Bismillah...
Kali ini saya ingin menuliskan sebuah catatan sederhana. Catatan yang berisi taujih dari ustadz AM.
Semoga bermanfaat... ^_^
Terkadang kita dihadapkan pada suatu kondisi dimana ujian dan cobaan datang silih berganti. Belum selesai ujian hidup yang satu, datang lagi ujian yang lain. Namun, kita harusnya mensyukuri ujian yang diberikan oleh Allah. Itu artinya kita sedang menghadapi ujian kenaikan kelas. Ibaratnya anak sekolah yang akan naik kelas, maka harus menghadapi ujian semester dulu.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al-Ankabut [29]:2-3)
Saudaraku...
Hal utama yang harus kita miliki untuk menghadapi ujian-ujian tersebut adalah menjaga kualitas ruhiyah.
Ya...kondisi ruhiyah kita harus selalu terjaga dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. Menjaga yang wajib dan membiasakan yang sunnah.Terkadang kita sibuk mengurusi hal-hal yang bersifat fisik dan melupakan ruhiyah kita. Dua hal ini harus dijaga, namun hal yang utama adalah kondisi ruhiyah kita.
Ketika kita melihat kondisi saat ini, seperti tak ada lagi harapan. Bahkan menimbulkan keraguan di dalam hati. Ragu dengan semua yang diperjuangkan selama ini hingga menyebabkan disorientasi tujuan. Ketika kita mengalami hal tersebut, maka yang dipertanyakan adalah bagaimana tarbiyah kita selama ini? Bagaimana pemahaman kita terhadap apa yang sudah kita perjuangkan selama ini? Sekarang kita melihat begitu banyak orang-orang yang melakukan hal yang sama dengan yang kita lakukan saat ini. Namun, yang membedakan kita dengan mereka adalah tujuan kita. Jangan sampai kita sudah berlelah-lelah di dunia dan merugi di akhirat karena ternyata yang kita perjuangan selama ini hanyalah untuk kepentingan duniawi semata. Maka ingatlah kembali tujuan perjuangan kita selama ini.
Saudaraku...
Jika kita berpikir dengan menggunakan kaca mata manusia, maka yang lahir hanyalah sebuah kekecewaan. Keraguan yang muncul di dalam hati akan menyebabkan lemahnya hati dan tentunya akan berefek pada semangat perjuangan kita. Sementara tujuan kita sudah jelas, maka seharusnya semangat kita pun tak boleh melemah.Karena itu yakinlah bahwa tak ada yang tak mungkin jika Allah yang menghendaki.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membersihkan jiwa kita dari penyakit-penyakit hati, seperti keraguan dan disorientasi tujuan?
Di akhir catatan ini, Beliau mengingatkan kita untuk kembali meluruskan niat. Meluruskan mindset kemenangan, yaitu kemenangan dakwah. Oleh karena itu, teruslah bekerja dengan ikhlas semata-mata karena Allah dan menyebarkan salam kemenangan dakwah
Wallahu a'lam bi shawab...
#Catatan halaqoh
Jakarta, 9 Januari 2014
Kali ini saya ingin menuliskan sebuah catatan sederhana. Catatan yang berisi taujih dari ustadz AM.
Semoga bermanfaat... ^_^
Terkadang kita dihadapkan pada suatu kondisi dimana ujian dan cobaan datang silih berganti. Belum selesai ujian hidup yang satu, datang lagi ujian yang lain. Namun, kita harusnya mensyukuri ujian yang diberikan oleh Allah. Itu artinya kita sedang menghadapi ujian kenaikan kelas. Ibaratnya anak sekolah yang akan naik kelas, maka harus menghadapi ujian semester dulu.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al-Ankabut [29]:2-3)
Saudaraku...
Hal utama yang harus kita miliki untuk menghadapi ujian-ujian tersebut adalah menjaga kualitas ruhiyah.
Ya...kondisi ruhiyah kita harus selalu terjaga dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. Menjaga yang wajib dan membiasakan yang sunnah.Terkadang kita sibuk mengurusi hal-hal yang bersifat fisik dan melupakan ruhiyah kita. Dua hal ini harus dijaga, namun hal yang utama adalah kondisi ruhiyah kita.
Ketika kita melihat kondisi saat ini, seperti tak ada lagi harapan. Bahkan menimbulkan keraguan di dalam hati. Ragu dengan semua yang diperjuangkan selama ini hingga menyebabkan disorientasi tujuan. Ketika kita mengalami hal tersebut, maka yang dipertanyakan adalah bagaimana tarbiyah kita selama ini? Bagaimana pemahaman kita terhadap apa yang sudah kita perjuangkan selama ini? Sekarang kita melihat begitu banyak orang-orang yang melakukan hal yang sama dengan yang kita lakukan saat ini. Namun, yang membedakan kita dengan mereka adalah tujuan kita. Jangan sampai kita sudah berlelah-lelah di dunia dan merugi di akhirat karena ternyata yang kita perjuangan selama ini hanyalah untuk kepentingan duniawi semata. Maka ingatlah kembali tujuan perjuangan kita selama ini.
Saudaraku...
Jika kita berpikir dengan menggunakan kaca mata manusia, maka yang lahir hanyalah sebuah kekecewaan. Keraguan yang muncul di dalam hati akan menyebabkan lemahnya hati dan tentunya akan berefek pada semangat perjuangan kita. Sementara tujuan kita sudah jelas, maka seharusnya semangat kita pun tak boleh melemah.Karena itu yakinlah bahwa tak ada yang tak mungkin jika Allah yang menghendaki.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membersihkan jiwa kita dari penyakit-penyakit hati, seperti keraguan dan disorientasi tujuan?
- Fokuslah pada tujuan utama kita, yaitu Allah. Sering-seringlah membaca dan mentadabburi surah Al Baqarah, Yasin, Al Waqi'ah, As Shaffat, dan Al Mulk. Ya...pada intinya teruslah menjaga kedekatan kita dengan Al Qur'an. Menjadikan Al-Qur'an sebagai kebutuhan hidup kita.
- Jagalah keikhlasan perjuangan kita, semuanya semata-mata hanya untuk Allah. Jangan sampai kita menjadi orang yang kelelahan di dunia, tetapi celaka di akhirat. Na'udzubillahi min dzalik.
- Perjuangan kita ini tentunya membutuhkan pengorbanan (tadhiyah). Mengorbankan tenaga, waktu, kebersamaan dengan keluarga, materi, hingga jabatan. Saudaraku, kekuasaan dan harta itu satu paket. Sangat mudah untuk mendapatkan keduanya. Harusnya kita pun bisa lebih mudah untuk melepaskannya. Namun, tabiat manusia terkadang mudah mendapatkan keduanya tetapi susah untuk melepaskannya. Oleh karena itu, jabatan, harta, keluarga, dan kehidupan dunia lainnya jangan sampai memenuhi hati kita. Letakkan mereka dalam genggaman tangan kita dan cukuplah Allah yang bertahta dalam hati kita.
Di akhir catatan ini, Beliau mengingatkan kita untuk kembali meluruskan niat. Meluruskan mindset kemenangan, yaitu kemenangan dakwah. Oleh karena itu, teruslah bekerja dengan ikhlas semata-mata karena Allah dan menyebarkan salam kemenangan dakwah
Wallahu a'lam bi shawab...
#Catatan halaqoh
Jakarta, 9 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar