Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk mengikuti acara bedah
buku Generasi Gelombang Ketiga karya Ustadz Anis Matta. Ada beberapa hal yang
menarik saat Beliau memaparkan tentang karyanya. Hanya sedikit yang bisa saya
catat karena banyaknya peserta yang hadir di acara tersebut sehingga butuh
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan tempat yang nyaman. Jujur saja, saya
menyukai pemikiran-pemikiran beliau tentang “Indonesia”. Itulah sebabnya saya
selalu menyebutnya “Pemimpin Out of The Box”. So izinkan saya berbagi sedikit
ya sob... Semoga bermanfaat ^_^
Indonesia itu identik dengan batik. Batik menggambarkan bagaimana
kerumitan diharmonisasi. Jadi, ciri orang Indonesia itu adalah dia bisa membuat
segala hal yang berantakan menjadi satu. Orang-orang Indonesia mampu membuat
yang detail-detail menjadi sesuatu yang harmonis. Contoh lainnya adalah salah
satu makanan khas Indonesia, gado-gado. Anda pernah melihat proses pembuatan
gado-gado? Berbagai jenis sayuran dicampur jadi satu dan akhirnya menjadi satu
makanan yang peminatnya sangat banyak, yaitu gado-gado.
Seperti itu pula kondisi Indonesia saat ini. Indonesia memiliki sekitar 300
etnis namun tetap menjad satu. Bahkan memilih bahasa pun bukan menjadi perkara
yang mudah. Mengapa bukan bahasa jawa saja yang menjadi bahasa nasional? Padahal
pemakai Bahasa Jawa lebih banyak dibanding bahasa yang lain. Pada akhirnya kita
memilih bahasa melayu sebaga bahasa nasional. Hal ini disebabkan karena bahasa
melayu memiliki struktur yang sederhana.
Mengapa demikian? Contohnya saja, dalam bahasa melayu tidak ada konsep
waktu. Bahasa Inggris saja memiliki 16 tenses dan bahasa arab hanya memiliki dua
kata kerja (masa lampau dan masa kini). Bahasa melayu tidak memiliki kata kerja
(kata kerja dan keterangan waktunya
terpisah).
Misalnya, sudah makan, sedang makan, dan akan makan. Ketiga contoh tadi
menunjukkan bahwa kata kerja terpisah dari keterangan waktu yang mengikutinya. Itulah
sebabnya, karena kata kerjanya terpisah dari keterangan waktu maka Indonesia
sangat toleran dalam hal waktu. Ngga percaya? Coba teman-teman ingat, pernah
membuat janji dengan orang Indonesia?
“Kapan kita ketemuan?”
“Besok-besoklah” atau “Nantilah”.
Tetapi jika teman-teman pernah membuat janji dengan orang Eropa, “Kapan kita
ketemuan?”
“Pukul 05.15”, jadi satuan waktu
yang mereka gunakan lebih detail.
Tetapi toleransi ini pulalah yang menjadi kekuatannya. Karena bahasanya
yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan hal inilah yang menjadi faktor
penyatu kita hingga sekarang ini.
Selain membahas tentang keunikan Indonesia, Beliau juga membahas tentang satu generasi yang mendominasi bangsa Indonesia saat ini. Inilah yang disebut oleh Beliau sebagai Generasi Gelombang Ketiga.
Di era gelombang ketiga ini telah terjadi sebuah perubahan yang drastis. Hal
ini disebabkan karena komposisi demografi indonesia berubah. Indonesia telah didominasi
oleh kalangan anak muda yang berusia 45 tahun ke bawah. Teman-teman mau tahu
ciri-ciri generasi gelombang ketiga. Menurut Beliau, generasi gelombang ketiga
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Generas ini didominasi oleh orang muda
- Pendidikannya bagus
- Pendapatannya bagus,misalnya mereka sudah bisa membeli buku, punya waktu hadiri majelis ilmu, dan lain-lain.
- Terkoneksi dengan baik atau well-connected.
- Native demokrasi. Dia hanya tahu satu sistem yaitu demokrasi, khususnya anak-anak Indonesia yang lahir tahun 90-an.
Buat kamu-kamu yang lahir tahun 90-an coba perhatikan perjalanan hidupnya.
Begitu dia lahir, tembok berlin sudah tidak ada, Uni Soviet sudah runtuh,
perang dingin telah berakhir. Tujuh tahun kemudian ketika masih SD terjadi
krisis ekonomi. Ketika duduk di bangku kelas 2 SD terjadi reformasi dan orde baru berakhir. Enam tahun kemudian (sekitar
tahun 2003-2004) mereka mulai melihat orang-orang yang bertengkar karena
memperebutkan jabatan publik. Setiap hari mereka melihat ada kegaduhan,
keributan. Setiap hari mereka melihat orang-orang yang membicarakan kegiatan
pilkada atau pun pilpres. Tetapi semua itu terlihat menarik bagi mereka dan
mereka penasaran dengan semua yang dilihatnya. Ternyata untuk menjadi seorang
pemimpin ada kompetisinya. Tidak ada kepemimpinan yang didapatkan karena faktor
keturunan. Itulah sebabnya generasi gelombang ketiga ini tumbuh dengan semangat
kompetisi yang luar biasa dan inilah yang disebut dengan native demokrasi.
Lalu
peta jalan apa yang harus dilalui pada generasi gelombang ketiga ini?
Kita mesti mengubah Indonesia dari entitas politik menjadi entitas
peradaban. Kali ini kita belajar dari bangsa Inggris dan bangsa Arab. Orang Inggris
jumlahnya cuma berapa? Populasi penduduk negara Inggris lebih sedikit dibanding
Indonesia. Tetapi mengapa bangsa Inggris bisa menyebarkan bahasanya sehingga
semua orang di dunia mau mempelajari bahasa Inggris? Artinya secara budaya,
Inggris jauh lebih besar dibanding ukurannya, yaitu ukuran wilayah, demografi,
dan populasinya.
Pun begitu dengan bahasa Arab. Jumlah penduduk di daerah arab juga lebih
sedikit dibanding Indonesia. Tetapi sekarang orang-orang banyak yang
mempelajari bahasa arab. Artinya, budaya dan peradaban bangsa arab ini jauh
lebih besar dibanding ukuran wilayah dan populasinya. Nah, mengapa kita orang
Indonesia tidak berpikir, kelak bahasa Indonesia dipelajari oleh seluruh dunia.
Bangsa Inggris dan Arab telah bekerja dalam skala peradaban, sementara
kita masih bekerja dalam skala politik. Lalu apa yang harus kita lakukan? Negara
ini harus kita ubah menjadi instrumen peradaban, agar kelak ukuran ekonomi,
politik, dan budaya kita lebih besar dari ukuran geografi dan demografi kita.
Jika kita telah mengetahui jalannya, maka kita bisa
membayangkan ciri masa depan bangsa indonesia, yaitu bangsa Indonesia lebih religus, berpengetahuan, dan lebih
sejahtera. Agama menjadi orientasi dan sumber moralnya, pengetahuan menjadi
sumber kompetensi dan produktivitasnya, serta kesejahteraan menjadi out putnya.
Sehingga orang-orang Indonesia kelak lebih sholeh, lebih cerdas, dan lebih
kaya. Kelak inilah yang menjadi model
bangsa Indonesia ke depan.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin
#Bedah Buku “Generasi Gelombang Ketiga” oleh Ustadz Anis Matta
Mohon maaf kalau tulisannya kurang runut, soalnya pas mau direkam
ternyata semua HP lowbet. So hanya ini yang tersisa di catatanku. Buat kamu-kamu
yang penasaran, pengen tahu lebih banyak tentang generasi gelombang ketiga,
silahkan dibaca bukunya. Bukunya bagus buat kamu yang pengen nambah wawasan
tentang “Ke-Indonesia-an”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar