Senin, 31 Maret 2014

Generasi Gelombang Ketiga... #Gen_AMPM



Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk mengikuti acara bedah buku Generasi Gelombang Ketiga karya Ustadz Anis Matta. Ada beberapa hal yang menarik saat Beliau memaparkan tentang karyanya. Hanya sedikit yang bisa saya catat karena banyaknya peserta yang hadir di acara tersebut sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk mendapatkan tempat yang nyaman. Jujur saja, saya menyukai pemikiran-pemikiran beliau tentang “Indonesia”. Itulah sebabnya saya selalu menyebutnya “Pemimpin Out of The Box”. So izinkan saya berbagi sedikit ya sob... Semoga bermanfaat ^_^

Indonesia itu identik dengan batik. Batik menggambarkan bagaimana kerumitan diharmonisasi. Jadi, ciri orang Indonesia itu adalah dia bisa membuat segala hal yang berantakan menjadi satu. Orang-orang Indonesia mampu membuat yang detail-detail menjadi sesuatu yang harmonis. Contoh lainnya adalah salah satu makanan khas Indonesia, gado-gado. Anda pernah melihat proses pembuatan gado-gado? Berbagai jenis sayuran dicampur jadi satu dan akhirnya menjadi satu makanan yang peminatnya sangat banyak, yaitu gado-gado.  

Seperti itu pula kondisi Indonesia saat ini. Indonesia memiliki sekitar 300 etnis namun tetap menjad satu. Bahkan memilih bahasa pun bukan menjadi perkara yang mudah. Mengapa bukan bahasa jawa saja yang menjadi bahasa nasional? Padahal pemakai Bahasa Jawa lebih banyak dibanding bahasa yang lain. Pada akhirnya kita memilih bahasa melayu sebaga bahasa nasional. Hal ini disebabkan karena bahasa melayu memiliki struktur yang sederhana.

Mengapa demikian? Contohnya saja, dalam bahasa melayu tidak ada konsep waktu. Bahasa Inggris saja memiliki 16 tenses dan bahasa arab hanya memiliki dua kata kerja (masa lampau dan masa kini). Bahasa melayu tidak memiliki kata kerja (kata kerja dan keterangan waktunya  terpisah).
Misalnya, sudah makan, sedang makan, dan akan makan. Ketiga contoh tadi menunjukkan bahwa kata kerja terpisah dari keterangan waktu yang mengikutinya. Itulah sebabnya, karena kata kerjanya terpisah dari keterangan waktu maka Indonesia sangat toleran dalam hal waktu. Ngga percaya? Coba teman-teman ingat, pernah membuat janji dengan orang Indonesia?
“Kapan kita ketemuan?”
“Besok-besoklah” atau “Nantilah”.
Tetapi jika teman-teman pernah membuat janji dengan orang Eropa, “Kapan kita ketemuan?”
“Pukul 05.15”,  jadi satuan waktu yang mereka gunakan lebih detail.
Tetapi toleransi ini pulalah yang menjadi kekuatannya. Karena bahasanya yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan hal inilah yang menjadi faktor penyatu kita hingga sekarang ini.

Selain membahas tentang keunikan Indonesia, Beliau juga membahas tentang satu generasi yang mendominasi bangsa Indonesia saat ini. Inilah yang disebut oleh Beliau sebagai Generasi Gelombang Ketiga.
Di era gelombang ketiga ini telah terjadi sebuah perubahan yang drastis. Hal ini disebabkan karena komposisi demografi indonesia berubah. Indonesia telah didominasi oleh kalangan anak muda yang berusia 45 tahun ke bawah. Teman-teman mau tahu ciri-ciri generasi gelombang ketiga. Menurut Beliau, generasi gelombang ketiga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Generas ini didominasi oleh orang muda
  2. Pendidikannya bagus
  3. Pendapatannya bagus,misalnya mereka sudah bisa membeli buku, punya waktu hadiri majelis ilmu, dan lain-lain.
  4. Terkoneksi dengan baik atau well-connected.
  5. Native demokrasi. Dia hanya tahu satu sistem yaitu demokrasi, khususnya anak-anak Indonesia yang lahir tahun 90-an.
Buat kamu-kamu yang lahir tahun 90-an coba perhatikan perjalanan hidupnya. Begitu dia lahir, tembok berlin sudah tidak ada, Uni Soviet sudah runtuh, perang dingin telah berakhir. Tujuh tahun kemudian ketika masih SD terjadi krisis ekonomi. Ketika duduk di bangku kelas 2 SD terjadi reformasi  dan orde baru berakhir. Enam tahun kemudian (sekitar tahun 2003-2004) mereka mulai melihat orang-orang yang bertengkar karena memperebutkan jabatan publik. Setiap hari mereka melihat ada kegaduhan, keributan. Setiap hari mereka melihat orang-orang yang membicarakan kegiatan pilkada atau pun pilpres. Tetapi semua itu terlihat menarik bagi mereka dan mereka penasaran dengan semua yang dilihatnya. Ternyata untuk menjadi seorang pemimpin ada kompetisinya. Tidak ada kepemimpinan yang didapatkan karena faktor keturunan. Itulah sebabnya generasi gelombang ketiga ini tumbuh dengan semangat kompetisi yang luar biasa dan inilah yang disebut dengan native demokrasi.

Lalu peta jalan apa yang harus dilalui pada generasi gelombang ketiga ini?
Kita mesti mengubah Indonesia dari entitas politik menjadi entitas peradaban. Kali ini kita belajar dari bangsa Inggris dan bangsa Arab. Orang Inggris jumlahnya cuma berapa? Populasi penduduk negara Inggris lebih sedikit dibanding Indonesia. Tetapi mengapa bangsa Inggris bisa menyebarkan bahasanya sehingga semua orang di dunia mau mempelajari bahasa Inggris? Artinya secara budaya, Inggris jauh lebih besar dibanding ukurannya, yaitu ukuran wilayah, demografi, dan populasinya.

Pun begitu dengan bahasa Arab. Jumlah penduduk di daerah arab juga lebih sedikit dibanding Indonesia. Tetapi sekarang orang-orang banyak yang mempelajari bahasa arab. Artinya, budaya dan peradaban bangsa arab ini jauh lebih besar dibanding ukuran wilayah dan populasinya. Nah, mengapa kita orang Indonesia tidak berpikir, kelak bahasa Indonesia dipelajari oleh seluruh dunia.

Bangsa Inggris dan Arab telah bekerja dalam skala peradaban, sementara kita masih bekerja dalam skala politik. Lalu apa yang harus kita lakukan? Negara ini harus kita ubah menjadi instrumen peradaban, agar kelak ukuran ekonomi, politik, dan budaya kita lebih besar dari ukuran geografi dan demografi kita.
Jika kita telah mengetahui jalannya, maka kita bisa membayangkan ciri masa depan bangsa indonesia, yaitu bangsa Indonesia  lebih religus, berpengetahuan, dan lebih sejahtera. Agama menjadi orientasi dan sumber moralnya, pengetahuan menjadi sumber kompetensi dan produktivitasnya, serta kesejahteraan menjadi out putnya. Sehingga orang-orang Indonesia kelak lebih sholeh, lebih cerdas, dan lebih kaya. Kelak  inilah yang menjadi model bangsa Indonesia ke depan.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin

#Bedah Buku “Generasi Gelombang Ketiga” oleh Ustadz Anis Matta
Mohon maaf kalau tulisannya kurang runut, soalnya pas mau direkam ternyata semua HP lowbet. So hanya ini yang tersisa di catatanku. Buat kamu-kamu yang penasaran, pengen tahu lebih banyak tentang generasi gelombang ketiga, silahkan dibaca bukunya. Bukunya bagus buat kamu yang pengen nambah wawasan tentang “Ke-Indonesia-an”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...