Rabu, 10 Juni 2020

ANAK MASUK SD, HARUSKAH BISA CALISTUNG?

Beberapa hari terakhir masuk beberapa chat yang pertanyaannya hampir sama, “Apa saja tes masuk SD?” Ketika saya bertanya kembali “Mengapa bertanya seperti itu?”Ternyata anaknya akan dites untuk masuk ke sekolah dasar. Salah satu syarat untuk masuk ke sekolah tersebut adalah anak akan diberikan beberapa tes. Saya pun meminta kepada mereka untuk menanyakan ke pihak panitia tentang tes apa saja yang akan diberikan. Saya sudah bisa menebak tesnya tidak akan jauh-jauh dari yang namanya CALISTUNG, membaCA, menuLIs, berhiTUNG.

Tahun lalu saya mendapatkan curhatan dari beberapa guru SD yang mengajar di kelas 1 SD. Mereka curhat karena hampir sebagian besar siswa yang mereka hadapi tidak bisa calistung. Hingga akhirnya mereka menyebut satu persatu nama sekolah TK dari anak yang tidak bisa calistung tersebut. Saya hanya tersenyum mendengar cerita mereka. Pengalaman menjadi guru kelas 1 membuat saya bisa  memahami kondisi mereka. Namun, yang membuat saya heran mengapa mesti harus dikeluhkan? Bukankah memang tugas guru kelas 1 SD untuk mengajarkan siswanya untuk bisa calistung?

Melalui tulisan ini, saya ingin memberikan gambaran tentang apa saja yang harus dikuasai oleh anak-anak di TK agar tak ada lagi yang bertanya, “Mengapa anakku sekolah di TK X tetapi koq gurunya tidak bisa membuat anak saya bisa membaca? Anak tetangga yang sekolah di TK Z koq bisa?”

Sebagian besar orang tua lebih senang ketika anaknya sudah jago membaca dibanding dengan anaknya bisa duduk tenang menyimak gurunya berkisah. Mereka lebih senang ketika anaknya jago menulis di usia dini dibanding ketika anaknya bisa fokus menggunting sebuah pola dengan sempurna. Mereka lebih bangga ketika anaknya bisa berhitung dibanding ketika anaknya jujur mengakui kebohongannya.

Pembelajaran di TK difokuskan pada enam aspek perkembangan, yaitu moral-agama, fisik-motorik, sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan seni. Enam aspek inilah yang harus distimulasi oleh guru-guru Paud. Jadi bukan hanya sekadar mengurusi BCL siswa-siswanya, tetapi memastikan setiap peserta didiknya sudah menjalankan tugas perkembangannya pada enam aspek perkembangan tersebut.

Aspek moral-agama, terkait dengan kemampuan anak dalam menjalankan aktivitas ibadah sesuai agamanya masingn-masing dan mengaplikasikan nilai-nilai dari ibadah yang dilakukannya. Sebagai contoh ibadah sholat. Ketika mengajarkan anak tentang cara melakukan sholat, harusnya sebagai orang tua kita tidak hanya fokus pada hal tersebut, tetapi melatih kejujuran anak tentang berapa rakaat sholat yang dia lakukan saat itu. Sholat tepat waktu akan melatih karakter disiplin pada anak dan seterusnya.

Aspek fisik-motorik, terkait dengan pertumbuhan anak seperti tinggi badan, berat badan, gizi anak, kesehatan anak, dan semacamnya. Sementara motorik terbagi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Kemapuan motorik kasar berkaitan dengan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar seperti melompat, berlari, berjalan, dan sebagainya. Kemampuan ini sangat penting untuk distimulasi karena akan sangat mempengaruhi apakah anak bisa duduk tenang di kelas atau tidak. Anak yang mampu fokus menyimak penjelasan gurunya di kelas, bisa jadi anak ini memiliki keseimbangan tubuh yang baik. Adapun kemampuan motorik halus melibatkan otot-otot kecil, seperti menggunting, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan sebagainya. Aspek ini kelak akan sangat mempengaruhi apakah anak mampu menulis dengan baik atau tidak.

Saya berikan satu contoh aktivitas yang akan sangat mempengaruhi kemampuan anak nantinya saat belajar. Aktivitas melempar adalah salah satu kegiatan motorik kasar. Aktivitas ini akan sangat mempengaruhi kelak apakah anak bisa menulis atau tidak. Ketika anak melempar, maka disitu ada aktivitas melatih kekuatan jari-jari dan tangan. Mata dan tangan pun harus melakukan koordinasi agar lemparan kita tepat pada sasaran. Pada saat anak menulis, dia sangat membutuhkan kekuatan tangan yang kuat. Apalagi jika yang ditulis itu tidak sedikit. Anak yang gampang lelah dalam menullis, boleh jadi dia memiliki kemampuan melempar yang kurang baik. Jadi, stimulasi motorik kasar dan motorik halus ini sangat penting bagi anak, maka sebagai orang tua fokuslah pada dua hal ini. Bukannya malah fokus mengikutkan anaknya les calistung tanpa pernah menanyakan ke anak, apakah anaknya suka atau tidak atau pun tanpa pernah mencari tahu apakah sudah waktunya atau belum.

Aspek sosial-emosional berkaitan dengan kemapuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Aspek ini perlu distimulasi sejak dini karena kita adalah makhluk sosial, tak bisa hidup sendiri. Pada aspek ini juga anak diajarkan untuk mengenali emosinya. Mengapa banyak anak yang suka tantrum ketika menginginkan sesuatu? Karena orang tua tidak pernah mengajarkan anak untuk mengenali emosinya. Oleh karena itu, aspek sosial-emosional adalah salah satu aspek yang harus distimulasi oleh orang tua dan pendidik.

Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan anak dalam menganalisis sebuah kondisi atau pun permasalahan. Jadi bukan sekadar mengajarkan anak tentang satu tambah satu berapa atau tentang kemampuan membaca anak. Akan tetapi sebaiknya lebih ditekankan kepada konsep. Sebagai contoh anak tidak sekadar diajarkan tentang angka 1 - 10, tetapi konsep dari angka 1 - 10 itu seperti apa. Berkaitan dengan aspek kognitif yang berhubungan dengan kemampuan calistung, maka untuk tingkat PAUD hanya sampai pada tahap pengenalan saja. Jadi, bukan sampai pada tahap anak benar-benar bisa calistung. Lalu bagaimana jika anaknya yang meminta untuk diajarkan calistung? Jika anak yang meminta, maka tidak mengapa. Dalam hal ini yang tidak boleh dilakukan adalah “memaksakan” anak untuk bisa calistung. Proses pengenalan pun harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, yaitu melalui aktivitas bermain.

Aspek bahasa berkaitan dengan kemampuan anak dalam menyampaikan suatu informasi dan memahami instruksi. Aspek ini pun penting distimulasi sejak dini. Saat ini begitu banyak anak yang mengalami keterlambatan dalam berbicara hanya karena kurangnya stimulasi dari orang tua. Orang tua kebanyakan memberikan gadget kepada anak sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah.

Aspek seni berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keindahan, baik melalui gambar maupun nada. Sebagai contoh anak yang memiliki kemampuan seni yang baik dalam aktivitas menggambar, maka dia bisa menuangkan hal-hal yang dilihatnya menjadi sebuah gambar yang indah. Hal ini akan melatih kreativitas pada anak dan juga mengasah kecerdasan visual-spasial pada anak.

Keenam aspek ini harusnya menjadi fokus perhatian orang tua yang memiliki anak usia dini dan juga para pendidik, baik tingkat paud maupun SD. Mengapa demikian? Guru-guru paud harus fokus untuk menstimulasi keenam aspek ini, tidak perlu menghabiskan waktunya sampai memaksakan peserta didiknya untuk bisa calistung agar sekolahnya dikatakan sebagai sekolah terbaik. Sementara guru SD pun harus mengetahui keenam aspek ini agar menjadi bahan rujukan nantinya ketika melakukan observasi kepada calon siswa baru yang akan lanjut ke SD. Jika keenam aspek ini berkembang dengan sangat baik, maka mengajarkan anak tentang kemampuan calistung akan sangat mudah. Orang tua pun harus memahami keenam aspek ini agar tak perlu lagi memaksakan anaknya untuk ikut les calistung yang pada akhirnya akan merusak anak. Analoginya ada anak empat bulan dipaksa untuk bisa jalan, apakah fisik anak itu sudah siap? Apakah otot-otonya sudah siap? Begitu pun dengan ketika anak dipaksakan untuk bisa calistung, apakah otaknya sudah siap menerima? Apakah mental anak sudah siap?

Semoga bermanfaat

Wallahu a’lam bi shawab

6 komentar:

  1. guru SD kelas awal perlu "open mind". Mantap.👍

    BalasHapus
  2. Bagai Oase di padang pasir... terimakasih uttaca...

    BalasHapus
  3. Ini yg perlu d pahami orang tua dan guru

    Merasa salah memasukkan kesekolah ketika melihat anaknya yg tamat tk tapi tdk bisa baca

    BalasHapus
  4. waw cantik sekali tampilannya secantik penulisnya

    BalasHapus

NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19

    Pasca postingan tulisan pengalaman saya menghadapi Covid-19 di instagram  (@cerita_bonita), banyak teman yang DM dan japri bertanya ...