Teruslah memberiku nasehat dan teguran dikala khilaf. Dan kumohon berhentilah memintaku melakukan hal-hal yang bisa melanggar prinsip yang kupegang selama ini. Aku tak pernah menyesal memilih jalan yang kupilih saat ini. Bukankah aku memilihnya karena Allah? Dan satu hal yang kuyakini bahwa janji Allah itu pasti.

Wallahu a'lam bi shawab...

#Makassar, 22 November 2014
Ruang Perenungan
"Jodoh itu bukan seberapa lama engkau mengenalnya, tetapi seberapa yakin engkau kepadaNya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...