Sabtu, 17 Oktober 2015

Lagi-lagi Tulisan Ini Untukmu...

Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 Wita. Seharusnya aku sudah istirahat dari tadi biar bisa bangun lebih awal. Tapi apa daya, pekerjaan menumpuk dan menari-nari dihadapanku. Memintaku untuk segera diselesaikan.

But...
Rehat sejenak dengan menulis. Seperti biasa, menulis adalah salah satu cara untuk melepaskan semua kepenatan. Malam ini aku ingin bercerita tentang satu kejadian yang cukup membuatku hanya bisa terdiam dan tak bisa berkata-kata.

Kejadiannya beberapa hari yang lalu...
Seperti biasa, aku melakukan aktivitasku di kampus. Berangkat pagi karena aku ada jadwal ngajar pagi itu.  Setiap kali berangkat ke kampus aku pasti menyampaikan jam berapa aku akan pulang kepada Mama.

"Hari ini pulang jam berapa," tanya Mamaku.
"Jam 5 pi kayaknya Ma. Banyak kerjaan bela. Mauka juga ke sekolah, mau kontrol dulu adek-adek. Nanti saya telponki," jawabku sambil memakai sepatu.
"Jangan pulang malam nah. Hati-hati." Nasehat yang sudah kuhafal sejak kecil, "Gak boleh pulang malam."
"Iye' saya kabari jeki itu."
Aku langsung pamitan ke Mama dan mencium tangannya. Seperti biasa Mama selalu mengantarkanku sampai ke pintu gerbang. Aku bisa melihatnya dari kaca spion. Ahh Mama, bahkan sampai aku dewasa pun sayangmu tak pernah berubah untukku.

Hari itu aku menghabiskan waktuku di kampus. Aku sampai lupa mengabari Mamaku kalau aku benar-benar telat pulang. Yaa, satu kebiasaan burukku adalah malas pegang HP kalau sudah keasyikan bekerja. HP itu lebih lama tersimpan di tas dan dalam kondisi disilent. Aku memang selalu membiasakan menonaktifkan nada dering HP karena aku gak suka ada gangguan kalau lagi ngajar. Dan aku sudah membuat aturan itu pada mahasiswa, so aku juga harus memberi contoh.

Dan hari itu aku memang seharian tidak memegang HP. Hingga jam menunjukkan pukul 17.00 Wita, aku pun bersiap pulang. Aku iseng membuka HP dan terlihat lima panggilan tak terjawab dari Mama. Aku pun langsung menghubungi Mama kembali dan tidak diangkat. Aku pun bergegas untuk pulang. Aku takut ada apa-apa dengan Mama, soalnya dia sendiri di rumah.

Sesampai di rumah ternyata lagi ramai. Kakak dan keponakan pada ngumpul. Aku masuk rumah dan seperti biasa bocah-bocah kesayangan menyambutku. Bocah-bocah yang selalu membuatku melupakan semua kelelahan hari itu. Aku melihat Mama lagi di dapur. Syukurlah, Mama baik-baik saja. Aku melihat Mama sedang menggoreng perkedel kesukaanku.

"Makan dek," kakakku mengajakku makan.
"Sudahma kak, tadi makanka di Prodi. Duluan meki," jawabku singkat.
"Astagaaa, ini Mama buat perkedel cuma buat kita loo dek," kata kakakku sambil menatapku penuh arti.

Aku terdiam dan menatap Mamaku yang masih sibuk menggoreng perkedelnya.
"Maaf Ma, tadi ada acara di prodi dan disediakan makan siang. Nantipi saya makan. Tenang meki." jawabku cepat.

Mama tetap diam dan tak menjawab sedikit pun.
Aku kembali ke kamar. Aku ingin secepatnya bertemu bidang datarku. Kakakku datang menghampiriku dan bercerita bagaimana Mama hari itu memasak untukku.

"Tadi itu Mama cerita kalau sekarang kamu sibuk sekali. Selalu pulang maghrib. Katanya kamu capek sekali, makanya dia masak tadi itu buat kamu nah. Bukan buat kita-kita..." cerita kakakku saat itu.

Mendengar semua itu, aku segera menunaikan sholat maghrib. Sehabis sholat aku langsung menuju meja makan dan menikmati makanan yang ada.

Tiba-tiba...
"Katanya sudah makan?" tanya Mama yang tiba-tiba muncul dihadapanku.
"Sedikitji tadi kumakan di kampus Ma. Ada kuliat ta' bikin perkedel. Langsungka lapar lagi," jawabku sambil memasang senyuman terbaikku.
Dan senyuman itu pun kembali terlukis di wajahnya.

Malam itu aku makan dengan perasaan bersalah yang sangat dalam. Aku berusaha menikmati makanan itu dengan lahap sambil menahan sesak di dadaku. Aku sudah menggoreskan luka di hati Mamaku. Ya Allah, maafkan hamba yang tak pandai bersyukur. Akhirnya aku makan berdua dengan Mama malam itu. Ternyata Mama hanya ingin makan berdua denganku. Itulah mengapa dia menelponku beberapa kali.

Sejak kejadian itu aku selalu berusaha untuk makan di rumah. Meskipun lagi kenyang, aku harus makan di rumah. Meskipun pulang malam, aku harus tetap makan. Melupakan semua program diet demi menyenangkan hati malaikatku yang selalu menungguku pulang. 

Mama...
Entah ini tulisanku yang keberapa tentangmu. Kata-kataku tak pernah habis untukmu. Jika ada yang bertanya, "Kamu sebenarnya mau jadi apa?". Maka aku akan menjawab, "Aku ingin jadi seperti Mamaku." Aku tak perlu jauh-jauh mencari contoh diluar sana. Dia sudah ada di depan mataku. Aku melihat perjuangannya mendidik dan membesarkan kami bersama dengan Bapak. Mama yang menghabiskan seluruh hidupnya mengabdi pada bapak. Mama yang menghabiskan seluruh waktunya untuk anak-anaknya. Mama yang memenuhi pikirannya tentang kondisi anak-anaknya. Bahkan sampai hal-hal yang luput dari perhatianku, malah diperhatikan oleh Mama.

Mamaku sayang...
Maafkan anakmu ini yang kadang tak tahu cara berterima kasih...
Aku tak pernah memintamu melakukan semua itu...
Apa yang kulakukan saat ini semuanya untukmu...
Aku ingin membahagiakanmu di masa tuamu...


Mamaku yang selalu kucintai karena Allah...
Maafkan anakmu yang masih saja selalu membuatmu khawatir...
Bahkan hingga aku dewasa...
Cukup sudah engkau mengkhawatirkanku...
Sudah saatnya aku yang mengkhawatirkanmu...

Mamaku sayang...
Melihatmu tersenyum...
Mendengar tawa kecilmu...
Adalah kebahagiaan untukku...
Semua itu adalah tanda bahwa engkau baik-baik saja...

Mamaku sayang...
Sehatlah selalu untukku...
Masih banyak yang ingin kulakukan bersamamu...
Masih banyak mimpi-mimpiku yang ingin kuraih bersamamu...

Mamaku sayang...
Sampai kapan pun aku selalu membutuhkanmu...
Doa-doamu...
Mencium tanganmu...
Berbaring di pangkuanmu...
Pelukan hangatmu...
Dan ketika engkau mencium keningku setiap kali aku pamit...
Semua itu adalah kekuatan yang Allah berikan lewat dirimu...

Entah bagaimana aku harus membalasnya...
Sampai kapan pun aku tak akan pernah bisa membalasnya...
Apa yang kulakukan saat ini semuanya untukmu...
Jika semua ini bernilai pahala, semoga pahalanya pun mengalir untukmu...
Untukmu yang selalu mengalirkan doa-doanya untuk anak-anaknya yang jauh...

Mamaku sayang...
Sehatlah selalu untukku...
Dan teruslah menemaniku...
Hingga kelak tiba waktunya aku akan benar-benar pulang...
Pulang ke tempat asalku...
Ke tempat seharusnya aku kembali...

#Makassar, 17 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...