Setiap kali memberikan ujian pada
mahasiswa, saya biasanya membagi dua bagian. Ada yang masuk gelombang pertama
dan kedua. Soal-soal yang mereka dapatkan, ada yang sama tapi ada juga yang
tidak. Setiap kali gelombang pertama selesai melakukan ujian, maka mahasiswa
gelombang kedua akan banyak bertanya tentang pertanyaan yang muncul dalam
ujian.
Pada kondisi ini, gelombang pertama
biasanya kurang suka karena mendapat kesempatan pertama ujian. Mereka tak punya
waktu banyak untuk belajar seperti teman-temannya yang mendapatkan kesempatan
gelombang kedua. Berbeda dengan mahasiswa gelombang kedua, mereka justru punya
banyak kesempatan untuk belajar. Selain itu, mereka juga punya kesempatan untuk
tahu bentuk soal yang muncul dalam ujian dari teman-temannya yang sudah ujian
duluan.
Dalam kehidupan ini, terkadang kita
menjadi mahasiswa tersebut. Saat menjadi mahasiswa gelombang pertama, Allah tak
memberikan kita kesempatan untuk belajar dalam menghadapi ujian. Ada banyak
kemungkinan jika berada dalam posisi ini. Pertama, kita menjadi pribadi yang
selalu siap karena kita sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari untuk semua
kemungkinan bentuk ujian yang akan datang. Pribadi yang seperti ini akan keluar
dari ruang ujian dengan wajah tersenyum bahagia karena berhasil melewatkan
ujian kehidupan. Kedua, pribadi yang tidak siap dan shock ketika menghadapi
ujian karena tidak pernah mempersiapkan diri sebelumnya. Orang yang seperti ini
akan menghadapi ujian dengan wajah kusut dan keluar dari ruang ujian dengan
ekspresi menyalahkan diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan mahasiswa
gelombang kedua?
Orang-orang yang berada dalam kondisi ini punya banyak
kesempatan belajar. Mereka bahkan bisa banyak mengambil pelajaran dari
pengalaman orang-orang yang pernah mengalami sebelumnya. Hingga kemudian ketika
mereka berhadapan dengan kondisi yang sama, maka mereka benar-benar siap untuk
menghadapinya. Namun, ada pula yang mengabaikan pelajaran hidup dari penglaman
orang lain. Ini hanya persoalan pilihan, apakah kita mau banyak mengambil
hikmah dari kehidupan orang lain atau sekedar mengandalkan pengalaman pribadi?
Sungguh Allah
telah memberikan banyak pelajaran tentang ujian hidup ini lewat kisah para nabi
dan rasul. Seperti yang pernah dialami oleh Rasulullah saw ketika menyampaikan
ajaran Islam kepada kaum kafir Quraisy. Rasulullah saw dikatakan gila,
pendusta, hingga dilempari kotoran. Sungguh ujian yang dihadapi oleh Rasulullah
saw jauh lebih berat dari apa yang kita hadapi, maka tak ada alasan untuk
mengeluh. Rasulullah saw pernah ditanya oleh Sa’d bin Abi Waqqash r.a:
“Ya Rasulullah, siapakah yang paling berat
ujiannya? Beliau menjawab, Para Nabi kemudian orang-orang semisalnya. Seseorang
akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya
akan bertambah berat. Jika agamanya lemah, maka akan diuji sesuai kadar
kekuatan agamanya”
Menyiapkan diri itu penting agar
kita siap menghadapi ujian apa pun. Lalu bagaimana kita mempersiapkan diri
dalam menghadapi ujian? Jawabannya dengan selalu menjaga kedekatan dengan
Allah. Saat kita selalu menghadirkan Allah dalam setiap kehidupan kita, maka
ujian apapun akan terlewati. Karena keyaknan kita bahwa Allah selalu punya
skenario indah dibalik setiap ujiannya.
****
Pernahkan Anda mengalami suatu
kejadian yang berulang?
Pernahkah Anda mengalami suatu
masalah yang yang sepertinya berulang?
Tahukah Anda bahwa Anda sedang
menghadapi ujian remedial dari Allah?
Hari ini kita diuji dalam urusan
keluarga. Ketika ujian tersebut terselesaikan, tiba-tiba datang lagi ujian
dalam urusan keluarga. Kondisi ini berulang beberapa kali hingga kemudian kita
berhasil melewatinya dan tak ada lagi ujian dalam urusan keluarga.
Di kondisi lain, anda diuji dengan
kehadiran seseorang dalam hidup dan menguji hati. Hingga kemudian berhasil
melewatinya, namun datang lagi orang lain yang memberikan ujian hati.
Boleh jadi Allah sedang memberikan
ujian remedial dalam urusan yang Anda hadapi. Sungguh Allah menguji pada titik
terlemah hambaNya. Ketika titik terlemah kita ada dalam urusan keluarga, maka
tunggulah ujian dalam urusan keluarga. Ketika titik terlemah kita ada dalam
urusan hati, maka tunggulah ujian dalam urusan hati. Ujian itu kadang
berulang-ulang, karena menurut Allah kita belum lulus dan harus melakukan
remedial. Hingga kita lulus dari titik terlemah tersebut, maka Allah akan
kembali menguji titik terlemah lain. Begitulah seterusnya dan boleh jadi Allah
akan kembali menguji titik terlemah yang sudah pernah kita lewati, namun
tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Semua ini semata-mata untuk membuat kita
menjadi hamba yang kuat dan kelak bisa mendapat predikat lulus sebagai hamba
terbaik dihadapanNya.
Setiap ujian
yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya, ujian yang berulang-ulang,
sesungguhnya adalah sebuah latihan untuk menghadapi kehidupan untuk menjadi pribadi
yang lebih baik. Boleh jadi kadar latihan yang pertama belum terlalu besar.
Hingga akhirnya Allah memberikan latihan hidup yang lebih besar karena Allah
melihat kita sudah mampu untuk menghadapi ujian tersebut. Latihan yang berulang
inilah yang membentuk pribadi tangguh dalam universitas kehidupan.
Saat Allah
memberikan semua latihan hidup tersebut, maka saat itu Allah sedang bicara pada
kita. Allah sedang menunjukkan besarnya kasih sayangnya kepada kita. Bukankah
seorang ibu akan menegur anaknya jika melakukan kesalahan? Semua itu karena
seorang ibu selalu ingin melihat kebaikan kepada anaknya. Begitu pula cara
Allah menunjukkan kasih sayangNya kepada hambaNya. Terkadang Allah menegur
lewat ujian, entah ujian kesabaran atau kesyukuran.
Allah juga tak pernah memberikan kita jawaban di
awal ujian. Allah hadir dengan menyapa kita lewat pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin muncul dalam benak kita. Maka tugas kita hanyalah melewati setiap ujian
tersebut dalam ketaatan dan berprasangka baik kepadaNya.
So selamat mempersiapkan diri untuk
menghadapi ujian hidup di Universitas Kehidupan dimana Allah langsung yang
mentarbiyah hamba-hambaNya.
Wallahu a’lam bi
shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar