Rabu, 07 Mei 2014

Enam Tahun Merindukanmu...



Bapak...
Maafkan aku...
Aku belum bisa melupakanmu...
Aku belum bisa melupakan senyuman hangatmu...
Senyum yang selalu kurindukan...

Bapak...
Di ruangan yang bernuansa putih itu, engkau terbaring lemah tak sadarkan diri. Aku hanya bisa mendengar suara alat-alat yang tak pernah kutahu apa namanya. Aku hanya bisa mendengar hembusan nafasmu. Kutatap dalam-dalam garis wajahmu. Kugenggam tanganmu yang kulitnya semakin kasar. Betapa besar tanggung jawab yang engkau jalankan selama ini.

Bapak...
Apakah engkau tahu apa yang ada dalam pikiranku saat itu?
Aku hanya bisa berbicara dengan diriku sendiri...
Aku hanya bisa bertanya pada diriku sendiri...
Dan memohon kekuatan dari-Nya...
Saat mereka memintaku untuk mengikhlaskan apapun yang akan terjadi...
Aku hanya bisa terdiam sambil memandangi wajahmu...
Secepat itukah engkau akan meninggalkanku?
Aku belum bisa memberimu apa-apa...
Aku belum bisa membuatmu bangga...
Aku belum bisa membahagiakanmu...
Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam dan berbicara pada diriku sendiri...
Satu-persatu bayangan masa kecil yang indah bersamamu kembali menghampiriku...
Mengantarku ke sekolah dengan berjalan kaki...
Engkau menggenggam tanganku sambil bercerita...
Cerita tentang sosok para nabi dan rasul yang waktu itu belum kukenal baik...
Menjemputku sepulang sekolah sambil memberiku sebungkus coklat...
Ahhh, engkau selalu tahu kesukaan putri kecilmu...

Mengajakku ke masjid setiap kali engkau ingin sholat...
Saat aku berbuat gaduh di masjid, engkau tak pernah memarahiku...
Engkau hanya menegurku saat pulang dan bercerita kalau masjid itu rumah Allah dan aku harus menjaga perilakuku saat berada di rumah-Nya...

Saat menemaniku ke dokter gigi...
Engkau sangat tahu kalau alat-alat dokter gigi itu selalu saja membuatku ketakutan...
Bahkan memelukku disaat aku harus berdamai dengan jarum suntik...
Aku ingat saat TK aku tak mau ke sekolah karena guruku yang tiba-tiba mencubitku tanpa alasan yang jelas...
Saat itulah aku melihatmu terdiam...
Engkau lalu membujukku dan menemui guruku agar memperlakukanku dengan baik...

Kapan pertama kali aku melihatmu marah kepadaku?
Hhheemmm, aku ingat waktu masih duduk di bangku SD...
Saat itu aku tak mau mengaji. Akhirnya engkau menyuruhku duduk dihadapanmu dan aku menuruti semua perintahmu. Aku pun mengaji dengan suara menangis...

Ya...
Aku tahu kalau semua hal yang berhubungan dengan agamamu engkau tak pernah memberiku toleransi. Sholat dan mengaji adalah dua hal yang bisa membuatmu marah kepadaku. Dan aku bersyukur engkau mengajariku semua itu. Aku tak pernah tahu akan seperti apa diriku andai engkau tak pernah mengajariku tentang agamaku.

Bapak...
Saat anakmu ini mulai beranjak remaja... 
Mungkin saat itu engkau kebingungan melihat perilaku anak perempuanmu ini...
Saat pertama kali aku pergi bersama dengan teman-temanku tanpa meminta izinmu...
Dan engkau menungguku di depan pintu dan mengajakku ngobrol...
Aku hanya bisa terdiam karena aku tahu kesalahanku...
Dan engkau hanya berkata, “kamu itu anak perempuan Bapak satu-satunya. Tanggung jawabnya jauh lebih besar dibanding menjaga anak laki-laki. Jadi, tolong bantu Bapak dengan tidak pergi sembarangan.”
Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam...

Dan sekarang tepat enam tahun kepergianmu...
Aku merindukan semua itu...
Rindu dengan telponmu saat jam menunjukkan pukul 18.00 Wita, “Kamu dimana?”
“Saya masih di kampus Pak, sebentar lagi pulang,” jawabku saat itu.
“Perempuan ngga baik keluyuran malam-malam sendirian,” lagi-lagi teguran halus itu datang lagi dan aku tak boleh memberikan alasan lain.

Bapak...
Aku merindukan semua tentangmu...
Merindukan semua kebersamaan denganmu...
Merindukan nasehatmu disaat aku menghadapi masalah...
Merindukan pelukan hangatmu...
Terlalu banyak yang kurindukan darimu...

Dan kemarin...
Saat kupandangi tempat peristirahatan terakhirmu...
Aku hanya ingin berkata...
Terima kasih...
Terima kasih...
Terima kasih...
Untuk semuanya...
Banyak hal yang baru kumengerti disaat engkau tak lagi disampingmu...
Caramu menunjukkan cintamu...
Caramu mengungkapkan cintamu...
Caramu memberikanku kasih sayang...
Mungkin berbeda dengan cara yang diberikan Mama kepadaku...
Mencintai dalam diam...

Bapak...
Aku merindukanmu...
Sangat merindukanmu...
Dan lagi-lagi aku hanya bisa berkata...
Seperti yang kuungkapkan disaat terakhir kebersamaan kita...
“Boni sayang Bapak karena Allah...”
Selalu...
Dan selamanya...

# Makassar, 6 Mei 2008 – 6 Mei 2014...
Tepat enam tahun...
Engkau pergi meninggalkanku...
Engkau memberiku pelajaran cinta tertinggi...
Dan aku harus membuktikan cintaku kepada-Nya...

Tepat enam tahun...
Saat aku melihat dirimu kembali ke asalmu...
Di saat itulah aku tersadar...
Engkau benar-benar pergi meninggalkanku...
Aku tak bisa lagi memandang wajahmu...
Tak bisa lagi memelukmu dan mendengarkan nasehatmu...

Ya...
Hidup ini akan selalu memiliki akhir...
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...