Baru-baru ini, Indonesia mendapat kado terindah di ulang
tahun kemerdekaannya. Atlet bulu tangkis ganda campuran berhasil memberikan
kado medali emas dan membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di olimpiade Rio
Da Janeiro 2016, Tantowi Ahmad & Liliyana Natsir. Banyak pelajaran yang
bisa saya ambil dari perjuangan mereka hingga mendapatkan gelar sebagai
pemenang.
Pertama, jadilah investor kebaikan di bidang kita
masing-masing. Maksimalkan semua potensi di bidang kita masing-masing. Teringat
taujih seorang ustadz, “Untuk membuat Indonesia terbang tinggi, maka kita butuh
sayap-sayap yang kuat. Sayap-sayap itu adalah kerja sama orang-orang Indonesia
di semua bidang. Hingga tak ada lagi kotak-kotak. Dalam artian orang yang ahli
di bidang ekonomi, tak mau bekerja sama dengan orang-orang di bidang
pendidikan, politik, dsb.” So, dimana pun kita berkarya mengisi kemerdekaan,
maka maksimalkan semua potensi Anda disana. Tak perlu menghabiskan waktu untuk saling menyalahkan,
tetapi terus bersinergi dalam kebaikan untuk memberikan yang terbaik.
Kedua, untuk mencapai satu tujuan kita tetap butuh orang
lain. Pemain sehebat Owi & Butet tetap butuh seorang pelatih. Meskipun mereka
sudah hebat, mereka tetap butuh seorang pelatih untuk melihat kekurangannya. Mereka
tetap butuh seorang pelatih yang selalu mensupport mereka disaat mereka sedang
turun semangatnya. Pun begitu dalam kehidupan kita. Sehebat apapun kita, kita
tetap butuh orang lain untuk selalu mengingatkan dan saling menguatkan dalam
perjalanan kehidupan ini. Itulah kekuatan berjamaah. Dan pelatih itu kusebut
Sang Murobbi. Seseorang yang sudah memberikan waktu, pikiran, dan ilmunya hanya
untuk binaannya. Rela memberikan waktunya hanya untuk mendengarkan curhatan
tidak penting bahkan terkadang rela meninggalkan anaknya yang sakit hanya untuk
berbagi ilmu dengan orang-orang yang tak punya hubungan darah denganmu. Semoga Allah
selalu menjaga guru-guru yang pernah dikirimkan oleh Allah dalam kehidupanku.
Ketiga, hidup ini adalah sebuah pilihan. Mau menjadi seperti
Owi dan Butet atau hanya menjadi penonton yang “jago” berkomentar. Alhamdulillah,
kalau komentarnya positif, tapi kalau komentarnya malah menjatuhkan? So, hidup
itu terkadang soal pilihan mau menjadi pemain kehidupan atau hanya menjadi
penonton. Maka pilihlah menjadi pemain kehidupan, pemain yang siap menghadapi
setiap tantangan dengan penuh keyakinan bahwa janji Allah itu pasti. Ketika orang
lain memilih menjadi orang yang selalu meminta bukti, maka jadilah orang yang
memberikan bukti. Ketika orang lain memilih untuk menjadi komentator terbaik
dalam hidupmu, maka jadilah pemain terbaik dalam kehidupanmu. Jangan habiskan
waktumu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Cukup bandingkan hidupmu hari
ini dengan kemarin, adakah perubahan yang lebih baik atau sama saja? Jangan sampai
kita menjadi orang yang merugi kawan. Hidup hanya sekali, maka buatlah menjadi
berarti.
Keempat, saya sempat menonton wawancara Owi & Butet
setelah kemenangan. Salah satu hal yang menarik buat saya, ketika mereka
bercerita tentang semua pengorbanannya. Ketika mereka ditanya, “apa yang akan
kalian lakukan setelah kemenangan ini?”. Jawaban Butet simple, “saya ingin
menikmati semua kemenangan ini dulu karena banyak pengorbanan yang sudah kami
lakukan untuk sampai di titik ini.” Yaa, hidup itu tentang sebuah pengorbanan
karena untuk meraih sebuah kesuksesan dibutuhkan kesabaran yang tak berujung. Bukankah
sabar itu batasnya adalah langit dan langit tak ada batasnya. Dan kemenangan
seorang pejuang kehidupan adalah ketika dia bisa menikmati istirahatnya di
surgaNya Allah.
Sekali lagi selamat untuk Owi & Butet yang sudah
memberikan kado terindah di Milad Indonesia tahun ini. Kita mungkin tak saling
mengenal, tapi semangat kalian sudah menginspirasi banyak anak muda di negeri
ini untuk mengukir jejak-jejak positif di bidang mereka masing-masing.
“... bisa jadi kenyataan hari esok adalah impian kita hari
ini...” (Hasan Al Banna)
Wallahu a’lam bi shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar